Mohon tunggu...
rindu aksara
rindu aksara Mohon Tunggu... Lainnya - Wordsmith

I am somewhat ink on paper

Selanjutnya

Tutup

Diary

Memori Lockdown Hamburg 2020

11 November 2022   16:00 Diperbarui: 12 November 2022   14:05 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Catatan Sejarah

Blomkamp, Hamburg 

20.03.2020

Hamburg beristirahat.
Penduduknya anteng di rumah. Work from home, school from home.
Spielplatz kini dibatasi garis merah putih, anak-anak dilarang main disitu.

Transportasi publik yang biasanya leluasa diakses, kini jadi terbatas. Tempat duduk supir bus pun diselempang tali merah, pintunya tak lagi dibuka-tutup untuk penumpang. Fahrgaeste hanya bisa naik turun dari pintu tengah atau belakang bus. Kita tidak lagi bisa beli tiket ketengan dadakan dan bayar di atas bus. Tiket wajib menjadi digital, bisa dibeli online melalui aplikasi HVV atau di mesin Fahrkartenautomat di stasiun/terminal.

Restoran Italia La Perla di Elbe Einkaufszentrum yang biasanya jam 11 siang sudah menebarkan harum oregano dan parmesan, sekarang kursi-kursinya hanya tertumpuk rapi di atas meja sepanjang hari.  Gelap dan sunyi.
Baeckerei pun tutup lebih cepat. Frau pramuniaga yang biasanya betah ngajakin ngobrol sambil lalu sembari bayar di kasir sekarang cuma senyum sambil bilang "Tschüss," dari balik maskernya, dan seketika balik badan.

Toko pakaian, toko sepatu, designers outlet--yang bulan-bulan begini biasanya lagi kewalahan menghadapi Frühlingsverkauf--pun tutup rapat. Secarik kertas pengumuman toko tutup disertai permohonan maaf, karena tak tau kapan boleh melayani pelanggan lagi.

Tinggal layanan kesehatan, apotek, ATM bank (Büro dan loket tutup) dan Supermarkt yang wajib buka.

Di Supermarkt, tempat duduk Frau kasir kini dilindungi plexiglass, dan jarak antrean antar pengunjung dibatasi minimal 1,5m. Pembayaran disarankan lewat kartu debit/kredit, bargeldlos. Tapi stock dan re-stock terhitung lancar dan harga stabil. Barang yang habis sore hari ini sudah muncul lagi besok paginya. Sengaja diisi pagi hari, kata pekerjanya. Supaya tak ada yang 'Hamsterkauf' (panic buying). Aku pernah melihat seorang perempuan yang antre di kasir sebelah diperingatkan petugas, "Bitte nicht Hamsterkauf (Tolong jangan memborong)," karena bawa 9 boks makanan beku ke kasir. Padahal boksnya pun tidak sebesar kardus mie instan grosiran, cuma seukuran dus susu formula ukuran setengah kiloan.

Semua frontliners yang masih berkontak fisik dengan pelanggan harus memakai sarung tangan lateks sekali pakai dan masker kain.

Seriusan? Ya iyalah! Bukan Hamburg saja, tapi seluruh dunia. Dan tak ada pilihan lainnya kecuali mengikuti. Kita akan jadi bagian dari catatan sejarah, dan tangan kita menjadi bukti bahwa kita telah memilih kebiasaan baru ini. 

Yang pasti, pilihan terbaik sesuai dengan keadaan kekinian.

Yang berikhtiar sekuat tenaga menjalankan Das Neue Normal untuk memelihara kesehatannya dan keluarganya. Yang telah terkonfirmasi positif dan menahan diri dalam karantina agar tidak menularkan penyakitnya. Yang manut ketika diatur pemimpinnya lewat pembatasan kerumunan. Vielen dank!

Yang berstatus tenaga kesehatan dan bertaruh nyawa merawat sesama, Respekt!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun