Mohon tunggu...
Rindra Afrizqi Anugrah Sukmana
Rindra Afrizqi Anugrah Sukmana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa PBSID Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membaca Kritis Menghasilkan Pembaca Berpikir Logis

5 April 2023   12:00 Diperbarui: 5 April 2023   12:00 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kapanpun, siapapun dan dimanapun setiap orang bisa melakukan kegiatan membaca,  menurut Setyawan Pujiono dalam artikelnya menyebutkan bahwa aktivitas membaca merupakan suatu keterampilan berbahasa yang bertujuan untuk memahami ide, gagasan dan perasaan dalam teks, dalam proses membaca seseorang akan mengalami proses berpikir untuk memahami ide dan gagasannya secara luas. Di zaman sekarang ini  seseorang sangatlah mudah menjangkau informasi tenang apapun, hal tersebut tidak hanya memberikan dampak yang positif saja tetapi ada dampak negatifnya yaitu bagaimana cara seorang membaca sebuah informasi apakah yang dibaca merupakan informasi yang benar atau tidak.Apabila masyarakat tidak melek terhadap pentingnya memilah informasi akan terjadi konsumsi informasi hoks yang pasti akan merugikan karena bisa menimbulkan berbagai konflik, dari fitnah ataupun sebagainya.

Media massa berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sarana dan saluran resmi sebagai alat komunikasi untuk menyebarkan berita dan pesan kepada masyarakat luas, sudah tertera jelas bahwa media massa bersifat luas sehingga bisa dipastikan banyak informasi yang tersebar padahal belum tentu apakah informasi yang tersebar tersebut adalah informasi yang benar. Informasi yang menyesatkan biasa disebut hoaks yang itu sangatlah berdampak kepada pola piker masyarakat yang membacanya tanpa memperhatikan apakah informasi tersebut valid. Maka dari itu diperlukan sikap berpikir kritis dalam membaca suatu informasi.

Berdasarkan prosiding oleh Setyawan Pujiono menyebutkan bahwa kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan untuk menyaring dengan cerdas, cermat, dan bertanggung  jawab segala macam informasi yang belum tentu baik dan teruji kebenarannya. Ciri seseorang mampu berpikir kritis (Critical Thinking) adalah selalu mempertanyakan suatu argumen untuk memperoleh kebenaran yang hakiki. Hal ini karena seorang pemikir: kritis dapat melihat secara* tajam segala macam informasi yang diterima melalui pemahaman secara menyeluruh, analisis * secara teliti, dan penilaian dengan kriteria yang dapat dipertanggungjawabkan. Sebagai masyarakat era milenial dan berpendidikan, kita harus pandai dalam menggali informasi. Kita harus cermat dalam membaca,meneliti dan menelusuri sumber dari berita tersebut. Hal penting yang harus kita lakukan adalah jangan terlalu mudah untuk menyebarluaskan berita tersebut sebelum berita tersebut diketahui keasliannya.

Adapun beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menguji apakah informasi yang beredar tersebut termasuk dalam informasi yang benar, pertama melihat struktur dari informasi yang beredar dari segi 5W 1H bagaimana informasi tersebut muncul dengan tujuan atau apakah dengan maksud terselubung, kemudian apakah isi berita tersebut berbobot dan memiliki isi yang memang memiliki bukti informasi dari siapa sumbernya, tertera jelas siapa penulis dan berbagai elemen yang memiliki andil dalam penulisan informasi tersebut seperti narasumber, informasi lokasi serta bukti yang bisa diwakilkan dengan gambar yang sesuai dengan informasinya. Dan yang terakhir adalah dengan tidak menjadikan satu berita saja sebagai patokan 

Berdasarkan pengalaman penulis terdapat pengalaman mengenai penyebaran suatu informasi yang belum dipastikan kebenarannya tetapi seseorang tanpa melakukan berpikir kritis sehingga memunculkan persepsi-persepsi yang tidak logis, Informasi yang beredar di grup whatsapp yang berisi informasi-informasi yang tidak jelas akan penulisnya siapa dan bisa dipatikan memiliki tujuan tertentu. Masyarakat sebagai pembaca sudah seharusnya berpikir kritis dengan menelaah dan membandingkan dengan informasi di media lain. Hal tersebut bisa dilakukan juga di kalangan pendidikan, karena jika memulai sesuatu yang baik dan dibiasakan sejak dini maka nantinya akan terpatri pada seseorang untuk berlaku karena terbiasa, langkah yang bisa dilakukan di dunia pendidikan dimana itu adalah dunianya generasi muda menurut jurnal oleh Welti Wediasti(2021) adalah dengan melakukan pembelajaran yang memberikan muatan bacaan yang istilahnya berat atau berisi tetapi tetap memperhatikan kesesuaian kemampuan peserta didik, kemudian melakukan penyederhanaan materi yang sulit menjadi mudah, kemudian pembelajaran diaplikasikan dalam wujud diskusi kelompok-kelompok kecil dan guru tidak berhenti memotivasi peserta didik sehingga aktivitas membaca dan menelaah suatu pembelajaran dengan kritis sehingga nantinya mencetak generasi yang berpikir logis.

Masyarakat dalam membaca suatu informasi dengan  cerdas, cermat serta membandingkan dengan yang lain pasti akan menemukan jawaban apakah suatu informasi tersebut benar atau valid, dengan benar-benar melakukan tahapan membaca kritis masyarakat akan terbuka pemikirannya untuk terus menyaring sebuah informasi yang mudah beredar di masa ini. Masyarakat kritis akan memiliki pemikiran logis ketika seseorang membandingkan dan memperbanyak referensi bacaan maka semakin banyak pula gudang ilmu pengetahuannya, dari situ tercetaklah masyarakat yang pintar dengan memiliki pemikiran yang logis berawal dari kritis.

DAFTAR RUJUKAN

Wediasti, W. (2021). UPAYA PENERAPAN TEKNIK MEMBACA KRITIS DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ARTIKEL BERITA DI MEDIA MASSA. JURNAL AGHNIYA, 4(1), 32-38. 

Pujiono, S. (2012). Berpikir kritis dalam literasi membaca dan menulis untuk memperkuat jati diri bangsa. Prosiding PIBSI XXXIV, 778-783. 

Fatmawati, S., Salzabila, R., Rizkitama, G. A., & Nugroho, R. A. (2019). Analisis Berita Hoaks di Korpus Sosial Media Guna Mengembangkan Model" KAPAK HOAKS"(Kemandirian Pembaca Menganalisis Konten Hoaks) Studi Analisis Wacana Kritis. LITE: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya, 15(2), 113-135. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun