Salah satu kasus  yang menonjol adalah kolaborasi antara Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dalam mengembangkan nanogenerator berbasis panas bumi.
Pada tahun 2019, tim peneliti dari ITB dan BPPT berhasil mengembangkan nanogenerator berbasis panas bumi yang mampu menghasilkan listrik menggunakan perbedaan suhu antara panas bumi dan udara di sekitarnya.Â
Dalam pengujian awal, nanogenerator tersebut berhasil menghasilkan daya hingga beberapa watt. Keberhasilan ini menjadi langkah awal yang menjanjikan dalam pemanfaatan energi panas bumi dengan menggunakan nanogenerator di Indonesia.
Namun, tantangan masih ada dalam pengembangan nanogenerator berbasis panas bumi di Indonesia. Salah satu tantangan utama adalah kebutuhan akan pendanaan yang memadai untuk penelitian dan pengembangan. Investasi yang lebih besar diperlukan untuk mempercepat pengembangan dan pengujian nanogenerator ini sehingga dapat diaplikasikan secara lebih luas.
Selain itu, perlu adanya kerja sama yang erat antara lembaga penelitian, pemerintahan, dan sektor industri untuk mempercepat penggunaan nanogenerator berbasis panas bumi di Indonesia. Dibutuhkan kebijakan regulasi yang mendukung serta intensif yang memadai bagi para peneliti dan perusahaan yang terlibat dalam pengembangan teknologi ini.
Pemanfaatan energi panas bumi dengan bantuan nanogenerator berbasis nanoteknologi memiliki potensi besar untuk mengatasi ketergantungan kita terhadap energi fosil di Indonesia dengan mengurangnya emisi gas rumah kaca.Â
Selain mengurangi ketergantungan pada energi fosil, teknologi ini pula dapat membantu meningkatkan akses listrik di daerah terpencil agar penggunaannya lebih merata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H