Tapi ada yang beda hari itu, rumah ku terang sekali, aku kaget. “Ada apa dengan rumahku, kenapa rumah ku begitu terang dan ramai sekali”, ucap ku terdiam. Aku buka sepatu ku dan perlahan aku berjalan memasuki rumah terdengar lantunan surat yasin dari orang-orang yang memenuhi rumah ku. Aku terdiam membeku, kaki ku gemetar, air mata ku perlahan menetes, tubuh ku lemas, tas yang ku bawa seketika jatuh, aku tidak sanggup rasanya melihat pemandangan ini. Perlahan-lahan aku berusaha berjalan mendekati siapa yang terbaring diantara orang-orang yang sedang melantukan ayat suci alqur’an itu.
Ketika aku buka penutupnya, aku melihat wajah orang yang selama ini selalu ada untukku, orang yang selama ini menjadi sahabatku, temanku dan orang yang selama ini merindukan ku, dialah ayahku. Aku menangis sekencang-kencangnya, ada perasaan berat dan sesak penuh penyesalan dihati ku. Sekarang beliau meninggalkan ku.
Lalu tiba-tiba ada yang menggoyangkan tubuh ku, dan aku pun terperanjat bangun, dipenuhi keringat dan air mata, ternyata sudah pagi. “syukurlah”, gumam ku.
RAF_Pekanbaru #20
Selamat Membaca 😉
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H