Mohon tunggu...
Karin Yusliana
Karin Yusliana Mohon Tunggu... Guru - KKN RDR 77 UIN WALISONGO SEMARANG

Mahasiswa UIN Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Nature

Pentingnya Pengelolaan Sampah

18 November 2021   14:58 Diperbarui: 18 November 2021   17:10 2372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Banyak sampah yang terbengkalai di sekitar kita. Saluran air yang penuh dengan sampah. Bahkan tempat pembuangan akhir sampai menggunung. Menurut kementerian lingkungan hidup dan kehutanan (KLHK) menyebutkan bahwa pada tahun 2020 Indonesia menghasilkan 67,8 juta ton sampah yang terhitung. 

Sampah tersebut bersumber dari 37,3% sampah rumah tangga, 16,4% dari pasar tradisional, 15,9% dari kawasan komersil dan 14,6% sampah berasal dari sumber lain. 

Dari data KLHK tersebut dapat dilihat bahwa sumbangsi sampah terbesar adalah dari limbah rumah tangga, ditambah dengan kebiasaan kita di era pandemi ini yang sering menggunakan kemasan-kemasan sekali pakai. Tak bisa dipungkiri jumlah produksi sampah meningkat. Karena pada dasarnya saat kita belanja online, itu menambah jumlah sampah plastik contohnya bubble wrap masih ditambah lagi plastik pembungkusnya. 

Adanya banyak sampah disekitar kita tentu membuat kita tidak nyaman, selain menimbulkan bau yang tidak sedap juga dapat menjadikan sarang penyakit. Tidak hanya itu, sampah juga dapat menyebabkan bencana alam seperti banjir. Selain itu saat kita membuang sampah di sungai juga akan mencemari air. Mengurangi jumlah air bersih. Hal tersebut juga menjadikan banyak hewan laut dan komoditas air terganggu dan terancam punah.

Meningkatnya jumlah sampah tersebut juga dikarenakan pengelolaan sampah yang kurang baik bahkan TPA  terkesan menjadi gunung sampah yang siap meledak. Dan pemerintah terasa kurang berperan langsung dalam lapangan dengan melakukan sosialisasi maupun inovasi yang dibuat untuk menanggulangi masalah sampah ini.

Tempat pembuangan ahir (TPA) yang menggunung terjadi karna 2 hal, yaitu :

1. Lambatnya pemrosesan atau pengolahan sampah 

2. Banyak dan cepatnya sampah yang datang.

Lambatnya pemrosesan mungkin bisa diatasi dengan memperjelas mau diapakan sampah-sampah tersebut. Akan lebih mudah kalau sudah langsung dibedakan dan tidak di tumpuk bersamaan. Misalnya sampah organik diangkut oleh mobil di hari senin. Kemudian hari yang berbeda digunakan untuk mengangkut sampah plastik. 

Tempat pengumpulannya juga harus dibedakan, sehingga nantinya bakal lebih mudah untuk melanjutkan mau diapakan sampah sampah tersebut. 

Hal ini akan memudahkan dalam mengatasi permasalahan nomer 1. Untuk mengatasi permasalahan nomer 2 bisa dengan sosialisasi tentang kepekaan terhadap sampah, memilih dan menempatkan sampah sebagaimana mestinya, bukan hanya membuangnya tanpa memikirkannya. 

Tidak hanya itu, masyarakat juga harus diedukasi agar memiliki ketertarikan lebih terhadap pengolahan sampah terutama sampah rumah tangga menjadi barang-barang memiliki nilai jual. Selain itu, pemerintah juga diharap dapat memberi wadah dan jalan untuk melakukan dan mempromosikan hasil-hasil dari pengolahan sampah tersebut.

...


Lalu apa yang bisa kita lakukan sebagai masyarakat biasa? kita sebagai masyarakat yang telah sadar dan teredukasi dengan baik harus mendukung program pemerintah yang berjalan dan lebih aware lagi dengan sampah. Kalau bisa tanamankan  mindset untuk sesedikit mungkin membuang sampah. 

Harus sadar apa saja yang kita gunakan, apa saja yang kita buang. Bungkus makanan yang kita buang, padahal kita dapat memakai kontak makan yang bisa dipakai berulang. 

Tak hanya diri kita sendiri, kita seharusnya juga ikut andil dalam perubahan ini. Dengan cara ikut serta mengajak orang lain untuk melakukan hal yang sama. Karna sekecil apapun yang kita lakukan sekecil apapun dampak yang kita berikan. Kalau bisa dilakukan oleh seratus, seribu atau bahkan berjuta juta orang itu akan menjadi satu hal yang besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun