Mohon tunggu...
Rinrin Rindawati
Rinrin Rindawati Mohon Tunggu... -

Blogger | Independent Writer | Book Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Financial

Menyiasati Perilaku Konsumtif Saat Nilai Tukar Rupiah Melemah terhadap Dolar AS

7 September 2018   13:58 Diperbarui: 7 September 2018   14:02 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Nilai rupiah terus melambung hampir mencapai posisi angka Rp 15.000,- per Dolar AS. Hal tersebut tentu berpengaruh besar terhadap kegiatan ekonomi khususnya di Indonesia. 

Bukan hanya industri besar yang terbiasa dengan aktivitas ekspor dan impor, namun  sektor industri rumahanpun ikut merasakan dampaknya. Kompetitif harus dijadikan kunci agar sektor UMKM mampu bertahan dalam persaingan, dengan menguasai pasar dan tepat sasaran pada target pangsa pasar yang dituju tentu akan mampu membantu usaha tersebut untuk dapat survive ditengah kondisi ekonomi yang melemah. 

Selain itu, dampak dari melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS dirasakan juga oleh masyarakat umum (bukan pelaku bisnis atau UMKM) dengan naiknya beberapa kebutuhan.

Perekonomian erat kaitannya dengan perilaku konsumtif, di Indonesia sendiri tidak sedikit orang yang lebih merasa bangga terhadap produk luar padahal produk lokal yang dibuat oleh anak bangsa tidak kalah saing dalam segi kualitas bahkan harga terhitung lebih murah. Untuk mendapatkan barang produk luar yang digadang-gadang mempunyai nilai gengsi yang tinggi, biasa didapatkan melalui online shop atau jasa titip. Hal tersebut memang sangat disayangkan apalagi disaat kondisi ekonomi sedang lesu seperti sekarang ini.

Cara untuk menyiasati perilaku konsumtif atau hedonisme yaitu dimulai dari diri sendiri, seperti di bawah ini:

Mengendalikan ego

Dalam konteks ini ego yang dimaksudkan bukan merupakan kebutuhan tapi rasa "ingin" yang terus-menerus memancing hasrat untuk memiliki barang atau produk yang dijajakan di pusat perbelanjaan misalnya, bagi sebagian orang yang kurang bisa mengendalikan diri terhadap keinginannya tentu akan merasa sulit ketika dihadapkkan dengan strategi penjualan yang dilakukan pihak marketing produsen diantaranya promo, diskon, dan sebagainya. 

Fitrah manusia memang disertai dengan keinginan yang tidak terhingga, namun harus disadari bahwa jika seseorang dengan perilaku konsumtif yang berlebihan tentu akan memicu persoalan lain jika besarnya pendapatan tidak seimbang dengan besarnya pengeluaran seperti berhadapan dengan hutang bahkan kalau sulit untuk membayarnya. Ini akan memperkeruh kondisi ekonomi pribadi bahkan akan berpengaruh pada siklus transaksi ekonomi secara umum.

Biasakan untuk membuat skala prioritas

Diantara banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi tentu ada yang lebih harus diutamakan dan disegerakan, apa itu? Contohnya adalah pangan, pangan atau kebutuhan terhadap makan merupakan hal yang krusial dalam kehidupan dan kebutuhan pangan ini termasuk dalam kebutuhan primer. 

Kebutuhan primer merupakan kebutuhan pokok yang harus segera dipenuhi atau diutamakan, yang kedua adalah kebutuhan sekunder, kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi setelah kebutuhan primer terpenuhi, dan yang ketiga adalah kebutuhan tersier, kebutuhan ini masuk dalam kategori barang mewah contohnya kendaraan pribadi yang mentereng, perhiasan, dan sebagainya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun