Mohon tunggu...
Rinda Aunillah Sirait
Rinda Aunillah Sirait Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat Alam

Pemerhati satwa liar, penyiaran dan etika media massa. Kumpulan tulisan yang tidak dipublikasikan melalui media cetak.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

"Umwelt" dan Belajar Berempati pada Satwa

16 Juni 2019   11:05 Diperbarui: 16 Juni 2019   11:14 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak perlu memaksakan dikembalikan ke habitat asal jika langkah itu malah akan mengancam jiwanya. Di sini perlu kejelian dan kesabaran meski tak lupa pada waktu yang terus mengancam.

Sayang sekali data populasi dan peta sebaran macan tutul di Jawa Barat sangat terbatas. Dalam sebuah kesempatan Anton Ario dari Conservation International Indonesia sempat memaparkan keterbatasan ini. Walhasil demi upaya lepas liar segera, data yang terbatas ini memang menjadi satu-satunya bahan untuk menentukan lokasi lepas liar. 

Lebih baik mengambil keputusan berdasarkan data yang terbatas daripada memaksakan menentukan lokasi lewat sentimen kedaerahan. 

Namun jangan lengah, keterbatasan data ini mengingatkan negara perlu sesegera mungkin dilakukan pendataan populasi, sebaran dan habitat macan tutul. Ini sudah darurat!

Umwelt Iteung, Sang Lutung 

Kisah Iteung berbeda. Setelah tercerabut dari habitat asalnya, Iteung terdampar di sebuah objek wisata dengan fasilitas seadanya. Iteung dipaksa bertahan hidup di tengah sorotan manusia pengunjung objek wisata. Iteung terpaksa menyesuaikan diri, dia pun sangat jinak terhadap kehadiran manusia.

Pakannya pun berubah, lutung yang sejatinya memakan buah dan tumbuhan tertentu harus menerima dicekoki pisang, makanan instan bahkan gorengan! Alhasil saat ditemukan Iteung mengalami dehidrasi dan kekurangan gizi.

Wajar jika kita geram sekaligus cemas dengan keadaan Iteung. Tuntutan netizen untuk segera mengevakuasi Iteung dari objek wisata memang sangat wajar. 

Di lapangan, permasalahannya tak sesederhana itu. Situasi lalu lintas menyulitkan proses evakuasi. Musim liburan lebaran mengakibatkan kemacetan yang menggila sehingga waktu tempuh menjadi sangat panjang.

Marilah kita berempati, memaksakan evakuasi segera akan menempatkan Iteung berada dalam kandang transport dalam waktu lama, dan menempatkannya di tengah kemacetan dengan polusi knalpot kendaraan sepanjang perjalanan tentu bukan hal baik baginya. 

Iteung bisa menderita karena ruang gerak terbatas di kandang transport dan terkena paparan emisi buangan kendaraan bermotor. Risiko lain yang harus dihadapi Iteung adalah potensi deraan panas atau hujan sepanjang perjalanan. Situasi ini sangat memungkinkan satwa menderita stress yang mungkin saja mengancam jiwanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun