Mohon tunggu...
Pendidikan

Memahami Tentang Bagaimana Seharusnya Para Pemimpin Bersikap

4 Juli 2018   15:19 Diperbarui: 4 Juli 2018   15:28 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap orang bisa menjadi pemimpin, tapi hanya sebagian orang bisa menjadi pemimpin yang baik dan efektif untuk pengikutnya. Hal ini tentunya karna pemimpin juga manusia dan pada dasarnya sifat manusia pasti berbeda-beda, dan sifat itu pastinya terjadi karna pola pikir manusia yang berbeda-beda juga. Agar seorang pemimpin menjadi efektif pasti ada kesesuaian yang tepat antara perilaku dan gaya pemimpin pada kondisi disituasi tertentu.

Dalam buku the Leadership Experience karya Richard L. Daft. terdapat beberapa model kepemimpinan situasional yang telah dikembangkan. Beberapa diantaranya adalah teori situasional yang dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard, model kontingensi yang dikembangkan oleh Fiedler, teori path-goal, model kontingensi yang dikembangkan vroom-Jago, dan konsep substitutes untuk kepemimpinan.

Berdasarkan Teori situasional Hersey dan Blanchard's. Definisi kepemimpinan situasional adalah "a leadership contingency theory that focuses on followers readiness/maturity". Inti dari teori kepemimpinan situational adalah bahwa gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan berbeda-beda, tergantung dari tingkat kesiapan para pengikutnya. Efektivitas kepemimpinan bukan hanya soal pengaruh terhadap individu dan kelompok tapi bergantung pula terhadap tugas, pekerjaan atau fungsi yang dibutuhkan secara keseluruhan. Jadi pendekatan kepemimpinan situasional fokus pada fenomena kepemimpinan di dalam suatu situasi yang unik. Dari cara pandang ini, seorang pemimpin agar efektif ia harus mampu menyesuaikan gayanya terhadap tuntutan situasi yang berubah-ubah. Teori kepemimpinan situasional bertumpu pada dua konsep fundamental yaitu: tingkat kesiapan/kematangan individu atau kelompok sebagai pengikut dan gaya kepemimpinan.

Berdasarkan model kontingensi yang dikembangkan fiedler's. Teori kontingensi menganggap bahwa kepemimpinan adalah suatu proses di mana kemampuan seorang pemimpin untuk melakukan pengaruhnya tergantung dengan situasi tugas kelompok (group task situation) dan tingkat-tingkat daripada gaya kepemimpinannya, kepribadiannya dan pendekatannya yang sesuai dengan kelompoknya. Sedangkan menurut Fiedler, seorang menjadi pemimpin bukan karena sifat-sifat daripada kepribadiannya, tetapi karena berbagai faktor situasi dan adanya interaksi antara Pemimpin dan situasinya. Dengan kata lain, tinggi rendahnya prestasi kerja satu kelompok dipengaruhi oleh sistem motivasi dari pemimpin dan sejauh mana pemimpin dapat mengendalikan dan mempengaruhi suatu situasi tertentu.

Menurut teori path-goal, tanggung jawab pemimpin adalah meningkatkan motivasi bawahan untuk mencapai tujuan pribadi dan organisasi. Seperti yang ditunjukkan pada Tampilan 3.5, pemimpin meningkatkan motivasi pengikut dengan (1) mengklarifikasi jalan pengikut ke penghargaan yang tersedia atau (2) meningkatkan penghargaan yang diberikan.Nilai dan keinginan pengikut. . Klarifikasi jalur berarti bahwa pemimpin bekerja dengan bawahan untuk membantu mereka mengidentifikasi dan mempelajari perilaku yang akan menghasilkan kesuksesan pencapaian tugas dan penghargaan organisasional. Meningkatkan reward berarti bahwa pemimpin berbicara dengan bawahan untuk mempelajari penghargaan mana yang penting bagi mereka yaitu, Apakah mereka menginginkan penghargaan intrinsik dari karya itu sendiri atau penghargaan ekstrinsik seperti kenaikan gaji atau promosi.

Model kontingensi Vroom-Jago. Model ini berfokus secara khusus pada berbagai tingkat kepemimpinan partisipatif dan bagaimana setiap tingkat partisipasi mempengaruhi kualitas dan akuntabilitas keputusan. Sejumlah faktor situasional membentuk kemungkinan bahwa pendekatan partisipatif atau otokratis akan menghasilkan hasil terbaik. Model ini dimulai dengan gagasan bahwa seorang pemimpin yang menghadapi masalah yang membutuhkan sebuah solusi. Keputusan untuk memecahkan masalah bisa dilakukan oleh pemimpin sendiri atau melalui menyertakan sejumlah pengikut.

Sedangkan yang terakhir, subtitutes for leadership. Pendekatan kepemimpinan kontinjensi yang selama ini dipertimbangkan telah berfokus pada gaya pemimpin, sifat pengikut, dan karakteristik situasi. Pendekatan ini menguraikan pengaturan organisasi di mana gaya kepemimpinan berorientasi tugas dan berorientasi pada orang itu tidak penting atau tidak perlu.

untuk lebih lengkapnya lagi, kalian bisa membaca buku THE LEADERSHIP EXPERIENCE karya Richard L. Daft

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun