Mohon tunggu...
Rindang Ayu
Rindang Ayu Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga mulai menekuni bidang sosial keagamaan

Wanita jawa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Memahami Makna Ikhlas

7 November 2018   23:03 Diperbarui: 7 Juli 2020   21:46 22100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ikhlas itu merupakan pekerjaan hati. Al-Junaid al-Baghdadi (tokoh tasawuf, sekaligus fiqih dari Baghdad) berkata, “Ikhlas merupakan rahasia antara Allah dan hamba, yang hanya diketahui oleh malaikat sehingga dia menulis-nya, namun tidak diketahui oleh setan sehingga dia merusaknya dan tidak pula diketahui hawa nafsu sehingga dia mencondongkannya.”

Kalau ada pertanyaan, bolehkah amal kita diperlihatkan kepada orang lain? Jawabannya adalah tergantung “Niat”. Kalau niatnya ingin dipuji tentu itu menjadi riya’, namun bila niatnya adalah syiar supaya orang lain mengikutinya maka itu bukanlah riya’.

Setiap amal itu tergantung kepada niatnya. Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung dari niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Dalam hal bersedekah, orang boleh melakukannya secara tersembunyi atau terang-terangan. Allah SWT berfirman, “Orang-orang yang menginfakkan hartanya malam dan siang hari (secara) sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati” (QS. al-Baqarah ayat 274).

Salah satu ciri orang yang ikhlas adalah ia akan tetap beramal meskipun ada atau tidak ada orang lain yang melihat. Namun bila ia hanya beramal ketika ada orang lain yang melihat, dan tidak beramal kalau tidak ada orang yang melihat maka itu tandanya tidak ikhlas alias riya’.

Ciri lain orang yang ikhlas adalah jarang kecewa terhadap makhluk, karena yang diharapkannya hanyalah penilaian dan keridhoan Allah Swt. Orang yang banyak kecewa terhadap makhluk yaitu orang yang banyak berharap dan bergantung kepada makhluk.

Pengelompokan Ikhlas

Menilai keikhlasan seseorang dalam beramal itu tidaklah hitam putih, tidaklah ikhlas dan tidak ikhlas. Tetapi keikhlasan itu ada tingkatan atau penggolongannya. Ada tiga tingkatan ikhlas, yaitu:

Pertama, Ikhlas Mubtadi’. Yakni orang yang beramal karena Allah, tetapi di dalam hatinya masih terbesit keinginan pada dunia. Misalnya, seseorang melaksanakan shalat tahajud atau bersedekah karena ingin lulus ujian sekolah atau usahanya berhasil. Ciri orang yang mubtadi’ bisa terlihat dari cara dia beribadah. 

Orang yang hanya beribadah ketika sedang butuh biasanya ia tidak akan istiqamah. Ia beribadah ketika ada kebutuhan. Jika kebutuhannya sudah terpenuhi, ibadahnyapun akan berhenti.

Kedua, Ikhlas Abid. Yakni orang yang beramal karena Allah dan hatinya bersih dari riya’ serta keinginan dunia. Ibadahnya dilakukan hanya karena Allah demi meraih kebahagiaan akhirat, yaitu menggapai surga dan terhindar dari siksaan api neraka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun