"Terima kasih, kamu punya uang dari mana bisa beliin Ibu ini?"
"Terima kasih, tasnya Mamah suka banget!"
Hatiku berbunga-bunga demi membaca pesan dari Ibu dan Mamah mertua Saya. Rasanya ikut merasakah kebahagiaan mereka meski jarak kami berjauhan. Mungkin kebahagiaan mereka bukan perkara nilai dari hadiah yang Saya berikan. Lebih dari itu, mereka bahagia karena merasa berharga dan dicintai meski jarak memisahkan. Bukan, Saya bukan mengirimi mereka susu bayi ataupun berbelanja di sebuah marketplace. Simak sejarahnya paket cintanya di bawah, ya.
Sengaja Saya mengumpulkan uang dan sedikit bekerja lebih keras hingga akhir tahun agar bisa memberikan sesuatu untuk mereka. Dipikir-pikir jarang sekali Saya dan Suami bisa memberi kepada orang tua, apalagi kepada orang lain.Â
Lagi pula kami patut bersyukur karena meski didera pandemi, kami masih bisa bertahan. Bahkan sebenarnya bukan sekedar bertahan meski usaha Suami saya lekang dimakan keadaan, tapi justru rezeki kami dibuat seperti berlipat-lipat oleh Tuhan.
Jika direnungi lagi, pandemi memberikan banyak sekali pelajaran. Awalnya kami pun sempat marah, stres dan kalang kabut. Namun ternyata bukan sikap seperti itu yang diinginkan Tuhan, kami harus lebih bijak. Kami lupa bahwa kami jarang sekali menghitung berkat, kami hanya menghitung nestapa demi nestapa yang mendera.
Syukurlah, kami masih diberikan waktu untuk belajar, kemudian bersyukur, hingga akhirnya bisa berbuat lebih banyak. Kami juga ditunjukkan betapa berbagi, memberi dan menyantuni tidak perlu menunggu kami berada dalam kondisi yang berlebihan. Justru kami sadar bahwa sebenarnya Tuhan sedang menitipkan sedikit bagian rezeki orang lain melalui kami.
Tersungkur dari bisnis membuat Suami Saya pun memutar otak. Hingga akhirnya kami berniat membantu para pedagang kecil yang masih harus pergi kepasar demi berjualan untuk tetap dapat makan. Kami membuka layanan belanja sayuran online. Didukung lokasi rumah yang dekat dari pasar, memudahkan kami dalam melihat situasi. Kami mendatangi pedagang kecil dan kelompok-kelompok rentan, membeli dagangan mereka agar mereka cepat pulang. Cepat pulang artinya mereka tidak terpapar risiko penyakit di pasar dan jalanan. Cepat pulang artinya mereka mendapatkan rezeki untuk sekedar makan. Cepat pulang artinya mereka bisa beristirahan untuk menjaga kondisi badan.
Suami Saya kepasar tiap pagi, kemudian mengantar pesanan sayuran menggunakan sepeda motor. Terkadang, jika pesanan sedang banyak, atau Saya sedang banyak pekerjaan urgent, kami berbagi rezeki dengan pengemudi ojeg online. Mereka yang mengantarkan pesanan sayuran kepada pelanggan.
Setelah itu Saya masih harus bekerja dari kantor, sementara Suami dengan ikhlas harus menjaga anak karena daycare ditutup. Hingga hampir setahun pandemi, rutinitas ini sudah seperti autopilot kami jalani. Ketika Saya harus pergi, maka Suami Saya akan tetap di rumah menjaga anak, juga sebaliknya.
Pandemi bukan perkara siapa beruntung dan siapa yang buntung. Pandemi bagi kami adalah waktu-waktu yang tepat untuk memberi, menyantuni dan ikhlas terus menjalani hari-demi hari. Ibaratnya, nyawa kita saat ini sedang disortasi. Siapapun punya risiko yang sama. Siapapun punya peluang yang sama. Lantas apa lagi yang masih dapat kita sombongkan?
Kondisi ini memaksa kami beradaptasi. Kami juga bersyukur bahwa kondisi orang tua kami pun sehat dan sangat bersemangat. Maka, momen hari Ibu yang kami manfaatkan untuk mengirimkan pesan cinta kepada mereka meski raga kami tak bisa bertaut.
Mengirimkan Pesan Cinta Minim Sampah
Saya sendiri berbelanja hadiah-hadiah untuk orang tua. Dengan sangat sigap dan cepat, Saya memilih beberapa produk yang kiranya mereka butuhkan dan akan membuat mereka senang. Setelah sampai di rumah, Saya langsung menyiapkan hadiah tersebut untuk dikirimkan ke alamat orang tua. Saya menyiapkan paketnya dengan cara yang sedikit berbeda. Berikut ini cara yang Saya lakukan untuk mengirimkan pesan cinta tanpa menambah sampah.
Pertama, memilih produk yang sekiranya benar-benar dibutuhkan, awet, dan kalau bisa berkualitas baik dan ramah lingkungan. Dengan membeli produk dengan umur hidup yang panjang, artinya kita tidak melakukan pemborosan sumberdaya untuk memproduksi barang tersebut. Sehingga kita tidak perlu membeli berulang-ulang karena selain hemat sumberdaya ketika proses produksi dan distribusi, membeli barang yang berkualitas juga lebih hemat. Jika pun sudah bosan, kita maish bisa memberikan barang tersebut kepada orang lain karena kondisinya masih baik.
Berkualitas belum tentu mahal dan bermerek terkenal, ya.
Kedua, biasanya produk tersebut sudah terdapat kemasan berupa plastik atau kardus. Sehingga kita tidak perlu menambahkan lapisan plastik lagi karena akan menambah-nambah sampah yang tidak dapat didaur ulang. Saya pun menggunakan kotak bekas belanja online dan susu anak. Bagian luarnya, tidak perlu dilapisi lagi. Atau kalau punya, boleh dilapisi koran bekas atau sejenisnya.
Keempat, bubuhkan lem selotip plastik secukupnya saja. Beberapa lem menggunakan bahan kimia berbahaya. Dan akan lebih baik lagi jika digunakan selotip kertas dari bahan yang dapat dikomposkan.
Kelima, berikan pesan kepada petugas di counter JNE untuk tidak menambahkan plastik lagi di bagian luarnya. Ini selain mengurangi potensi sampah plastik, juga merupakan penghematan tersendiri bagi JNE. Lagi pula JNE juga sudah sangat efisien dalam penggunaan sumberdaya masa kita pelanggannya masih abai. Contohnya saja dari ukuran kertas resi yang dulu satu halaman HVS, sekarang cukup secuil saja.
Selain itu, JNE juga tetap melayani pengiriman barang ke seluruh wilayah di Indonesia meski saat ini terjadi pengurangan jumlah penerbangan. Hal itu dikarenakan bisnis jasa pengiriman barang menjadi salah satu bidang usaha yang dikecualikan dari pembatasan sosial atas rekomendasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
Kembali bicara perkara belajar di masa pandemi, Saya juga belajar dari JNE. Mereka memberikan banyak sekali promo. Mereka memberikan kemudahan di dalam situasi orang-orang yang serba sulit. Bahkan ketika Saya dan teman-teman tengah menggelar program bagi-bagi masker, kami banyak menerima bantuan dari seluruh Indonesia karena digratiskan biaya kirimnya oleh JNE. Dengan menerapkan nilai perusahaan yang jujur, disiplin, tanggungjawab dan visioner, membuat JNE mampu meraih setidaknya 12 penghargaan selama tahun 2020. Sebut saja iCIO Awards, Indonesia Marketeers Festival 2020, SWA dan sebagainya. Bahkan predikat CSR terbaik dari Baznas pun disabetnya.
Pandemi dan Perubahan Peta Rencana Kehidupan
Pandemi dan kelumpuhan bisnis Suami membuat Saya mengubah rencana hidup. Kami memutuskna untuk hijrah, untuk pindah dan memulai segalanya dari awal lagi. Untuk itu Saya yang masih ada keterikatan pekerjaan langsung memutuskan untuk sekolah lagi. Padahal awalnya rencana Saya akan sekolah tahun 2021 atau 2022. Bahkan Saya sudah mengantongi LoA (Letter of Acceptance) dari sebuah kampus di luar negeri. Namun sekali lagi, pandemi kembali mengajarkan kami bagaimana caranya untuk beradaptasi.
Karir yang sedang manis-manisnya di kantor harus Saya tinggalkan demi keberlanjutan kehidupan. Demi perjalanan kehidupan yang tentunya kami harapkan akan lebih baik lagi.
Semesta mengamini upaya kami. Saya lulus tes masuk di sebuah kampus ternama di negeri ini. Tak berselang lama, Saya pun lulus sebagai calon penerima beasiswa dari LPDP. Nikmat yang mana lagi yang dapat Saya ingkari?
Namun, pindah kekota lain di masa pandemi tentu membuat Saya khawatir. Pasalnya, bukan Saya sendiri yang harus pindah. Saya membawa serta Suami dan anak yang masih berusia dua tahun dan ini sangat berisiko.
Saya memang seringkali overthinking dengan kondisi ini. Sementara itu tangan Tuhan bekerja melalui seorang teman yang memberikan info rumah kontrakan. Saya tidak perlu lagi keliling untuk survey rumah. Tentu ini sangat memudahkan bagi kami. Dari sini Saya paham makna pesan orang tua, "kelak kamu akan memanen apa yang kamu tanam. Maka tanamlah benih-benih kebaikan."
Selanjutnya untuk barang-barang keperluan di rantau, rencananya akan kami kirimkan pula melalui JNE. Bukan dengan menggunakan jasa JNE Express tentunya karena JNE Express khusus untuk pengiriman dokumen.
Dengan visinya untuk menjadi perusahaan rantai pasok global terdepan di dunia, tidak heran jika JNE terus memberikan pengalaman terbaik kepada pelanggan secara konsisten.
Konsisten melakukan kebaikan-kebaikan memang sulit, tapi bisa. Dari kondisi di sekitarlah kita bisa belajar untuk dapat membagi kebahagiaan bersama orang lain. Bahwa berbagi bukan sekedar perkara harta, melainkan juga kesempatan, informasi, bahkan sekedar senyuman. Nyatanya, bahagia bersama orang-orang yang dititipkan oleh Tuhan rezekinya lewat kita itu tidak sulit. Yang menjadikan itu sulit adalah sikap sombong dan ke-aku-an dalam diri kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H