Kalau sekarang ditanya lebih baik memilih berinvestasi dengan menyimpan uang di deposito bank atau membeli properti, jawaban kebanyakan masyarakat Indonesia hampir pasti jatuh pada opsi kedua. Terlebih melihat trend kenaikan harga rumah, khususnya untuk tempat tinggal yang melambung sangat tinggi. Kekhawatiran akan kesulitan memperoleh tempat tinggal yang layak untuk ditinggali sekaligus terjangkau menjadi semakin menghantui. Padahal dilihat dari filosofinya, kebutuhan tempat tinggal adalah kebutuhan dasar yang semestinya dapat terpenuhi melalui dukungan negara sebagai pihak pelindung warganya. Apakah kondisi ini masih mencerminkan aksi kejar kebutuhan atau justru sudah semakin mengarah semata pada aksi kejar keuntungan? Perkembangan harga properti khusunya tipe residensial dalam satu dekade terakhir mencatat kenaikan yang sangat tinggi dan dalam tiga triwulan belakangan menunjukkan lonjakan terdahsyat. Indikasi kenaikan harga sebenarnya sudah mulai terlihat sejak pertengahan tahun 2012. Ironisnya lagi, saat kondisi global tengah lesu, sektor properti di Indonesia justru tengah menggeliat seru, bahkan hampir sudah tidak terkendali. Ada pihak dengan analisanya yang mengatakan situasi tersebut jika didiamkan lebih lama berpotensi menyentuh area bubble karena sudah terlalu lama dibiarkan overvalued. Dari sini maka banyak juga pihak yang menganjurkan agar otoritas yang berwenang segera merespon kondisi tersebut dengan kebijakan-kebijakan yang lebih jitu. Dengan demikian diharapkan dapat segera membawa stabilitas harga di sektor properti pada tingkat yang lebih wajar. Dari hasil survey yang dilakukan secara rutin oleh Bank Indonesia dalam upaya memonitor secara dekat perkembangan harga properti terkini, membuktikan lonjakan tajam pada triwulan I-2013 terjadi untuk harga jual maupun sewa dan tertinggi justru terjadi pada tipe kecil (<36m2). Hal ini di satu sisi dapat dikatakan terjadi akibat tingginya demand atas properti tipe kecil tersebut menimbang level daya beli kebanyakan masyarakat Indonesia saat ini. Namun di sisi lain, boleh jadi fenomena ini mengindikasikan prilaku spekulasi oknum yang bermain di pasar tipe properti tersebut sehingga harga terus terdorong naik tetapi relatif tidak mencerminkan aspek fundamentalnya. Bahkan, laporan dari beberapa lembaga dan konsultan properti menyebutkan bahwa meskipun kenaikan harga properti sudah sangat tinggi, dengan prospek ekonomi Indonesia yang masih cukup kuat dibandingkan negara lainnya, ke depan harga properti diperkirakan masih akan meningkat. Optimisme tersebut turut didukung oleh kondisi politik yang masih kondusif dan harga lahan yang masih relatif lebih murah dibandingkan negara lainnya. Dalam laporannya juga disebutkan bahwa Indonesia menempati ranking 1 di Asia Pasifik sebagai negara tujuan investasi dari aspek prospek investasi properti. Melihat hal tersebut, investor baik domestik maupun asing pun berlomba-lomba mengejar yield margin yang pastinya akan lebih tinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H