Mohon tunggu...
rindawati maulina
rindawati maulina Mohon Tunggu... -

Setelah menuntaskan pendidikan S1 & S2 di Teknik Industri ITB-Bandung, memutuskan berprofesi ganda, sebagai peneliti ekonomi dan sebagai "truly woman" karena sangat menikmati waktu bersama dengan keluarga tercinta, yang selalu menghadirkan semangat hidup, kehangatan, dan keceriaan.

Selanjutnya

Tutup

Money

Lebaran Mendekat, Harga-harga Kian Melesat

11 Agustus 2011   02:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:54 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Sepertinya sudah menjadi suatu hal yang biasa, setiap tahunnya, hari-hari penyambutan Ramadhan hingga menjelang Lebaran selalu diwarnai oleh perkembangan harga yang terus meningkat pada sebagian besar komoditas bahan pangan. Kekhawatiran masyarakat akan peningkatan harga komoditas yang paling tinggi permintaannya di musim hari Raya, seperti daging dan beras yang kian melambung, seharusnya menjadi titik berat perhatian pemerintah. Terlebih dengan belum selesainya masalah impor daging dari Australia sejak penutupan izin ekspor sapi dari negara tersebut terkait kasus pemotongan sapi yang tidak layak di Indonesia. Kebijakan pemerintah untuk membuka kembali kran impor sapi dari Australia di bulan ini tampaknya belum dapat menekan gejolak harga yang terjadi di pasar. Hal yang sama juga terjadi pada harga beras yang kian melambung akseleratif sejak panen raya tahun ini berakhir. Padahal harga beras internasional saat ini masih cenderung jauh lebih rendah dari harga beras domestik, bahkan untuk kualitas beras jenis yang terendah. Dari sisi awam, mereka melihat sepertinya entah kenapa pemerintah tampaknya kian tipis akal dalam menyiasati kenaikan harga yang sepenuhnya masih dikendalikan oleh sistem ekonomi pasar. Kebijakan Impor, Mampukah Menyetabilkan Harga Hingga Akhir Tahun? Dilihat dari kesenjangan antara kebutuhan dan produksi domestik saat ini yang masih cukup tinggi, impor beberapa bahan pangan kemudian menjadi salah satu jalan pintas yang ditempuh oleh pemerintah untuk dapat memenuhi demand domestik. Terlebih dalam menghadapi tingginya permintaan pada setiap siklus Ramadhan-Lebaran dan siklus paceklik menjelang akhir tahun di mana terjadi keterbatasan pasokan domestik, pemerintah tampaknya selalu mengambil kebijakan impor untuk mengamankan pasokan dalam negeri. Kebijakan ini pun tak ayal memunculkan masalah baru yang juga menuntut perhatian dari pemerintah, yaitu dilema terusiknya produsen lokal yang merasa dianak-tirikan oleh Pemerintah dengan memberikan izin impor. Belum lagi, masalah efektifitas keputusan impor yang juga dinilai selalu terlambat dari sisi timing- nya. Keragu-raguan sikap pemerintah dalam mengambil keputusan melakukan impor tampak jelas terlihat dari kenaikan harga domestik yang semakin cepat melesat di tengah harga internasional komoditas terkait yang masih cenderung datar. Begitu harga internasional mulai berada pada tren kenaikan, barulah pemerintah terkesan sibuk mengatur rencana impor untuk mengatasi tekanan kenaikan harga domestik. Berbicara lebih dalam tentang masalah impor daging sapi, tingginya kebutuhan domestik yang belum sampai setengahnya dapat dipenuhi oleh peternak lokal akhirnya memaksa pemerintah membuka selebar-lebarnya izin impor. Namun karena sekali lagi minimnya kemapanan manajemen dan pengawasan pemerintah dan berbagai pihak, kasus pembantaian sapi yang memunculkan aksi penutupan eskpor negara produsen mengacaukan pasokan dan berimbas pada gejolak harga domestik. Mencermati data terbaru dari Asosiasi Pengusaha Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo) yang menunjukkan bahwa saat ini harga sapi di dalam negeri adalah sebesar US$ 2,6-2,7/kg berat hidup atau lebih mahal dibandingkan dengan harga sapi impor yang hanya US$ 1,9/kg, maka keputusan impor untuk komoditas daging sapi ini dirasakan masih cukup tepat. Hal ini dimaksudkan agar kenaikan harga di pasar setidaknya dapat melambat, meskipun belum dapat terjadi penurunan harga karena biasanya menjelang H-3, kenaikan harga menjadi sesuatu yang wajar. Timing  Menentukan Keberhasilan Impor Dalam Stabilisasi Harga Domestik Keterlambatan dalam menetapkan kapan dan berapa banyak yang harus diimpor akan sangat berpengaruh pada pergerakan harga di pasar. Gejolak harga menjelang Ramadhan menjadi tantangan yang semakin tidak mudah bagi pemerintah. Hal ini dikarenakan variabel pasokan dan demand ternyata bukanlah menjadi satu-satunya faktor pemicu lonjakan harga dikala menganalisa situasi ekonomi saat seasonal Ramadhan-Lebaran dan menetapkan sebuah kebijakan yang tepat sasaran.  Faktor psikologis perilaku pedagang yang menaikan harga secara sepihak meskipun pasokan dan distribusi memadai, masih menjadi faktor penghambat yang belum dapat diselesaikan secara optimal. Beberapa sebabnya antara lain karena belum adanya prosedur kontrol oleh pemerintah dalam mengendalikan harga sebagaimana penerapan kebijakan prices controlling di negara lain seperti di Malaysia, yakni punishment bagi pelanggaran aksi-aksi yang merugikan konsumen seperti spekulasi dan penimbunan, yang bertujuan meniadakan gejolak kenaikan harga yang bersifat musiman. Selepas Ramadhan hingga akhir tahun, melihat koreksi beberapa komoditas pangan seperti cabai merah dan cabai rawit yang saat ini sudah mencapai level harga terendahnya (pada tahun 2010 harga cabai sempat menembus harga hingga Rp 100 ribu) dan mulai menunjukan pergerakan harga yang meningkat, maka keputusan untuk stabilisasi harga komoditas pangan utama seperti beras, daging dan aneka bumbu menjadi hal penting untuk segera diantisipasi. Dari kebijakan impor yang akan ditempuh oleh pemerintah di sisa tahun 2011 ini, diharapkan stabilisasi harga dapat segera tercapai, sehingga dampak tekanan inflasi yang harus dirasakan oleh masyarakat tidaklah terus menerus memberatkan. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun