Namun tetap saja kuintet Miles ini membuat masyarakat musik ragu, hingga Relaxin’, Cookin, Steamin’ dan Workin’ kemudian dimainkan sebagai jawaban untuk keskeptisan orang-orang. Tak terasa kemudian di dekade berikutnya perhatian dunia teralihkan oleh gebrakan rock ‘n roll. Lagu-lagu The Beatles terdengar siang malam di setiap jendela rumah, dan orang-orang berjingkrak-jingkrak menikmati rock ‘n roll di berbagai klub dan kafe.
Maka bagaimanakah membuat dunia pada saat itu tidak kehilangan jazz?
Miles pun kemudian menggagas penggabungan unsur-unsur rock ke dalam jazz hingga menjadi jenis musik baru, yaitu jazz-rock atau sering disebut fusion. Nada dan intensitas yang diperdengarkan seperti rock, namun esensi keseluruhannya adalah jazz yang ramah. Pembaruan ini kontan membuat gerah para musisi penggusung jazz mainstream lainnya. Mengenainya, Miles mengatakan bahwa orang yang terpaku dengan tradisi lama hanyalah orang yang malas yang buntu kreativitas. Bebop sendiri toh pada masanya berbicara tentang perubahan dan menjadi sebuah evolusi.
Miles lalu jalan terus dengan merekam In a Silent Way, dan juga Bitches Brew, keduanya di tahun 1969. Chick Corea, Tony Williams, John McLaughlin, Keith Jarret dan Herbie Hancock adalah antara lain nama-nama segar pada 30 tahun lalu yang turut bersama Miles Davis mengembangkan fusion ini. Mereka menggunakan unsur-unsur elektrik dalam gubahan mereka, dan bahkan terompet Miles pun dilengkapi dengan aksesori elektronik. Memancing kritik? Sudah pasti. Wayne Shorter di sebuah biografi tentang Miles pernah berujar,
There’s nothing magical ‘bout the electric period. There’s nothing mysterious ‘bout how we put things together. There was just more courage involved...the courage to say: ‘To hell with critics’.
Bulan Juni tahun 1972 keluarlah album On the Corner yang bernuansa funk. Para kritikus menyebut musik Miles kali ini ‘anti-musik.’ Tapi apapun sebutannya, kini funk-jazz toh makin berkembang dan banyak digemari orang, seperti halnya penggabungan berbagai jenis musik lainnya, antara lain jazz dengan hip hop atau rap, jazz dengan musik etnik atau world music dan sebagainya.
Berikutnya dalam You’re Under Arrest (1985) Miles menginterpretasikan lagu Time After Time (Cindy Lauper), dan Human Nature (Michael Jackson). Kini musik pop yang jadi sasaran. Untuk menanggapi komentar, Miles mengatakan bahwa banyak dari lagu jazz standard sebenarnya adalah lagu pop pada masanya, dari teater Broadway. Jadi tak bijaklah membeda-bedakan musik pop dulu dan sekarang. Demikianlah dan alur kehidupan jazz pun dapat dikatakan sejalan dengan kehidupan Miles. “I have to change, it’s like a curse,” katanya, hingga adalah absurd kalau Miles dituduh sebagai penentang tradisi musik jazz. Karena perubahan dan improvisasi adalah tradisi itu sendiri. Miles telah berbuat banyak untuk itu.
~ Miles Smiles ~
Pasca-kelahiran fusion, ada lima tahun (1975-1980) yang hilang dari kehidupan musik Miles, akibat kecelakaan mobil serta penyakit diabetes dan pneumonia yang dideritanya. Lima tahun itu ia beristirahat di rumah tanpa sekali pun menyentuh terompetnya. “I just can’t hear the music anymore,” katanya waktu itu dan membuat orang mengira setelah itu tak akan lagi Miles terdengar di dunia pentas dan rekaman.
Tetapi nyatanya pada 1980-an awal, muncullah The Man With the Horn, serta beberapa album lainnya. Miles belum berhenti. Gelar kehormatan berupa Doctorate of Music diperolehnya dari New England Conservatory pada 1986. Dan di penghujung usianya Miles membuat kejutan dengan tampil di Montreux Jazz Festival (Juli, 1991) bersama Quincy Jones. Rekaman ini kemudian mendapatkan penghargaan Grammy untuk Best Large Jazz Ensemble Performance, Grammy kesekian yang diperolehnya. Dan dua bulan setelah festival tersebut, musisi yang juga sempat muncul di beberapa film televisi ini akhirnya wafat, meninggalkan warisan pelajaran improvisasi di setiap rekamannya.
* * *