Mohon tunggu...
Rinawati Acan Nurali
Rinawati Acan Nurali Mohon Tunggu... Penulis - Suka jalan, siap mendengarkan, suka. Suka-suka.

Sebagai warga yang baik, selalu ingin berbagi setidaknya lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aku dalam Diriku Menyingkap dalam Diri

26 Januari 2022   20:16 Diperbarui: 26 Januari 2022   20:34 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa semakin kesini aku merasa ada kekosongan dalam diriku, hatiku merindu entah apa yang kurindukan. Sosok apakah yang sedang kuimpikan, aku ingin bertemu, berjumpa dengan diriNya. Namun bagaimana caranya untuk dapat kukenali bahwa sosok itu adalah yang kurindui. Jika yang kurindui itu bukanlah sebagaimana yang hadir. 

Setelah pelajaran ini, aku semakin diajarkan kesensitifan hati. Merasakan apa yang patut dirasakan, meliht dengan cara yag berbeda, menyimak dengan telinga dan hati yang terbuka. Pengetahuanku tak mampu untuk membuka tabir cahayaNya, menarik diriNya kepada diriku. 

Sedang aku sedang sakit untuk merindu, bagaimana jika aku benar-benar merindu sedang yang aku tahu, yang aku pahami itu bukanlah Dia yang Kuasa, namun bagaimana apakah Dia dapat dinegasikan dari diriNya sendiri. Jika yang kupahami tidak seperti apa yang senyatanya, maka diatas cahaya, masih ada cahaya. 

Cahaya yang tak padam, cahaya yang sebagaimana cahaya yang melingkupi segalanya. Adanya sesuatu melampaui cahaya, sumber bagi semua cahaya. Sumber bagi semua sumber-sumber cahaya.

Jika berbicara tentang wujud hakiki, bagaimna caranya aku untuk mengetahuiNya. Dengan hal apa agar aku bisa dapat memahami dan megerti diriNya. Apakah dia sesederhana seperti apa yang aku bayangkan, ataukah dia tak dapat dipahami. Jika Dia adalah sesuatu yang sederhana dalam realitas, apakah Dia bersifat tunggal, maka itu Dia adalah segala sesuatu yang ada melingkupi aku dan diri makhlu-makhluk lainnya.

Wujud wajib adalah Tunggal dan tanpa sekutu, karena ia lengkap dalam realitas, sempurna dalam hakikat, tak terbatas dalam kekuatan dan intesitas, dan Dia adalah realitas murni wujud, tidak terbatas dan tanpa batasan. Karena bila wujudnya mempunyai suatu batas atau partikularisasi dalam suatu hal, ia akan terbatas dan terpartikularisasioleh sesuatu yang selain wujud; mesti terdapat sesuatu dengan kekuatan melebihinya yang membatasi, mengkhususkan dan melingkunginya. 

Namun itu mustahil, maka tidak terdapat kebaikan dan tidak pula kesempurnaan wujud yang tidak mempunyai sumbernya dalam Dia dan tumbuh diluar Dia.

Berikut adalah bukti penegasan ketunggalannya. Wujud wajib tidak bisa lebih dari satu, karena jika seperti itu, ini akan memerlukan "postulasi" suatu wujud yang di satu sisi mesti namun disisi lain dibatasi dalam wujudnya, sebagai anggota kedua dari suatu pasangan. Tapi kemudian Dia (yakni, wujud wajib "pertama") tidak bisa meliputi setiap wujud, karena kemudian terdapat suatu wujud lain yang tidak kembali padaNya dan tidak dihasilkan atau tidak beremanasi dari sisinya. 

Maka, ini mengimplimikasikan suatu aspek ketiadaan didalamnya yakni kemustahilan dan kemungkinan dan oleh karena itu tidak tercampuri oleh keterbatasan apapun dan ketiadaan perbedaan ini.

Telah ditetapkan bahwa tidak ada yang kedua bagiNya dalam wujud dan bahwa setiap kesempurnaan wujudi adalah suatu penyiraman dari kesempurnaannya, setiap kebaikan adalah cahaya samar-samar  dari cahaya kecantikanNya yang bersinar-sinar. Karena dia adalah sumber wujud dan semua yang lain adalah lebih rendah dari Ia., tergantung padaNya untuk subtansiasi dari DzatNya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun