Mohon tunggu...
RINATUL KHUMAIMAH
RINATUL KHUMAIMAH Mohon Tunggu... Dosen - dosen

membaca untuk meningkatkan literasi di bidang pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mendekatkan Siswa dengan Agama: Solusi Pendidikan Karakter Menuju Pendidikan untuk Pembangunan Berkualitas (SDGs)

27 September 2024   13:47 Diperbarui: 27 September 2024   13:47 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masyarakat 4.0 memiliki ciri dengan pola keseharian yang sangat erat dengan sentuhan perangkat computer dan otomatisasi mesin. Aktivitas manusia diera ini semakin banyak yang diintegrasikan dengan perangkat lunak dan visual dimana internet menjadi sektor penting penunjang aktivitas manusia. Pada era 4.0 masyarakat bekerja dengan menyinergikan cloud service (data base) dalam dunia maya menggunakan internet untuk menyimpan, mencari, dan menganalisis informasi atau data.

Namun dibalik kemajuan teknologi yang dicapai oleh era 4.0 muncul kekhawatiran bahwa manusia akan dijegal oleh teknologi buatannya sendiri. Berbagai prediksi masa depan yang suram akibat dikuasai teknologi juga muncul. Kelompok tertentu yang tidak bisa menguasai teknologi akan menjadi kaum marginal yang tersisihkan sementara kelompok yang menguasai teknologi, berpeluang untuk menguasai dunia. Dari sinilah muncul gagasan Masyarakat 5.0. Masyarakat 5.0 bercita-cita menghadirkan Masyarakat yang maju dengan berpusat pada manusia itu sendiri, bukan teknologi. Teknologi sejatinya hanyalah alat yang diciptakan untuk mendukung kebaikan manusia, bukan malah merusaknya.

Masyarakat industry 4.0 lahir dengan skema yang semakin khas. Terjadi banyak perubahan diberbagai lini kehidupan manusia. Jika dulu harus kepasar untuk berbelanja sekarang Masyarakat bisa berbelanja tanpa pergi kepasar. Pada bidang Pendidikan, kemajuan digital semakin membuka akses untuk menambah wawasan, membantu proses pembelajaran, namun juga menjadi momok jika sewaktu-waktu teknologi akan menggantikan posisi seorang guru. Era 4.0 membawa manusia memiliki gaya hidup digital. Masyarakat hidup dengan perangkat digital dan menjadikan perangkat digital sebagai bagian tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Gaya hidup ini telah mengubah kebiasaan masyarakat. Di dalam konteks pekerjaan, bagi orang yang memiliki kesibukan dan mobilitas tinggi, keberadaan perangkat teknologi akan sangat membantu dan memudahkan mereka. Misalnya, untuk mengirimkan dan menerima berkas pekerjaan, orang kini tidak selalu harus pergi ke sebuah tempat, kantor, atau pergi ke kantor pos. Orang bisa mengirimkan dan menerima berkas melalui email yang dikirim dari perangkat teknologi seperti komputer, laptop, netbook, PDA, atau Tab. Orang kini tidak perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga.

Teknologi internet semakin mudah diakses, dengan hadirnya smartphone seakan dunia dalam genggaman. Kecanggihan smartphone menyajikan kemudahan dalam mengakses internet, media sosial dan game online. Ketidaksiapan pengetahuan dari anak-anak dalam menyaring budaya barat seakan-akan semua budaya barat patut ditiru. Hal inilah yang menyebabkan degradasi moral anak usia sekolah dasar. Degradasi moral dipandang sebagai kemerosotan nilai-nilai dan kualitas hidup serta kemerosotan identitas bangsa. Degradasi moral di sekolah dasar semakin memprihatinkan dari banyaknya penyimpangan-penyimpangan perilaku oleh pelajar sekolah dasar, seperti perkelahian antar pelajar, pemerkosaan, bullying, narkoba, pelecehan seksual, mabuk dan merokok dilingkungan sekolah.

Kemajuan teknologi di era 4.0 telah mencetak generasi yang cerdas namun rendah moralitasnya. Degradasi moral menjadikan Pendidikan tidak berkualitas dan Ketika Pendidikan tidak lagi berkualitas maka akan berpengaruh pada keberhasilan ketercapaian SDGs. Maka dari itu diperlukan sebuah formula baru untuk mencetak generasi yang canggih dan cerdas dan berakhlakul karimah atau bermoralitas tinggi.

AGAMA SEBAGAI SOLUSI PENDIDIKAN KARAKTER, MENYONGSONG PENDIDIKAN BERKELANJUTAN

Jika membaca Sejarah peradaban manusia, ditemukan bahwa agama telah ada dan sama tuanya dengan umur manusia di dunia ini. Dalam filsafat, manusia di pandang sebagai "homo divinans" atau "homo religios", artinya makhluk beragama karena di dalam psikologisnya memiliki suatu kemampuan dasar atau insting agama. Dengan kata lain, manusia makhluk yang memiliki "fitrah beragama" dan senantiasa akan mencari keberadaan sang pencipta.

Agama memiliki nilai/ajaran yang berhubungan dengan ibadah yang berarti penyembahan kepada yang suci, sakral, dan adi kodrati dalam bentuk ritus, upacara keagamaan, atau peribadatan tertentu. Selain itu, agama juga mengajarkan etika religius, utamanya menyangkut hubungan manusia dengan manusia lain, yang bisa disebut kesalehan sosial.

Seseorang  yang  pada  waktu  kecilnya  tidak  mendapatkan  pendidikan  agama,  maka  pada saat  dewasanya  nanti  tidak  akan  merasa  pentingnya  pendidikan  agama  dalam  kehidupan  atau bahkan  mungkin  kurang  peduli  terhadap  agama.  Lain  halnya  dengan  seseorang  yang  sejak kecilnya sudah banyak mendapatkan pendidikan agama atau telah ada pengaruh lingkungan untuk mengembagkan  potensi  keagamaannya,  maka  setelah  ia  dewasa  mmempunyai  kecendrungan kepada hidupnyang selalu dilandasi oleh nilai-nilai ajaran agama yang dianutnya.

Dalam agama islam memiliki dua sumber ajaran yaitu AL-Qur'an dan Hadits. Kandungan ajaran yang tertulis dalam Al-Qur'an dan hadits menyebutkan berbagai macam karakter seperti jujur, disiplin, tanggung jawab, kasih saying, saling menghormati, bermusyawaroh, qona'ah, bahkan hamper seluruh karakter atau akhlak disebutkan, tidak terbatas pada karakter positif atau akhlakul karimah saja, bahkan karakter negative atau akhlaq madzmumah juga disebutkan .

Mendekatkan siswa dengan ajaran ajaran Islam seperti sholat lima waktu, mengaji Al-Qur'an, kisah-kisah teladan para rasul, nabi dan sahabat nabi, mengenalkan tentang haji, zakat, puasa adalah pendekatan dan metode yang efektif untuk membentuk karakter peserta didik. Anak yang kuat agamanya bakan senantiasa merasa bahwa ada Allah SWT yang maha melihat, maha mendengar, dan maha mengetahui isi hati. Anak yang dekat dengan agamanya akan senantiasa merasa bahwa terdapat dua malaikat Raqib dan Atid yang megawasi dan mencatat amal perbuatannya. Anak yang mengenal agama akan menyakini bahwa segala perbuatan, perkataan, dan tingkah laku nya pasti akan dimintai pertanggung jawabannya. Eksistensi tersebut yang mendorongnya untuk berkarakter baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun