Mohon tunggu...
Roro Asyu
Roro Asyu Mohon Tunggu... Freelancer - #IndonesiaLebihLemu

suka makan, suka nulis, suka baca, tidak suka sandal basah www.rinatrilestari.wordpress.com www.wongedansby.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nani dan AXL Nggak Pake Rose

24 Maret 2011   02:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:30 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Axl! Axl!"

Kepala Nani terlihat celingukan. Diseret sepatunya yang sudah tak menempel dengan benar di kedua kakinya itu menuju ke belakang dapur rumahnya. Mata gadis itu bergerak ke kiri dan ke kanan sambil bibirnya terus saja meneriakkan sebuah nama.

"Axl! Axl!"

Tak lama yang dicari pun muncul dari arah kebun. Kakinya bergerak cepat, berlari menghampiri Nani yang menyambutnya dengan bibir terkembang lebar.

"Kemana saja sih? Main lagi ya sama Mimi ya?"

"Haduh, dateng bukannya ganti baju malah mainan sama ayam. Ayo cepat ganti. Nanti kotor seragamnya," teriak Ibu dari dapur.

"Iya, sebentar," jawab Nani tanpa menoleh.

Tangannya masih sibuk mengelus-elus bulu-bulu Axl yang hitam bercahaya.

"Kamu lapar? Tadi sudah makan belum? Makan yuk," kata Nani.

Tak mempedulikan seragam putihnya, diangkatnya tubuh Axl dan digendongnya masuk ke rumah. Ibu yang melihat langsung berteriak, meminta anak perempuan itu menurunkan ayamnya. Teriakan yang sia-sia karena hampir setiap hari dilakukan Ibu tapi tidak pernah dihiraukan oleh Nani. Tanpa mengganti seragamnya, hanya sepatu dan kaos kakinya yang dilepas, Nani menuju meja makan. Masih dengan Axl dalam gendongannya dia mulai duduk dan memeriksa makanan di bawah tudung saji.

"Nani! Ibu bilang apa? Taruh dulu Axl. Cuci tangan, baru makan. Kamu ini kalo dibilangin susah banget ya."

Dengan wajah cemberut Nani meletakkan ayamnya. Dibiarkan ayamnya itu berkeliaran, berputar-putar di samping kakinya. Pun ketika dia membersihkan kedua tangannya di wastafel, Axl masih saja mengikutinya.

"Bu, besok kan Nani ulang tahun, Nani boleh minta kado?"

"Kalo lagi makan jangan sambil ngomong, ntar kesedak."

"Ini juga sudah ditelen. Bolehkan Bu?"

"Emangnya kamu mau kado apa?"

"Ehm...Nani pingin banget punya radio."

"Radio kan mahal. Lagian buat apa sih minta radio segala, kan sudah ada tipi?"

"Beda dong. Tipi mah nggak asik. Nani minta radio aja. Yang kecil juga nggak papa, malah enak bisa dibawa-bawa. Boleh ya Bu?"

Ibu memandang wajah polos gadis kecilnya itu. Anaknya itu memang suka sekali membuatnya pusing juga kesal meski kemudian rasa itu langsung hilang manakala menatap mata Nani. Mata bulat itu terlihat begitu polos, apalagi kalau sedang ada maunya.

"Liat nanti, terserah kata Ayah saja."

"Hore!"

"Ih belum tentu boleh kok sudah girang. Sudah cepet dihabisin makannya trus jangan lupa ganti seragamnya, nanti kotor."

"Siap, Bos!" kata Nani sambil mengangkat tangannya, menghormat.

Melihat polah Nani, Ibu hanya bisa geleng-geleng kepala kemudian pergi ke dapur. Siapa yang bisa menolaknya, dia terlalu manis, batin Ibu.

[caption id="attachment_97094" align="alignleft" width="300" caption="ilustrasi diambil dari http://www.1st-art-gallery.com/"][/caption]

"Axl! Axl!"

Nani baru saja pulang sekolah siang ini dan seperti biasa ayam jantannyalah yang dia cari. Kaki kecilnya melompat-lompat kecil menuju ke belakang rumah. Kali ini tidak ada teriakan Ibu yang mengingatkannya untuk ganti baju. Terus Nani melangkahkan kakinya ke kebun belakang. Axl belum menunjukkan tanda-tanda keberadaannya.

"Axl! Axl!"

Teriakan Nani mulai panjang dan keras. Wajahnya yang tadi ceria mulai berganti cemas. Axl masih belum kelihatan. Diseret kakinya ke kebun samping, kebun tetangganya. Mungkin dia sedang bermain dengan Mimi, ayam betina milik tetangga sebelah, pikirnya dalam hati. Sia-sia, Mimi terlihat sedang asyik dengan anak-anaknya yang kemungkinan besar anak Axl juga. Perlahan didekatinya ayam betina itu.

"Kamu tahu dimana Axl?" tanyanya.

Seolah mengerti yang diucapkan oleh Nani, ayam betina itu terlihat menggeleng sebelum kemudian kembali asyik menikmati makanan bersama anak-anaknya. Nani mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kebun. Aneh, batinnya. Akhirnya dia pun memutuskan kembali ke rumah. Ibu pasti tahu, pikirnya.

"Bu, Ibu tahu Axl nggak?" tanyanya sambil mendekati ibunya yang duduk menjahit.

"Oh Axl ya. Axl pergi," jawab Ibu.

"Pergi? Pergi kemana?" tanya Nani cemas.

"Tadi ada kakek-kakek kesini, kasian sudah tua. Katanya cucunya pingin punya ayam jago jadi..."

"Ibu kasih Axl ke orang itu? Ibu jahat! Ibu tega! Axl! Aku mau Axl!" teriak Nani sambil kemudian mulai menangis.

"Loh kok malah nangis. Dengerin Ibu dulu dong. Kakek itu datang sambil membawa radio, dia bilang dia mau tukar radionya dengan ayam karena cucunya pingin punya ayam dan dia nggak bisa membelikan...."

"Terus Ibu tukar Axl sama radio itu? Axl! Axl!"

Gadis yang baru saja berumur sepuluh tahun tepat hari ini itu terlihat berlinangan air mata. Hatinya sakit membayangkan Axl yang merupakan kado ulang tahunnya yang kesembilan dari neneknya itu harus hilang, berganti dengan radio di ulang tahunnya yang kesepuluh.

"Axl! Axl!" panggilnya pelan.

Melihat Nani menangis Ibu bukannya kasihan malah terlihat geleng-geleng kepala sambil tersenyum.

"Sudah...sudah, jangan nangis. Kalo lihat kamu nangis kayak gini nanti Axl malah sedih," kata Ibu.

"Ibu mana tahu perasaan Nani. Ibu tega. Kalau tahu Axl ditukar sama radio mending Nani nggak minta kado, Nani rela nggak dapet kado," katanya sambil sesengukan.

"Haduh sudah kayak sinetron aja. Axl nggak kemana-mana, dia lagi main ke rumah sebelah. Sekarang kan ada ayam betina baru di rumah Om Burhan."

"Serius? Axl nggak ditukar?" tanya Nani nggak percaya.

"Lihat aja sendiri kalo nggak percaya. Oh iya, beneran nih nggak mau radionya?"

Tak mempedulikan lagi kata-kata Ibunya, Nani langsung berlari ke rumah Om Burhan, tetangganya. Benar saja, di halaman dia melihat Axl sedang asyik bersama seekor ayam betina. Dipeluknya ayam jantannya itu sambil dielus-elus. Axl yang tidak tahu apa yang terjadi hanya diam saja.

Surabaya, 23 Maret 2011

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun