Mohon tunggu...
Rina Sutomo
Rina Sutomo Mohon Tunggu... Berfantasi ^^ -

Hening dan Bahagia menyatu dalam buncahan abjad untuk ditorehkan sebagai "MAKNA"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Iblis Jatuh Cinta

6 Desember 2016   23:19 Diperbarui: 1 April 2017   08:48 911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: alphacoders.com

Sebuah kesalahan yang tidak bisa diterima iblis-iblis lain. 

Pagi itu aku mencabik-cabik awan lalu menghamburkannya menjadi hujan kecil-kecil yang turun dan mendinginkan tenah-tanah tandus. Seorang lelaki yang tinggal di Negeri Bawah Angin itu tidak boleh kehausan dan tersiksa – dia lelaki yang telah aku selamatkan sebanyak tiga kali saat perang saudara pecah di tanah tinggalnya.

Di bumi bawah sana natal akan segera tiba. Malaikat akan terus sibuk mencatat doa-doa pengabul harapan dan iblis sepertiku akan direpotkan oleh tugas besar setelah Rapat Kegelapan selesai.

Bulan lalu para petinggi neraka memilihkanku untuk bertugas di Hell On Earth – di belahan bumi Asia Tenggara sebagai Ketua Divisi Pencucian Uang. Sedang selama sebulan ini mereka mengirimku ke tanah tandus di Negeri Bawah Angin untuk memperbanyak serpih-serpih dosa. Seharusnya aku pulang dengan membawa Cumlaude untuk mendapat tanda kehormatan dan perpanjangan sertifikat kekekalan pada malam anugerah yang akan berlangsung dua pekan lagi, tepatnya sebelum hari Valentine tiba di bumi.

-Cencz, aku sempat melihatmu menyentuh awan. Aku telah mendahuluimu sejauh dua mil. Segeralah berangkat ke rapat sebelum Ketua Dewan memberi putusan untuk menghanguskan lima puluh tahun kekekalanmu. Hanzer.-

Aku baru saja mengibaskan sayap hitam iblisku saat kedua tanganku menerima email itu. Hanzer mengingatkanku untuk segera menuju tempat rapat, di pemujaan hitam terbesar, di dasar neraka.

Aku terlambat selama dua setengah detik, saat itu Ketua Dewan tengah memulai pemujaan untuk roh tertinggi yang mencintai dendam, penyiksaan, eksploitasi seksual, kebohongan, pencucian uang dan kekejaman. Kami memanggilnya “Kaisar Iblis”.

Terpaksa, landing force. Semua iblis tak mendapat ijin melandas di ruang rapat saat pemujaan, mungkin satu menit dua puluh tiga detik lagi pemujaan akan selesai. Aku mengibaskan sayap pelan-pelan di dekat jalan nirwana, saat itu kedua malaikat penjaga gerbang sedang berdiskusi dengan bijak.

“Tahun ini Kau akan lebih sering menutup jalan utama untuk jiwa-jiwa yang baru lepas, Swetch.”

Malaikat cantik dengan lingkaran bunga sakura yang berputar-putar di atas kepalanya itu membuka buku putih setebal lima puluh kaki yang berisi nama-nama pendatang baru selama satu hari. Satu hari kami terhitung satu tahun bagi manusia di bumi.

“Mereka para pendosa akan terlempar dengan kasar dari catatan yang dituliskannya, lewat raga-raga yang malang, Veem.” Malaikat satunya menjawab, cahaya tubuhnya menyudut lembut mulai menyorot lekuk tubuhku.

“Hai Cencz, kau tak ikut rapat di ujung sana?”

Malaikat itu menarik sayapnya lalu menunjuk ke arah neraka dasar. Ia lengkungkan senyumnya menyambutku dengan ramah. Sangat manis, pikirku penuh nafsu.

“Sayang sekali, pemujaan mereka telah selesai. Aku harus pergi. See yah!” Aku membalikkan badan menuju ruang rapat setelah dengung pemujaan terhenti.

Kubungkukkan tubuhku pelan dengan sayap yang terangkat rendah ke depan sebagai wujud penghormatanku pada Ketua Dewan dan yang mereka puja. Ketua dewan menatapku penuh gairah atas kesalahanku barusan, mungkin ia akan menghisap lima puluh tahun kekekalanku atau memberhentikanku untuk sementara waktu.

All eyes on me, aku menyadari itu. Mereka mendekat padaku bersamaan dan memandang resah ke tubuhku, kecuali Hanzer.

“Kau yakin Cencz? Jadi ini bentuk tubuhmu yang baru?” Heall sang ketua Divisi Penyiksaan memandangku tak percaya setelah sebulan tak bertemu. Matanya berkedip beberapa kali, cakarnya akan menjamah kulit lenturku untuk memastikan “Akulah Cenczio, yang sekarang menyandang gelar Ketua Divisi Eksploitasi Seksual.Memang sudah seharusnya aku menggunakan bentuk tubuh sintal seperti ini.” untungnya Ketua Dewan berdehem panjang sebelum Heall benar-benar menyentuhku.

Seluruhnya kembali ke tempat duduk dengan meja membundar dan Mic Conference dari api telah tersedia di depan dada masing-masing. Api pengeras suara itu akan menyala-nyala setiap kali salah satu dari kami terpilih untuk memberikan pendapat.

“Apa yang kau lakukan sebelum dua menit dua puluh lima detik setengah yang lalu?” Mata Ketua Dewan yang merah tiba-tiba menghitam menjelajahi wajahku. Kata-katanya bagian dari percikan amarah.

Mic-ku telah menyala, semakin membesar saat sebelas detik berlalu dan aku belum memberikan jawaban. Seluruh kepala iblis itu menggeleng pelan, menatapku penuh kecurigaan.

“Mencakar awan untuk menurunkan hujan, Sir.” Seketika itu juga seluruh mata berubah hitam, kecuali Hanzer. Lelaki itu berdiri, mungkin akan menjadi pelindungku seperti tahun-tahun kemarin.

“Itu memang melawan ketetapan langit. Mohon tenang, dia hanya iblis wanita yang sedang jatuh cinta.”

Benar, Hanzer terlalu memahamiku.

“Apa kau gila! Hanya karena cinta kau melawan langit dan mempertaruhkan kekekalanmu! Jika itu terjadi sertifikat kekekalanmu akan musnah dan kau harus berjuang memulainya lagi sebagai iblis kelas bawah!”

Ketua Dewan kembali mengingatkanku setelah sekian banyak hukuman aku terima beberapa bulan sebelumnya. Aku sering jatuh cinta, merasa iba, dan mengacuhkan aturan langit.

“Apa yang salah? Aku hanya tak bisa melihat laki-laki itu menderita.” Pikiranku bergerak lambat. Aku mencoba membela diri dengan sayap-sayap yang mulai bergetar, keringat dingin menjalar pelan.

“Setidaknya kamu tahu! Langit tak mengijinkan iblis untuk memberi hujan. Di buku langit, tanah itu sudah tertulis untuk menjadi tandus penuh peperangan saudara. Kau melangkahi Ketua Divisi Kekejaman! Kau sadar dengan itu?!”

Ketua Dewan kembali mencercaku, mengingatkanku pada insiden lama. Aku terbiasa menimbulkan kekacauan yang menyenangkan. Sementara aku tak bisa membiarkan lelaki yang kusuka kelelahan di antara panasnya perang. Aku ingin menyalahkan Ketua Divisi Kekejaman yang tak pergi saja dari tempat itu, namun kami sesama iblis, aku bisa apa.

All in your head, Baby. Lupakan saja lelaki di bumi itu sebelum kekekalanmu musnah. Atau kau akan kembali iba dan rajin melanggar paraturan langit karena cintamu itu?” Hanzer menceramahiku dengan tatapan romantis.

Bagaimana mungkin aku bisa meninggalkan lelaki di bumi itu. Dia berparas indah, dia yang sering menyebut Tuhannya, dan aku sedang tergila-gila!

“Sangat sukar untuk menyentuh tubuh dan hatinya. Sekarang aku hanya ingin menjaganya.” Aku memiliki kelebihan untuk mencium aroma lidah, dan lidah semua iblis itu membeku saat mendengar keluh kesahku, begitu pula dengan ketua dewan yang bergaun hitam menjuntai dengan pedang runcing yang ia gunakan untuk mematikan iblis-iblis lalai, kecuali aku.

Bagaimana mungkin ketua Divisi Eksploitasi Seksual sepertiku akan dimusnahkan – mereka akan menangis karena ranjangnya tak akan terjamah oleh tubuh baruku. Saat itu juga aku baru sadar, aku hanya mengenakan sexy strapless bra berwarna hitam. "Ketua divisi pelacuran tak perlu gaun yang indah," kata Fleer ketua Divisi Kebohongan yang menjamahku minggu lalu.

“Baiklah. Akan ada dua keputusan akhir nantinya. Jika kau berhasil menyeretnya pada kelompokmu aku akan memaafkan kesalahanmu hari ini. Jika kau gagal, aku akan menghapus namamu sebagai ketua divisi begitu juga dengan sertifikatmu.”

Ketua dewan menatapku tajam. Saat itu Bred tengah mengedarkan main course – semangkuk besar hati pangggang dari para pendendam dan secawan darah hitam dari para penganut kegelapan.

Rapat beralih ke topik lain hingga semua ketua divisi mendapat tugas di belahan bumi masing-masing. Dua menit kemudian Ketua Dewan meninggalkan tempat menuju neraka zona 3, bersenang-senang dengan api, di sana tempat iblis-iblis kecil dididik. Beberapa tahun selanjutnya mereka bisa saja menempati ruangan ini jika kemampuannya tidak terlalu buruk.

“Sayang, lupakanlah manusia itu. Kau hanya akan memperpendek usianya jika ia berhasil menyentuh lekuk tubuhmu.” Hanzer menepuk punggungku dengan lembut, matanya bersinar merah. Sayangnya perasaanku untuknya tak sehebat dulu.

“Hanzer sayang, kau cemburu atau apa?” Aku tersenyum jahat.

Keheningan yang menegangkan memenuhi tempat itu. Saat itu aku sadar semua iblis menatap muak dengan kedekatan kami. Well, aku milik umum – memang.

“Kau masih berniat menyentuh tubuhnya? Jika kau mencintainya kau tak akan membiarkannya mati lebih awal bukan?” Hanzer menatapku tajam, ucapannya seakan mencekik paru-paruku hingga pecah, dan ia melenggang pergi.

Jantungku yang hitam pekat berdegup lebih kencang, 200 kali perdetik jika hitunganku tak salah. Mataku menampung airmata. Aku sadar, aku tak bisa menyentuh tubuhnya atau menyelamatkannya. Pikiranku sangat gelisah. 

Hanzer benar, aku hanya iblis yang sedang jatuh cinta.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun