Mohon tunggu...
Rina Sutomo
Rina Sutomo Mohon Tunggu... Berfantasi ^^ -

Hening dan Bahagia menyatu dalam buncahan abjad untuk ditorehkan sebagai "MAKNA"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Musim Gugur Ketiga, Lai Chi Kok Park

10 September 2016   23:51 Diperbarui: 11 September 2016   00:25 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
illustrasi: hkcitylife.com

Aku hanya menggelengkan kepala sambil menikmati usapan angin yang pelan-pelan lewat di depan wajah kami. Helai-helai rambutku sedikit terangkat dan jatuh kembali, jauh dari kata rapi. Sesekali aku gunakan jemari tanganku untuk menyisir rambutku pelan. Namun aku lebih sering membiarkan helai demi helainya teracak-acak oleh lamunan angin siang. Asal angin itu tidak marah, itu saja.

"Ini oleh-oleh dari Bali."

Dia menyodorkan sebungkus dark chocholate, karena dia mengetahui kebiasaanku menghindari camilaan berlemak, mungkin saja jika tebakanku benar. Memang sedikit pahit daripada milk chocholate, tapi dark chocholate lebih kaya akan nutrisi dibanding milk chocholate yang sudah dicampur dengan sekian persen gula dan bahan tambahan lainnya. Namun sayang, satu hal yang dia tidak pernah tahu. Aku hanya mengatur pola makanku disaat aku ingat, selebihnya aku lebih suka memanjakan lidahku daripada harus membuat ludahku terjatuh untuk menikmati lezatnya makanan yang dapat aku konsumsi di dunia ini.

Awalnya aku sempat menolak, karena dia tak pernah memberiku oleh-oleh sebelumnya. Hingga akhirnya dia berkata,

"Berikan pada temanmu jika kau tak mau."

Saat itu ia angkat hpnya yang berlayar tak kurang dari 5 inch di depan wajahnya. Aku rasa mungkin dia marah, padahal saat itu aku bingung dengan hadiah semacam itu. Terlebih lagi sudah empat tahun lebih aku tak pernah mencoba berpacaran, sehingga hal seperti ini justru membuatku salah tingkah. 

Aku longokkan kepalaku, hingga dapat mengintip raut wajahnya. Sangat datar, aku bingung karena dia lebih memilih hpnya daripada mengajakku berbicara, meskipun itu hal yang tidak penting; misal, 'manga apa yang kamu baca?' - seperti hari-hari sebelumnya.

"Sudahlah, iya-iya aku makan."

Barulah ia mau menurunkan hp canggihnya itu dan dimasukkan kembali ke kantongnya. Ini pertemuan pertama kami setelah ia sibuk mengikuti pertemuan pekerja dari beberapa negara di Bali pada bulan ini. Sepuluh hari di Bali mungkin sangat dimanfaatkan olehnya; terkadang fikiran unikku mulai berargumen sendiri-sendiri; mungkn saja ia punya pacar di sana, atau bisa jadi ia hanya fokus bekerja seperti yang selama ini aku kenal.

Benar, aku telah mengenalnya selama tiga musim panas jika dihitung dari awal kita bertemu. Aku sempat menyimpan beberapa rasa yang aku coba untuk aku simpan lalu aku ketahui itu semacam rasa suka yang sedikit berlebih. Namun aku tak berniat untuk memilikinya. Bahkan, bisa duduk berdua di taman seperti ini saja sudah membuatku bahagia.

Aku juga sempat berfikir bahwa aku mulai terbiasa untuk mengaguminya, karena otaknya yang cerdas ia mampu meraih posisinya saat ini, di kantornya. Jika bukan karena itu,ia tak akan bisa keliling negara Asia dengan gratis. Begitulah aku memahami sosoknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun