Saya tak heran banyak orang yang tak menghargai orang lain hanya karena baju yang dikenakannya. Padahal belum tentu si pemakai jas adalah orang kaya, bisa saja jas itu adalah barang temuan. Mengapa tidak bisa menghargai orang lain? Pada dasarnya kita sama-sama manusia.
Baiklah, kejadian itu sudah lama terjadi. Dan yang beberapa hari ini baru saja saya alami adalah sesuatu yang benar-benar membuat saya tersenyum lebar. Ringkas cerita saya hanya ingin melakukan wawancara mengenai buruh migran Indonesia di Hong Kong dengan beberapa narasumber yang juga berstatus sebagai buruh migran. Saya pikir saya akan mendapatkan hasil, namun saya salah.Â
Narasumber yang bersangkutan menyanggupinya namun ketika saya tunggu, satu hari, dua hari, ternyata tidak ada jawaban. Padahal jawaban pertama adalah, "Iya, nanti ya (malam harinya)." Saya juga sempat menegaskan bahwa saya membutuhkan data hari itu juga. Jika memang tidak dapat memberikan jawaban seharusnya bilang saja, "Saya tidak bisa." Dengan begitu sudah cukup, saya dapat mencari sumber lainnya.Â
Bapak-bapak yang duduk di jabatan yang telah saya sebutkan di atas selalu menghargai waktu orang lain. Terbukti ketika beliau menyanggupi hari Senin wawancara, maka hari Senin itu juga saya dapat menemui beliau. Mereka menghargai waktu orang lain karena mereka sepenuhnya paham konsep menghargai orang lain, serta konsep menghargai waktu. Biasanya mereka para orang besar dapat menjadi orang besar karena kebiasannya menghargai hal-hal kecil.
Tak ada salahnya memang, terkadang kita harus belajar dari orang besar yang berhati besar. Bukan orang kecil yang terlalu berbesar hati.
Tak masalah kita hanya menjadi orang kecil asal berhati besar, siapa tahu.......... Kelak akan menjadi orang besar..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H