Dari jauh, dalam penantian itu,Â
Aku mempercayaimu seperti kemarau yang mempercayai musim hujan
Bersama daun dihempasan angin aku memaksa menetap diranting kering
Berlalunya debu yang diterpa hujan aku memahamimu sebagai embun saat pagi datangÂ
Menjadikanmu lilin saat matahari tenggelam
Menuliskanmu dalam bait yang tertata indah
Aku menyukai kita seperti saat mengalunkan jemari menyusun kata
Membanggakannya saat Tuhan mengisyaratkan "Jangan"
Bersama keringnya embun di kemarau panjang
Aku menjadikan kita sebagai kenanganÂ
Tak selama waktu yang merubah batu menjadi pasir
Tak secerah saat matahari bangun dan mendaki ke langit
Menjadikanmu lilin yang harus kutiup
Menuliskan keindahan yang harus kuhapus
Saat waktu mengubah jalannya angin
Dan angin mengubah kepercayaanku hingga terkikis habis
Kamu yang pergi bersama angin membuatku berkaca tentang kerasnya fakta
Kita, aku tak mampu menatanya kembali...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H