Mohon tunggu...
Rina Susanti
Rina Susanti Mohon Tunggu... Penulis - Mama dua anak yang suka nulis, ngeblog dan motret. Nyambi jualan kopi dan jualan anggrek/tanaman hias. Bisa intip blog saya di www.rinasusanti.com

Mama dua anak, penulis lepas dan blogger. www.rinasusanti.com

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Memoar Pegiat Harmoni Bumi

1 November 2024   09:28 Diperbarui: 1 November 2024   09:34 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Review Buku Dalam Dekapan  Zaman

Judul Buku : Dalam Dekapan Zaman, Memoar Pegiat Harmoni Bumi

Penulis : Amanda Niode Katili, Ph.D

Penerbit : Diomedia, Oktober 2024

Halaman : XXVI  + 420 halaman

 

Apakah kita pernah memikirkan daya tamping maksimal planet Bumi sebagai 'rumah' bersama? Seperti sebuah kapal penumpang di lautan yang akan tenggelam jika muatannya melebihi kapasitas, maka Bumi juga memiliki batasan. (hal 19).

Sebuah pertanyaan yang menggelitik kesadaran, bahwa penghuni Bumi terus bertambah sedangkan kapasitas dan sumber daya yang disediakan tetap. Sebuah kesadaran, bahwa adalah tanggung jawab kita menjaga agar Bumi tidak 'tenggelam'.

Buku Dalam Dekapan Zaman adalah catatan perjalanan 50 tahun Amanada Katili Niode Ph.D  sebagai pegiat lingkungan dan aktivis perubahan iklim, namun beliau lebih suka penyebut dirinya sebagai  Pegiat Harmobi Bumi, ini tidak lepas dari filosofi hidup yang dipegangnya,  yang tidak  hanya mendedikasikan pada pelestarian lingkungan melalui tindakan praktis seperti konservasi dan advokasi tetapi juga melalui penananam nilai nilai keharmonisan dengan alam dalam setiap aspek kehidupan.

Amanda Katili aktif di berbagai organisasi lingkungan skala  nasional dan internasional selain pernah menjadi  Tim Ahli utusan khusus Presiden Republik Indonesia untuk pengendalian perubahan iklim tahun 2015 hingga 2019 , staf khusus Menteri Lingkungan Hidup dan sejak 2016 menjadi anggota dewan pertimbangan perubahan iklim, kementrian lingkungan hidup dan kehutanan. Amanda Katili juga aktif menulis buku dan artikel di berbagai media.

Buku Dalam Dekapan Zaman mengajak membaca mengetahui isu-isu lingkungan dan perubahan iklim yang terjadi saat ini dan bagaimana kita, setiap orang di bumi ini harus berperan untuk menjaga bumi.

foto koleksi pribadi
foto koleksi pribadi

Menjaga Bumi 

Perubahan iklim adalah permasalahan global karena emisi gas rumah kaca dari berbagai negara di dunia memengaruhi atmosfer bumi. Karenanya untuk menyikapi perubahan iklim diperlukan kesatuan tanggapan dalam bentuk multilateralisme insklusif, yaitu melibatkan seluruh lapisan masyarakat, kerjasama internasional serta mobilisasi sumber daya secara global. (hal 16).

Isu perubahan iklim yang dapat menyebabkan bencana bukan isapan jempol, saat ini suhu bumi sudah naik sekitar 1 derajat semenjak dimulainya  revolusi industri dan dampaknya sudah kita rasakan seperti kebakaran hutan saat musim kemarau dan lapisan es di kutub yang mulai mencair. Jika tidak dikendalikan suhu bumi akan terus naik sehingga bumi terlalu panas untuk ditumbuhi tumbuhan, terumbu karang menghilang yang artinya jumlah ikan berkurang padahal seiring waktu jumlah manusia di bumi bertambah yang artinya kebutuhan akan pasokan makanan bertambah.

Keaktifan Amanda di berbagai  organisasi lingkungan dan perubahan iklim, membuatnya terpanggil untuk menjadi climate action coach yang tujuannya melakukan pendampingan dalam mendorong individu atau kelompok untuk mengambil tindakan dan berkembang dalam bidang lingkungan hidup, perubahan iklim dan keberkelanjutan. Amanda melakukan pendampingan pada generasi muda diberbagai program isu lingkungan dan perubahan iklim yang melibatkan generasi muda seperti Youth Leadership Camp for Climate Crisis dengan peserta mahasiswa Indonesia dari berbagai daerah.

Menurut Amanda, kaum muda memiliki peran besar dalam menghadapi krisis iklim dan pembangunan berkelanjutan jadi sangat penting berkolaborasi dan melibatkan kaum muda dalam isu lingkungan dan perubahan Iklim.

Pemuda memiliki 3 peran besar dalam menjaga bumi; Pertama, sebagai innovator berkelanjutan, baik itu menciptakan teknologi yang mendukung energi bersih, mengembangkan metode pertanian berkelanjutan, atau merancang produk ramah lingkungan. Kedua, sebagai pemimpin gerakan yang menuntut kebijakan yang lebih hijau dan adil, dengan mengorganisir komunitas, memimpin diskusi, dan menantang status quo. Ketiga, sebagai pendidik lingkungan. (hal 329).

Mengenal  12 Prinsip Pola Pikir Berkelanjutan dan Menerapkannya dalam Kehidupan

Satu dari sekian banyak hal menarik dari buku ini bagi saya adalah mengenai 12 Prinsip pola pikir berkelanjutan yaitu pola pikir yang harus diterapkan untuk memahami  dan berkontribusi dalam menjaga bumi. Prinsip yang menurut saya sangat bagus jika disosialisasikan pada 

 generasi muda mulai dari tingkat sekolah dengan bahasa yang disederhanakan dan melalui contoh konkrit agar mereka paham dan berkontribusi pada lingkungan dan kemudian perilaku dan sikap peduli lingkungan ini menjadi kebiasaan.

Berikut 12 Prinsip pola pikir berkelanjutan menurut persepsi saya, mohon koreksi jika salah, karena  jika membaca pointnya saja yang bahasanya baku plek timplek terjemahan  khawatir saya salah mempersepsikan.

Apa saja sih 12 Prinsip pola pikir berkelanjutan itu;

  1. Ekoliterasi, memahami kondisi planet ini memungkinkan kita untuk lebih sepenuhnya menyadari tantangannya.
  2. Kontribusi saya, bagaimana berkontribusi memecahkan masalah lingkungan.
  3. Berpikir Jangka Panjang, setiap tindakan akan memiliki konsekuensi yang berdampak secara global.
  4. Berpikir 'Keduanya -- Dan', mencari solusi yang penting untuk kesehatan ekosistem.
  5. Mengalir dalam siklus, memahami hukum alam -  siklus kehidupan, dengan begitu akan lebih aware terhadap alam.
  6. Ketertarikan, menyadari pentingnya keanekaragaman hayati sehingga bisa turut berkontribusi pada keberlanjutan.
  7. Inovasi kreatif, agar kebijakan atau solusi masalah lingkungan yang diambil tidak menimbulkan dampak negatif pada ekosistem.
  8. Refleksi, kemampuan merepleksikan tindakan yang sudah diambil.
  9. Kesadaran diri, apa yang dilakukan atas kesadaran bukan tindakan impulsif.
  10. Tujuan, memiliki tujuan pada setiap tindakan.
  11. Kesatuan dengan alam, menyadari bahwa hidup kita di bumi bersatu dengan alam sehingga perlu membentuk hubungan yang harmonis dengan alam.
  12. Kesadaran penuh, merasakan keterhubungan dengan lingkungan dan alam.

 

Peran Makanan Lokal dalam Pelestarian Lingkungan 

Sejatinya makanan merupakan ekspresi identitas budaya dan kebanggaan lokal,serta memiliki peran besar dalam pelestarian lingkungan. Amanda Katili Niode.

Peran Makanan Lokal dalam Pelestarian Lingkungan hal yang mungkin jarang disadari, keperpihakan jika pada pangan lokal, dengan mengkonsumsinya, membeli  dari pasar tradisional, hasil panen petani lokal membantu melestarikan lingkungan.

Ini karena makanan memiliki jejak karbon yang dihasilkan mulai dari produksi (menanam), mengolah, transportasi, penyimpanan hingga konsumsi dan pembuangannya.

Dengan menerapkan pola makan cerdas iklim yaitu membeli hasil petani lokal berarti mengurangi jejak karbon akibat transportasi dan menyimpanan selain itu tentunya saja mempertahankan mata pencaharian petani, melestarkan akar kuliner termasuk tanaman tradisional, resep dan budaya tempat makanan tersebut berasal.  Melestarikan makanan lokal juga bisa meningkatkan nilai ekonomi.  

Sayangnya, anak muda sekarang lebih familiar dengan street food  luar negeri daripada makanan tradisional, bahkan beberapa makanan/resep tradisional yang bahan dasarnya berasal dari petani/pangan  lokal   sudah kehilangan peminatnya, sehingga pedagangnya  pun langka dan peminatnya generasi tua.  Contoh pangan lokal yang kurang diminati generasi muda, ubi, singkong, jagung, kacang-kacangan lokal, talas dan beberapa pangan lokal lain, padahal pangan lokal berperan dalam ketahanan pangan sebuah masyarakat. Mungkin ini peer untuk para orang tua mengenalkan makanan lokal, makanan tradisional di keluarga.

Buku ini terdiri dari 11 Bab, Prolog dan Epilog dengan tebal XXVI  420 halaman, membacanya tidak perlu runut dari bab 1 dan seterusnya, karena setiap bab berdiri sendiri tapi memiliki benang merah. Jadi bisa dibaca sesuai tema yang kita inginkan terlebih dahulu. Sangat direkomendasikan untuk pegiat/aktivis lingkungan, pelajar, dosen dan siapapun yang peduli akan lingkungan.

foto koleksi pribadi
foto koleksi pribadi

Buku ini menjadi catatan pribadi untuk saya, bagaimana berkontribusi, menularkan kepedulian dan pengetahuan mengenai isu lingkungan dan perubahan iklim,  mulai dari lingkar terkecil yaitu keluarga dan sejauh ini sudah saya terapkan mulai dari hal paling kecil dan sudah  dilakukan secara konsisten.

Sebagai penutup, menurut pendapat saya, pemerintah memiliki peran sangat penting dan besar dalam isu lingkungan hidup dan perubahan iklim, sebagai penentu kebijakan pembangunan berkelanjutan, misal mengenai pembatatan hutan, alih fungsi hutan,  pengelolaan  hutan adat, eksplorasi sumber daya alam termasuk laut,  karena efeknya sangat besar dan berkelanjutan namun sayangnya beberapa  kebijakan mengabaikan isu lingkungan dan perubahan iklim ini.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun