Mohon tunggu...
Rina Susanti
Rina Susanti Mohon Tunggu... Penulis - Mama dua anak yang suka nulis, ngeblog dan motret. Nyambi jualan kopi dan jualan anggrek/tanaman hias. Bisa intip blog saya di www.rinasusanti.com

Mama dua anak, penulis lepas dan blogger. www.rinasusanti.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menaklukan Sekolah Negeri dengan Jalur Prestasi

22 Juli 2023   09:56 Diperbarui: 22 Juli 2023   18:54 884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Digital art karya anak bukan gambar tempel dari canva

Sempat pesimis karena jalur ini bukan kaleng-kaleng saingannya, saat anak masuk SMP saya sudah memantau jalur prestasi akademik, yang bersaing di jalur ini rata-rata nilai rapotnya 87-90. Duh ini mah anak-anak jenius semua. 

Zaman saya nilai 80 atau 75 ke atas sudah bisa masuk negeri, sekarang karena kuota jalur prestasi akademik kecil jadilah yang bisa bersaing yang nilainya mendekati 90.

Ada 8 macam kecerdasan jika mengacu pada teori kecerdasan Howard Gardner, dan anak saya bukan termasuk anak yang cerdas logis-matematis. Biasanya  anak-anak yang cerdas logis-matematis ditandai dengan nilai akademis yang sangat bagus mendekati sempurna, katakanlah rata-rata 9.

Rasanya saya tidak mungkin mengepush anak agar nilai sekolahnya di atas 85 karena bakatnya bukan di situ, kalau dipaksakan anaknya stress saya juga stress. Jenis kecerdasan yang dimilikinya kinestetik-jasmani, spasial-visual dan interpersonal.

Anak yang sempat menyeletuk ingin jadi atlet, dan saya berteriak dalam hati, "Oh tidak!"

Ya walaupun saya kurang setuju dia ingin jadi atlet, namun saya tidak mengungkapkannya secara terang-terangan. Saya katakan jadi atlet tetap harus punya nilai sekolah yang baik karena profesi atlet terbentur usia kecuali lanjut jadi pelatih profesional. 

Jadi ditengah 'keras kepalanya' latihan silat, ekskul atletik dan ikut organisasi di sekolah  saya tetap memastikan nilai akademiknya di atas rata-rata kelas dan masuk 10 besar di kelas. Memfasilitasi hobi gambar anaknya dengan maksimal. Bisa dibayangkan betapa cerewetnya saya minta anak belajar, lelah nahan emosi ngajarin anak belajar hahaha

Mempersiapkan masa depan keharusan, jalannya biar semesta yang menunjukkan.

Si anak ikut ekskul silat dari kelas 3 SD  dan berlanjut hingga kelas 3 SMP, pilihan yang tanpa kami (saya dan suami) paksakan.

Awalnya kami mengira sekedar mengisi ekskul sampai setiap ada info lomba dari sekolah, si anak mau ikutan, hampir ga pernah absen latihan, tidak mengeluh capek, kalah bertanding tetap mau ikut lomba lagi, pernah ketakutan menghadapi lawannya hingga terlihat hampir menangis tapi tetap tanding, barulah kami tahu kesungguhannya.

Seperti kesungguhan yang kami lihat saya ia mencoba ikut beberapa lomba gambar dan desain (pernah ikut lomba desain  teh botol sostro), walaupun belum pernah menang, tidak kapok ikut lomba lagi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun