Mohon tunggu...
Rina Susanti
Rina Susanti Mohon Tunggu... Penulis - Mama dua anak yang suka nulis, ngeblog dan motret. Nyambi jualan kopi dan jualan anggrek/tanaman hias. Bisa intip blog saya di www.rinasusanti.com

Mama dua anak, penulis lepas dan blogger. www.rinasusanti.com

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Rempah, Cita Rasa yang Melayarkan Ribuan Kapal

8 Januari 2023   13:40 Diperbarui: 8 Januari 2023   19:20 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rempah, Cita Rasa yang Melayarkan Ribuan Kapal

Judul buku   Sejarah Rempah

Penulis Jack Turner

Penerbit Komunitas Bamboo

Tahun 2011

Alih bahasa Julia Absari

Hal XXVIII + 379

Bicara rempah, yang ada dibenak saya  dua hal, makanan dan kolonialisme. Banyak masakan Indonesia -tidak bisa dilepaskan dari rempah, dari satu masakan yang hanya menggunakan satu jenis rempah, hingga yang satu resep masakan menggunakan puluhan rempah. 

Yap beberapa masakan Aceh dan Sumbar, dalam satu resep bisa menggunakan belasan hingga puluhan rempah. Banyaknya rempah yang digunakan membuat masakan memiliki aroma dan rasa menyengat. Soal rasa di lidah, enak tidak enak, tergantung selera, saya termasuk penyuka makanan berempah.

Rempah juga tidak bisa dipisahkan dari kolonialisme. Tujuan utama kedatangan Portugis ke Indonesia (saat itu masih di sebut Hindia) mencari sumber rempah. Sebelum membaca sejarah Rempah yang ditulis Jack Turner, saya pikir rempah yang diburu orang Eropa pada masa itu hanya untuk masakan, ternyata TIDAK!

Rempah tidak hanya untuk memanjakan lidah ada mitos dan kepercayaan yang rasanya tidak masuk akal untuk ukuran jaman sekarang. Seperti misalnya aroma rempah yang disandingkan dengan aroma surgawi.

Buku Sejarah Rempah yang ditulis Jack Turner ini bergaya narasi santai, satire dan apa adanya sehingga untuk beberapa hal mengenai mitos rempah itu terasa jenaka sekaligus  mencengangkan.

Buku ini terdiri dari 7 Bab dan menceritakan dengan detail sejarah rempah dengan referensi cukup lengkap, dari naskah/manuskrip, buku, surat kuno, selain kunjungan penulis pada tempat-tempat yang memiliki sejarah yang berkaitan dengan rempah, salah satu tempat yang dikunjungi penulis adalah Kepulauan Maluku.

Cita rasa yang melayarkan ribuan kapal 

Tidak banyak yang mengetahui bahwa sebenarnya tujuan utama pelayaran Columbus adalah untuk mencari sumber rempah di Timur Jauh. Pada masa itu harga rempah di daratan Eropa sangat mahal karena melalui  rantai perdagangan yang cukup panjang. 

Rempah dibawa pedagang Arab dan India dari Timur Jauh, begitu sebutan orang Eropa untuk kawasan Asia penghasil rempah. Peradaban kaum muslim pada masa itu maju, sehingga para pedagang Arab bisa menjelajah hingga sampai benua Asia (terbukti dengan masuknya agama Islam di beberapa pesisir Indonesia pada abad   , yang dimulai dari perdagangan).

Pasca perang salib dan Spanyol dikuasai raja Ferdinand dan ratu Isabella, mendorong para penjelajah Eropa untuk menemukan sumber rempah dengan disponsori kerajaan. Terjadi persaingan antara Portugis dan Spanyol dalam mensponsori keberangkatan pada penjelajah. Kesuksesan Vasco Da Gama yang melayarkan kapalnya melewati Samudera Hindia, menginspirasi para penjelajah lain mengikuti jejaknya, diantaranya Columbus.

Sayangnya Columbus tidak pernah sampai ke Hindia, secara tidak sengaja menemukan benua Amerika dan mengira cabai adalah sejenis rempah. Columbus membawa pohon cabai, orang Indian, beberapa kulit kayu yang dikira kayu manis, batuan dan emas, sebagai bukti 'kesuksesannya' telah menemukan sumber rempah.

Buku-buku sejarah umumnya hanya mencatat beberapa kapal besar dan beberapa penjelalah yang sukses mengarungi   samudra, faktanya ribuan kapal dilayarkan dengan cerita perjalanan yang tragis. Bagaimana kapal dan para awaknya terlunta-lunta di lautan selama berbulan-bulan, kena penyakit hingga kematian demi rempah-rempah. Sampai segitunya ya? Itu juga yang ada dibenak saya saat membaca bagian awal buku ini.

Ya kalau sekedar rasa memang keterlaluan ya hahaha tapi ternyata bukan sekedar rasa, ada mitos, dan kepercayaan. Kalau udah bicara soal kepercayaan logis tidak logis tidak lagi jadi ukuran.

Pada bab 1 yang diberi judul Para Pencari Rempah, ulasan bagaimana para penjelajah mengarungi lautan dengan bekal pengetahuan seadanya tentang rempah, peta perjalanan dan kondisi wilayah yang dituju, bagi saya membaca bagian ini seperti membaca tulisan petualangan yang cukup mencengangkan. Pendek kata, modal nekat, nyali, ingin kaya  dan keingintahuan yang membuat penjelajah berani mengarungi bumi, luar biasa!

Biji Lada di Mumi Firaun

Salah satu misteri yang belum terpecahkan, dari mana biji lada yang ada dilubang hidung Mumi Firaun (raja Ramses II) karena lada tidak ditanam di daerah Mesir. Penelitian terhadap mumi menunjukkan jika rempah menjadi salah satu bahan yang digunakan untuk mengawetkan diantaranya  kayu manis, damar dan ketumbar. Isi perut mayat dibuang lalu dijejali aneka rempah agar mayat tidak busuk dan kulit mengering. 

Namun tradisi mengawetkan mayat dengan rempah-rempah hanya dilakukan kaum bangsawan karena harga rempah-rempah  yang mahal. Tradisi menggunakan rempah untuk kematian berlanjut hingga jaman romawi kuno, pembakaran mayat disertai pembakaran kayumanis untuk meningkatkan aroma.

Rempah sebagai obat  dan bumbu percintaan

Apoteker berasal dari istilah Yunani untuk sebuah gudang penyimpanan yang memuat barang bernilai tingi seperti rempah-rempah. Kosakata Italia untuk apoteker adalah speziale yang merupakan turunan langsung dari speciare, peracik rempah abad pertengahan.

Relevansi rempah dan medis ini yang (selain kepercayaan dan mitos) membuat rempah menjadi komoditas berharga pada pada ke 15 walaupun relevansi rempah sebagai obat ini hanya berdasarkan kepercayaan, tidak bisa dibuktikan secara medis.

Dalam buku yang terbit pada abad ke 5, Syriac Book of Medicine dituliskan bebagai variasi penggunaan rempah untuk kepentingan medis dan kepercayaan semi-religius akan kemanjurannya.  Seperti misalnya lada yang diresepkan untuk mengobati sakit kuping, radang mulut dan tenggorokan, gigi keropos dll tentunya tanpa ada bukti medis hanya berdasarkan keyakinan.

Selain sebagai obat, rempah dipercaya dapat menguatkan libido sehingga bagi kalangan gereja penggunaannya sangat dibatasi. Beberapa pendeta menghindari masakan dengan menggunakan banyak rempah karena dikhawatirkan memicu libido. Khasiat rempah sebagai bumbu percintaan tercatat dalam surat menyurat, naskah fiksi dan puisi pada jaman itu.

Meredupnya popularitas rempah 

Seiring waktu popularitas rempah meredup. Banyak faktor yang memperngaruhinya diantaranya, akses rempah yang kini mudah didapat, beberapa rempah sudah ditanam dan dibudidayakan di negara lain, orang Eropa menyederhanakan masakannya sehingga tidak menggunakan banyak rempah.

Ulasan buku Sejarah Rempah yang saya tulis ini hanya sekelumit. Untuk saya yang menyukai buku-buku bertema  sejarah membaca buku ini sangat mengasikkan karena pada saat membacanya banyak benang merah yang bisa ditarik, antara rempah dan  kolonilisme, kemajuan peradaban Islam yang melayarkan penjelajah melintasi Samudera Hindia dan melakukan perdagangan di pesisir Nusantara sambil menyebarkan keyakinan, bangsa India dan Cina yang juga melakukan pelayaran jauh sebelum bangsa Eropa. Lalu bangsa Eropa yang  datang dengan sikap angkuh merampas rempah, bersaing dengan sesamanya hingga terjadi pembataian terhadap ribuan pohon cengkeh di kepulauan Maluku.

Pada akhirnya kita akan merasai benang merah bagaimana citarasa kuliner Nusantara khususnya Aceh dan Sumatera Barat berkelindan dengan citarasa dari Arab dan India dalam penggunaan rempah, serupa tapi tak sama dan tak serasa.

Dok Pribadi
Dok Pribadi

Ukuran huruf yang digunakan pada buku ini kecil, mungkin untuk memadatkan buku sehingga tidak terlalu tebal. Pada bagian akhir buku terdapat glosarium dan daftar pustaka cukup lengkap. Oh ya buku ini juga dilengkapi gambar yang berhubungan dengan 'sejarah rempah', gambar yang dibuat pada masanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun