Keberadaan nursery  menjaga ketahanan ekonomi dan konservasi lingkungan hidup
Musim penghujan sudah tiba, di tempat saya tinggal hampir setiap hari hujan walaupun dengan  intensitas berbeda tapi cukup membuat pekarangan dan tanaman basah kuyup. Teman-teman penyuka tanaman pasti bisa membedakan jika musim hujan tanaman terlihat lebih subur dan segar, batang tanaman berisi (tidak  kisut), daun baru cepat tumbuh, dan daun terlihat lebih tebal. Yap tanaman apapun jenisnya jika musim penghujan,  tumbuh lebih subur.
Satu hal lain yang membuat saya bersuka cita menyambut musim penghujan karena saya bisa menghemat pengeluaran air untuk menyiram tanaman. Walaupun nursery saya tidak luas  tapi air yang digunakan untuk menyiram lumayan banyak jika musim kemarau karena penyiraman dilakukan pagi dan sore.Â
Daerah tempat saya tinggal (Gunung Sindur) adalah sentra nursery anggrek,  tanaman hias dan tanaman buah, beberapa warga juga masih memiliki kebun pangan seperti singkong, pisang dan sayuran musiman dengan begitu daerah  resapan air cukup banyak, ketersediaan air sumur selama musim kemarau terjaga.Â
Air mencukupi untuk kebutuhan rumah tangga dan menyiram tanaman. Tak hanya itu banyaknya lahan terbuka dari nursery dan kebun  membuat udara sekitar saya lebih segar dan semilir angin  terasa sejuk walaupun panas matahari menyengat di musim kemarau.
Nursery dan kebun pangan di daerah tempat saya tinggal memiliki lahan minimal 200 meter, maksimal sekitar 1000 meter lebih,  yang artinya seluas itu juga area tanah yang terbuka untuk bisa menyerap air. Tak heran jika musim kemarau tiba, air tanah pemukiman sekitar nursery dan kebun  terjaga ketersediaannya.
Namun seiring waktu beberapa pemukiman yang berjarak  sekitar 1 km  dari kebun  akan merasakan dampak dari musim kemarau, air tanah/sumur menyusut. Begitupun nursery yang letaknya dikelilingi perumahan merasakan dampak musim kemarau, ketersediaan air untuk menyiram berkurang.
Fakta itu saya dapatkan setelah berbincang dengan warga sekitar  dan beberapa pemilik nursery yang ada di sekitar Gunung Sindur dan Tangsel (Ciater dan Pamulang).
Bu Ati, Ibu RW Kampung Pakis Rawa Kalong, Gunung Sindur, merasakan dampak positif dari keberadaan kebun dan  nursery yang ada di kampung kami, air sumur tetap melimpah walaupun kemarau panjang juga merasakan udara terasa bersih dan segar.
Desi, Ibu rumah tangga, rumahnya terletak di perumahan cluster, jarak dari kebun warga   sekitar  1 km,  merasakan dampak sebaliknya, air menyusut saat musim kemarau sampai pernah harus memperdalam sumur. Â
Pak Ken pemilik nursery seluas 1000 meter persegi di tengah pemukiman di daerah  Ciater Tangsel, hanya memiliki satu sumur  untuk memenuhi kebutuhan air nursery seluas 1000 meter persegi. Debit air sumur berkurang saat musim kemarau, tapi kebutuhan tercukupi.
Narto, karyawan salah satu nursery di Curug Gunung Sindur, menjelaskan jika  kebutuhan air untuk menyiram nursery seluas sekitar 700 meter persegi tercukupi.
Kekurangan air bersih berdampak serius pada kesehatan, Â sosial dan ekonomi.Â
Air merupakan kebutuhan yang sangat esensial dan tidak bisa ditunda ketersediaannya, karena itu kelestarian harus dijaga. Tak ada kehidupan tanpa air. 71% permukaan bumi tertutup air tapi hanya 3.5% yang bisa dikonsumsi sisanya sebesar 97.5 merupaka air laut. Dari 3.5% air yang bisa dikonsumsi  70% nya berupa air es (glester di kutub) sisanya, sekitar 30%,  ada di dalam tanah (air tanah) dan di permukaan (air danau dan sungai). Sayangnya sebagian besar air sungai dan danau di Indonesia  kini tidak bisa dikonsumsi karena sudah tercemar. Air tanah akan berkurang ketersediaanya jika tidak dijaga kelestariannya.
Air tanah dan air permukaan mengalami sirkulasi air, dimana secara teori ketersediaan air itu sifatnya konstan atau tetap.  Tapi karena air yang diserap bumi (tanah) berkurang akibat sebagian besar permukaan tanah dilapisi semen dan aspal, saat musim hujan, air yang begitu melimpah mengalir melewati sungai hingga akhirnya bermuara di laut.  Air hujan yang terserap tanah sangat sedikit, tak heran yang terjadi kemudian, air tanah menyusut, indikasinya air sumur  kering bahkan saat musim hujan.  Sementara air yang disediakan pemerintah (PDAM) jumlahnya terbatas hingga pengaliran air untuk beberapa wilayah dilakukan bergiliran. Ini  yang terjadi di kota-kota besar.
Kebutuhan manusia akan air meliputi; kebutuhan untuk dikonsumsi tubuh, kebutuhan untuk aktivitas sehari-hari (sanitasi dsb) dan kebutuhan untuk usaha atau industry.Â
Dampak kekurangan air bagi kesehatan
Manusia dapat hidup tanpa makan selama tiga minggu,  tapi hanya  4-7 hari manusia dapat hidup tanpa minum.  Itu karena kandungan air dalam tubuh orang dewasa 60% , sedangkan anak-anak 75%.  Kekurangan air dampak menimbulkan dampak kesehatan yang serius.
Air yang tidak mencukupi  untuk kebutuhan rumah tangga menimbulkan masalah  sanitasi buruk . Sanitasi buruk menyebabkan  bibit penyakit mudah berkembang biak. Satu dampak penyakit yang diakibatkan lingkungan dari sanitasi yang buruk adalah diare.
Dampak kurangan air untuk petani nursery
Kekurangan air pada tanaman, menyebabkan proses fotosintesis tidak berjalan maksimal,  kualitas tanaman akan menurun. Batang tanaman  kurus dan terlihat agak kering. Ketebalan daun berkurang dan warna daun tidak hijau atau cerah. Jika tanaman berbunga, daun baru lambat tumbuh, kelopak bunga tipis dan kecil.  Sementara untuk tanaman bibit, jika kekurangan air, pertumbuhannya sangat lambat bahkan beresiko mati.
Untuk pada petani, baik petani tanaman hias maupun pangan, penurunan kualitas ini tentu berpengaruh pada harga jual. Sementara biaya perawatan dan pemeliharaan tetap sama.
Jadi penyiraman tanaman adalah sebuah proses yang sangat penting dalam pemeliharaan dan perawatan. Penyiraman di sini termasuk penyiraman dengan pupuk yang membutuhkan air sebagai pelarutnya.
Penyiraman yang ideal dilakukan sehari dua kali saat tidak terkena hujan. Â Ketersediaan air bagi tanaman sama pentingnya dengan ketersediaan air untuk manusia.
Antisipasi kekurangan air dengan Water Stewardship Activity
Pelestarian air di sekitar nursery dan kebun pangan, menurut saya dapat dilakukan dengan  mengadopsi sistem Water Stewardship Activity yang diterapkan Danone. Sehingga ketersediaan air saat musim kemarau tidak hanya mencukupi untuk nursery dan kebun pangan  juga lingkungan pemukiman sekitar pada jarak yang lebih jauh.
Mungkin teman-teman bertanya apa sih  Water Stewarship Activity? Istilah Water Stewarship Activity  saya dapat saat mengikuti kelas Danone Digital Academy 2021 yang diadakan dari tanggal 18 Oktober 2021 hingga 20 Oktober 2021 secara online. Pada materi dengan judul One Circular Planet; How Business can contribute to create better planet, dijelaskan upaya yang dilakukan  Danone untuk mencapai target zero emisi dan menjaga keseimbangan alam.
Paparan mengenai  Water Stewarship Activity oleh Bapak Karyanto Wibowo selaku Suistainable Development Director Danone Indonesia membuka  wawasan saya  mengenai bagaimana menjaga kelestarian air di lingkungan.Â
Water Stewarship Activity yaitu aktivitas mengelola sumber daya air dan atau infrastruktur yang memungkinkan memberikan kontribusi positif terhadap keamanan air.
Berikut gambaran Water Stewarship Activity yang dilakukan Danone
Beberapa point Water Stewardship Activity bisa dipraktikan dalam skala lingkungan nursery dan kebun pangan meliputi membuat sumur tadah  hujan, membuat lubang biopori, memperluas lahan resapan air hujan, menanam pohon yang memiliki akar yang dapat mengikat air. Berikut contoh denah
Menurut studi literature yang saya lakukan, sumur tadah hujan dibuat dengan kedalapan 2 hingga 4 meter dengan luas permukaan 1 hingga 1.5 meter. Air hujan  dari plapon dengan bantuan paralon akan dialirkan ke sini, hingga penuh akan terbuang dengan sendirinya karena di lengkapi saluran pembuangan.
Lubang biopori memiliki dua fungsi selain untuk memperluas permukaan resapan air juga untuk membuat pupuk organik. Lubang biopori digunakan untuk membuang sampah organik lalu setelah menjadi kompos dipanen dan digunakan.
Cara lain memperluas permukaan resapan air yang bisa dilakukan di nursery adalah dengan tidak menyemen semua area kering, tapi diganti dengan pamping block atau kerikil.
Menanam 1 atau 2 pohon besar agar akarnya mengikat air hujan yang masuk ke dalam tanah, mengikat air tanah dan mencegah pengikisan tanah saat hujan. Air yang diikat pohon dapat menjaga stabilitas air tanah.
Selain itu keberadaan pohon besar dapat menyumbangkan oksigen banyak, menurut sebuah penelitian satu buah pohon bisa menghasilkan 1,2 kg oksigen, untuk pohon jenis tertentu seperti akasia jumlah oksigen yang dihasilan   jauh lebih banyak.
Tantangan mewujudkan pada Water Stewardship Activity pada nursery dan kebun panganÂ
Kelestarian air adalah tanggung jawab bersama pemakainya. Dimana kita berada disanalah kita bertanggung jawab terhadap kelestarian air. Sayangnya kesadaran ini belum dimiliki banyak orang, penyebabnya, Â kurangnya pemahaman pentingnya menjaga kelestarian air.Â
Beberapa pemilik nursery dan kebun pangan di sini sudah memiliki sumur cadangan untuk mengantisipasi kebutuhan air untuk menyiram saat musim kemarau. Akan sangat baik jika dilengkapi sumur tadah hujan. Â Tapi ide membuat sumur tadah hujan masih asing di masyarakat tempat saya tinggal terlebih selama ini ketersediaan air tanah (sumur) selalu mencukupi.
Tantangan lain, pengelolaan nursery dan kebun pangan di sini masih tradisional dan sepenuhnya tergantung pada keadaan alam.
Untuk itu dukungan dari pihak terkait seperti pemerintah setempat dan  dinas pertanian sangat diharapkan. Dukungan yang diberikan dapat berupa; Edukasi,  bimbingan untuk melakukan Water Stewardship Activity,  dan pemantauan agar  berkelanjutan.
Edukasi
Edukasi yang diberikan dapat berupa pelatihan atau workshop mengenai pentingnya air dan bagaimana menjaga kelestariannya.
Aksi
Harus ada dorongan dari pihak untuk menerapkan Water Stewardship Activity dilakukan. Â Pada tahap ini mungkin petani membutuhkan bantuan modal atau pinjaman alat.
Pemantauan agar program berkelanjutan
Jika sudah terbentuk Water Stewardship Activity dibutuhkan pemantauan dari pihak terkait agar program berkelanjutan dan memberi dampak luas pada masyarakat.
Keberadaan nursery dapat  menjaga ketahanan ekonomi dan konservasi lingkungan hidup
Usaha nursery dan kebun pangan jika dikelola dengan baik dan profesional  tidak hanya memberikan dampak ekonomi dan ketahanan pangan juga mewujudkan keseimbangan lingkungan hidup yang meliputi air, udara dan tanah. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H