Naik ke lantai dua saya lihat pintu bertuliskan dengan stiker nama kargo (tapi bukan kargo yang saya tuju), saya pikir saya akan diajak masuk ke sana, tapi dugaan saya salah. Saya berjalan menuju lorong lalu ada ruangan kecil. Saya dipersilakan duduk sementara dia menghitung biaya ongkos kirim.
“Satu kilo 28 ribu ya bu tadi barang Ibu kena volume jatuhnya 30 kilo ada dua dus jadi 60 kilo.” Duh biaya ongkir kurang donk, bisik saya dalam hati.
Dia memijit–mijit kalkulator sambil bicara, “Belum termasuk pajak 10 persen dan kalau bunga dikenakan biaya 100 persen."
“Biaya 100 persen apa?” saya benar-benar tidak mengerti.
“Ya ongkir ditambah 100%.”
“Iya.” Akhirnya itu yang meluncur dari mulut saya, otak mengingat-ngingat percakapan dengan CS kargo di WA tadi pagi, seingat saya tidak ada penambahan biaya 100%.
“Oh ya ada surat karantinanya Bu?”
“Belum.”
“Oh tidak apa-apa nanti kami yang urus, biayanya 100 ribu. Jadi totalnya 3.7 juta, Bu.”
Busyet mahal amat! Jantung saya berdetak lebih cepat, kaget dan bingung. “Wah mahal amat ya, barangnya aja cuma sejuta.” Lalu saya ingat hitungan ongkir dari kargo yang sudah saya telepon, ongkirnya kisaran 500 ribu.
“Memang segitu, Bu. Tapi bisa diskon 2.7 juta.”