"Mah, aku pengen main layangan dong sama Dika, buatin satu ya mah?!" rengek Sasa pada Mamahnya.
"Sasa, kamu itu anak perempuan, gak pantes mainan kayak gitu, kamu mending mainan rumah-rumahan an lebih seru." Ujar Mamah sasa. Seketika muka Sasa mendadak lesu dan kecewa dengan jawaban Ibunya,
***
"Bu, kenapa ya si kecil tu suka banget ngikutin saya kalo lagi masak-masak di dapur, katanya suka kalo bantuin Ibuknya masak dan kadang suka pegang-pegang pisau. Kalau saya marahin suka bandel anaknya, kan saya khawatir itu pisau beneran bun." Curhat mamah Lily pada temannya.
"Mungkin si kecil memang punya bakat masak-masak kai Bun, udah biarkan saja selama dalam pengawasan kan?! siapa tau jadi kayak chef Juna, ganteng, pinter masak pula." Nasehat teman mamah Lily.
"Tapi kan bun... takutnya dia melambai gak sih kalau gedenya kayak gitu?" sanggah mamah Lily belum terima.
"Enggaklah bun, chef Juna emang melambai, malah tatoan kan dia, sangar banget." hmm....
Suasana menjadi hening seketika...
***
Nah, bunda-bunda tercinta, percakapan diatas merupakan gambaran singkat tentang apa yang terjadi di masyarakat sekitar kita.
Seringkali kita berdisusi tentang diskursus kesetaraan gender di seminar-seminar, perkuliahan, dan berbagai tempat. Kita melupakan satu hal bagaimana stereotip tersebut melekat pada orang-orang dewasa, bagaimana kesenjangan gender dalam kehidupan sosial menjadi langgeng dan susah untuk diputus lingkarannya.Â