Salah satu hobi  yang tak pernah berhenti hingga sekarang, semoga selamanya, adalah membaca. Meski mengalami penurunan jumlah buku yang dibaca sepanjang 2024 ini, setidaknya bukan karena bosan atau jenuh. Ada mata yang mulai lelah, hingga harus mengeja lebih perlahan.
Sekitar lima puluh buku telah terbaca sepanjang 2024. Tentu dengan beragam genre. Dari semua itu, menjelang akhir tahun, buku Eka Kurniawan terbaru yang berjudul 'Anjing Mengeong Kucing Menggonggong' menjadi pilihan. Buku yang menyodok sebuah pertanyaan ... Haruskah untuk menjadi salih itu dipaksakan?
Kisah Sato Reang adalah kisah keseharian pada sebagian masyarakat di sini. Di mana niat baik membentuk kebiasaan pada anak dilakukan dengan teriakan, gedoran atau paksaan. Bahwa waktu bermain atau apa pun, harus dikalahkan ketika waktu shalat tiba.
Umar, sebagai seorang ayah, ingin jalankan tugasnya mendidik agama pada anaknya, Sato Reang. Dengan gedoran pintu untuk membangunkan menjelang waktu shalat, dengan memastikan si anak bangun hingga siap mengikutinya ke masjid setiap subuh. Bertahun-tahun!
Sato Reang yang diajak pergi mendengarkan tausiah atau tablig akbar mengenalnya sebagai sebuah piknik. Â Tujuan lainnya, memperkenalkan sang anak dengan anak kyai, agar tak salah memilih teman.
Sebagian orang akan menganggap semua yang dilakukan Umar adalah hal wajar, juga  membenarkan. Tetapi pertanyaannya ... kenapa Sato Reang malah bertekad untuk tidak mau  shalat? Kebiasaan yang dilakukan bertahun-tahun itu, bahkan dengan mudah dia patahkan dengan kenakalan-kenakalan ketika sang ayah telah meninggal. Siapakah  atau apakah sebenarnya yang salah?
Pada dua puluh halaman pertama, saya tersenyum-senyum membacanya. Namun setelahnya adalah rentetan panjang tanya jawab di benak.
Bagi muslim, siapa sih yang tak ingin anaknya menjadi salih? Pastinya semua menginginkan. Tetapi apakah semua tahu caranya. Itu yang harus dipertanyakan. Bahwa segala sesuatu ada ilmunya, adalah sebuah kebenaran tak terbantahkan, tetapi sering dibantah dan disepelekan.
Cara berpikir seorang anak dengan bapak atau orang tua, tentulah tak sama. Itu yang tak disadari oleh Umar. Sebagaimana nasihat Ali bin Abi Thalib ra ...
"Didiklah anak sesuai zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu."