Mohon tunggu...
Rina R. Ridwan
Rina R. Ridwan Mohon Tunggu... Penulis - Ibu yang suka menulis

Pembelajar Di Sekolah Kehidupan Novel: Langgas (Mecca, 2018) Sulur-sulur Gelebah (One Peach Media, 2022) Kereta (Mecca, 2023) IG: rinaridwan_23

Selanjutnya

Tutup

Book

Ketika Suara Tembakan Terdengar di Paya Nie

19 Agustus 2024   10:17 Diperbarui: 19 Agustus 2024   10:27 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar milik pribadi

Adalah Cuda Aminah, Limah, Biet dan Mawa Aisyah berangkat bersama untuk mengambil batang binyeut untuk dijadikan sebuah tikar ke sebuah rawa di Paya Nie. Empat perempuan dengan kisah hidup yang berbeda tentu saja.

Cuda Aminah bersuamikan Abdullah, seorang pemanjat kelapa yang baik, sabar dan pendiam. Dia dilamar ketika seluruh keluarganya mati karena suatu penyakit. Cuda Aminah, dikenal sebagai perempuan latah.

Limah, bersuamikan Khalid yang bekerja di Malaya sebagai penjual rokok yang sering bermain petak umpet dengan polisi.  Lalu ada Ubiet yang akrab dipanggil Biet, dara hitam manis berusia 27 tahun yang disukai Brahim, serta Mawa Aisyah yang adalah kakak dari ibunya Biet.

Sebagaimana perempuan yang sedang berkumpul di mana pun, akan selalu ada pembicaraan-pembicaraan kecil sepanjang waktu masih berjalan. Semua mencari tambahan penghasilan demi anak-anaknya, kecuali Biet yang membutuhkan biaya untuk operasi mata ayahnya.

Dalam pencarian batang-batang binyeut di rawa Paya Nie, mereka bertemu dengan beberapa pelintas. Dari Fajri, yang dikenal sebagai perampok, dan pembunuh hingga namanya lebih terkenal dari malaikat maut. Seseorang yang mirip dengan Mail, si tukang intip perempuan dan suka main tangan pada istrinya.Hingga anggota GAM (Gerakan Aceh Merdeka) yang sedang berpatroli, Joel dan pimpinannya.

Ketika merasa batang-batang binyeut yang mereka ambil sudah cukup, keempat perempuan bersiap kembali ke rumah. Dan harapan itu buyar ketika dalam perjalanan pulang, terdengar berondongan peluru. Sontak mereka berusaha berlindung untuk bertahan hidup.

Cerita dengan latar belakang semasa perlawanan GAM dan DOM (Daerah Operasi Militer) ini berhasil menyabet juara ketiga dalam sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2023.

Biet tanpa sengaja menyentuh tangan Brahim yang diketahui sebelumnya sedang mencari ikan, bersama Din, tewas tertembak.  Abdullah yang berada di kebun kelapa seseorang tertembak dada kiri, tewas. Lalu bagaimana dengan nasib empat perempuan tadi?

-

"Setiap orang bisa sesumbar, aku pemberani, aku hebat, hanya jika mereka tidak sedang berada di medan perang, berhadapan dengan senjata-senjata yang menyalak melebihi anjing galak ...."

Biet yang berhasil diselamatkan Joel, teman sekolahnya, dibawa ke tempat persembunyian GAM, yang untuk masuk saja harus melalui pintu berlapis. Biet kagum ketika melihat di ruangan pertemuan petinggi GAM, terdapat perpustakaan untuk mempelajari banyak hal.  Ada belasan ribu buku dari berbagai negara. Di sana juga dilatih inong balee, sebutan untuk pasukan khusus perempuan GAM.

Biet menjadi saksi ketika markas GAM akhirnya diberondong tembakan dari helikopter militer. Salah satu penembak jitu GAM bernama Kartini, berhasil menembak pilot  yang berujung dengan kejatuhan helikopternya. Tetapi tak lama datang bantuan lebih banyak lagi. Yang akhirnya meluluh lantakkan markas tersebut. Kartini yang sangat cantik akhirnya ditemukan tewas dalam keadaan duduk sambil tetap menenteng senjata otomatis.

Betapa peperangan selalu identik dengan penderitaan, baik yang ikut mengangkat senjata, ataupun yang menjadi saksi mata. Peperangan di satu sisi bertujuan mewujudkan harapan yang lebih baik, namun di sisi lain juga menghapus sebuah harapan.

Beberapa tahun kemudian, seorang Kapten yang memimpin perang tersebut saat kembali ke Kutaraja di sebuah kedai kopi bercerita begitu panjang," ... saat melihat mayat-mayat itu, aku kembali berpikir tentang esensi diriku sendiri sebagai tentara dan pemimpin penyerangan. 

Yang mati itu juga anak seseorang, ayah seseorang, kemenakan seseorang, anak negeri ini. Dan penyerangan itu cuma beberapa bulan sebelum pemimpin negara dan petinggi pihak gerilyawan setuju untuk berdamai. Kami tidak menemukan sesuatu yang sangat penting di pulau itu kecuali kematian-kematian yang tidak perlu."

Judul buku       : Paya Nie

Penulis             : Ida Fitri

ISBN                 :  978-602-0788-56-2

Penerbit           : Marjin Kiri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun