Untuk mendapatkan buku ini, cukup panjang perjuangannya. Di kota tempat saya tinggal, persediaan selalu habis. Hingga ketika anak saya dinas ke Jakarta saya minta untuk mampir ke Matraman demi membeli buku ini. Hasilnya ... habis juga. Hingga beberapa hari lalu, baru tersedia kembali.
Buku ini disebutkan sebagai pendamping buku "Sang Alkemis' dan nanti disarankan untuk dilanjutkan dengan "Ksatria Cahaya."
Tentu saja sudah cukup banyak pembaca "Sang Alkemis' yang mendunia. Gegara buku itu pula, saya jatuh cinta pada karya Pauolo Coelho hingga kini.
-
Dari halaman awal, dalam buku ini, kisah-kisah kecil disajikan dengan apik hingga saya menemukan ini ...
Sang Guru berkata:
Menulislah. Entah surat, atau buku harian, atau beberapa coretan sambil berbicara di telepon, yang penting menulislah.
Dengan menulis, kita menjadi lebih dekat dengan Tuhan dan sesama manusia.
Menulislah kalau ingin lebih memahami peranmu di dunia. Cobalah menulis dengan sepenuh jiwamu, walaupun tidak ada orang yang akan membacanya, atau bahkan jika akhirnya ada seseorang yang membaca tulisan yang sesungguhnya ingin kau simpan sendiri. Dengan menulis, kita belajar untuk menyusun pikiran-pikiran kita, dan memandang dunia di sekitar kita dengan lebih jelas. Kertas dan pena dapat membuat mukjizat - mengurangi kesedihan, membuat mimpi-mimpi menjadi kenyataan, dan mengembalikan harapan yang hilang.
"Kata adalah kekuatan."
Halaman 174 "Maktub"
Sebuah tulisan yang begitu dalam. Memberi peringatan yang entah untuk keberapa kalinya tentang kuatnya sebuah kata. Di mana di zaman sekarang begitu murahnya diperjual belikan lewat janji yang tak tertepati, lewat komentar yang tak bertanggung jawab, dan entah apa lagi.
Bahkan pada halaman berikutnya, sepenggal kisah lain dituliskan ...
Dari sekian banyak senjata penghancur dahsyat yang diciptakan manusia, yang paling mengerikan, dan paling pengecut, dalah KATA.
Pisau dan senjata api meninggalkan bekas-bekas darah. Bom menghancurkan bangunan-bangunan dan jalanan. Racun bisa selalu dideteksi.
Sang guru berkata,
"Kau bisa menghancurkan, tanpa meninggalkan jejak. Anak-anak dikendalikan selama bertahun-tahun oleh orang tua mereka; laki-laki dikecam tanpa ampun, dan perempuan dibantai secara sistematis oleh komentar-komentar yang dilontarkan suami-suami mereka. Orang beriman dijauhkan dari agama oleh orang-orang yang merasa yakin bisa menafsirkan suara Tuhan.
Apakah kau sendiri juga menggunakan senjatra ini? Apakah senjata ini digunakan terhadapmu? Kalau ya, jangan biarkan kedua hal itu terjadi."
Halaman 189 "Maktub"
Berapa banyak pertikaian terjadi diawali oleh sebuah kata? Berapa banyak perang terjadi, juga diawali dengan sebuah kata? Karena itulah Islam juga mengajarkan,"Berkatalah yang baik, atau diam."
Dalam buku sebanyak 204 halaman ini, tak hanya tentang kata yang dituliskan, namun juga tentang kebijaksanaan, penemuan diri, kebiasaan buruk, hingga tentang guru yang hebat.
Cukup banyak sentilan untuk diri sendiri, layaknya bersenandika. Bahwa kita memang harus lebih sering memerhatikan kejadian-kejadian di sekitar kita, bukan untuk menjadi hakim, melainkan untuk mencari adanya pesan dari kejadian-kejadian tersebut.
Meski sang penulis bukanlah sekeyakinan, saya mendapat pelajaran yang sama dari pemikiran sang penulis, bahwa untuk menemukan diri sendiri, kita harus menemukan Tuhan sebagaimana keyakinan saya.
Nikmatnya membaca buku ini bisa dari mana saja, depan, belakang ataupun tengah. Dan sebagai salah satu penggemar Paulo Coelho, buku ini tetaplah menarik dan sarat pesan sebagaimana buku Paulo lainnya.
Judul Buku: Maktub
Penulis: Paulo Coelho
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN: ISBN 978-602- 06-7876-4 Â Â
204 halaman