Lalu juga pada panitia pelaksana yang menjual tiket lebih banyak dari kapasitas stadion. Kanjuruhan hanya bisa menampung 35.000 orang, tiket yang terjual 45.000. Jika berani mengambil keuntungan, harusnya juga bisa memperhitungkan risiko.
Begitu juga penonton, harusnya ada peraturan tentang batas usia. Tidak semua dibiarkan, terutama anak-anak. Kabar yang beredar, sebagian korban tak memiliki identitas diri hingga kesulitan untuk mencari tahu keluarganya. Bahkan salah satu teman putra saya juga belum ditemukan hingga tulisan ini dibuat.
Ya ... Malang sedang berduka. Kanjuruhan menjadi trending topic dunia. Sayangnya bukan karena prestasi yang membanggakan, tetapi karena tragedi yang memilukan.
Bila sebuah keberhasilan begitu cepat di klaim dan diakui, kenapa tragedi seperti ini, tak kunjung ada yang berani maju untuk bertanggung jawab? Apakah hanya cukup dengan permintaan maaf atas lenyapnya nyawa ratusan orang?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H