Mohon tunggu...
Rina R. Ridwan
Rina R. Ridwan Mohon Tunggu... Penulis - Ibu yang suka menulis

Pembelajar Di Sekolah Kehidupan Novel: Langgas (Mecca, 2018) Sulur-sulur Gelebah (One Peach Media, 2022) Kereta (Mecca, 2023) IG: rinaridwan_23

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Virus Itu Bernama Panleukopenia

18 Oktober 2020   14:39 Diperbarui: 18 Oktober 2020   14:42 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak lama kemudian kami kuburkan, dan kami membersihkan semua barang bekas yang dipakainya. Kami merawat yang lain, sayangnya hanya dalam tempo dua belas jam, kucing kami yang lain, si Woobin, menyusul kakaknya.

Hingga saat ini, penyakit ini belum ada obatnya. Pencegahan terbaik adalah kucing bisa divaksin untuk mendapatkan perlindungan dari feline panleukopenia. Vaksin diberikan sejak usia 8-10 minggu atau setelah lepas masa sapih dari induknya. Perlu diingat, sebagaimana manusia, kucing harus divaksin dalam kondisi benar-benar sehat untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Yang paling rentan terkena, sekaligus kematian tertinggi terjadi pada kucing yang berusia 2 -- 7 bulan. Anak-anak kucing di rumah masih berusia 2,5 bulan.

Kami sudah berikhtiar, dari menjaga kebersihan, memberi makanan terbaik, susu, vitamin, juga vaksinasi. Allah punya kuasa. Setidaknya kami mendapat pelajaran dari kejadian ini. Bahwa penyakit, apa pun namanya bisa datang kapan saja dan bisa menimpa siapa saja.

Saya juga bisa membayangkan bagaimana lelahnya tenaga medis yang terus berusaha menjaga kehidupan para pasien di masa pandemi ini. Mereka tak mengenal pasien secara personal, tetapi terus berusaha memberi yang terbaik untuk kesembuhannya, sesuatu yang sangat mulia.

Ya, saya menangis melepas kepergian anak-anak kucing yang sedang bertumbuh dengan segala kelucuannya. Dari memanjat apa saja, berlarian dan berkejaran, hingga saling berebut untuk tidur dalam pangkuan bila saya sedang menulis hingga larut malam.

Paduan suara di depan lemari es itu kini tak terdengar lagi. Juga suara gerudukan mereka saat berlari saling berkejaran. Belum lagi suara kuku mereka dikerat pada sandal, kardus dan kursi. Hal-hal kecil menjadi begitu besar maknanya saat yang melakukannya sudah tiada.

Semoga cerita kecil ini bisa jadi peringatan bagi para pecinta hewan, khususnya kucing.

Selamat jalan, anak-anak buluku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun