Mohon tunggu...
Rina R. Ridwan
Rina R. Ridwan Mohon Tunggu... Penulis - Ibu yang suka menulis

Pembelajar Di Sekolah Kehidupan Novel: Langgas (Mecca, 2018) Sulur-sulur Gelebah (One Peach Media, 2022) Kereta (Mecca, 2023) IG: rinaridwan_23

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Renungan Kecil di Akhir Minggu

13 Juni 2020   09:23 Diperbarui: 13 Juni 2020   09:25 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesombongan dipertontonkan setiap hari, dari cara yang samar hingga yang terang benderang. Kesombongan adalah selendang Allah, pakaian Allah. Beraninya mereka menggunakannya. Melupakan, bila kesombongan, sekecil apa pun akan menjegal jalan mereka menuju surga. Kembali ... penyakit hati merasa lebih baik, lebih cantik, lebih kaya, atau juga lebih pintar, menguasai.

Pun dengan ketidak adilan, semua hanya karena adanya kekuasaan secuil yang sedang mereka pegang. Bukan amanah yang dilakukan, tetapi malah mempermainkan hukum sesuai dengan kemauan dan kesepakatan dengan para kroninya. Tak ada dalam benak mereka bila apa yang menimpa seseorang bisa juga menimpa dirinya, atau keluarganya suatu hari nanti. Menganggap ringan semuanya saat dirinya masih kuat dan mampu.

Bukankah segala kejadian itu terus terjadi dalam putaran kehidupan di dunia ini?

Rasisme, kezaliman, kesombongan juga ketidak adilan. Adakah sesuatu yang baru dari apa yang terjadi sekarang? Tidak. Karena dunia selalu berputar, sebagaimana kehidupan ini, yang akan terus bergerak dan menggantikan. Yang muda menjadi tua, yang mati digantikan yang hidup. Tak perlu jauh mencari kebenaran sebuah perputaran. 

Lihat bagaimana diri sendiri, bagi yang dikaruniai usia panjang dan menjadi tua. Pastinya merasakan betapa kekuatan tubuh yang dulu dibanggakan semakin melemah, kecantikan juga memudar. Belum lagi kelakuan kembali seperti anak-anak. 

Dulunya kita yang menyuapi, kini kita yang disuapi. Dulunya kita yang mengajar untuk mengingat, sekarang kita yang diajarkan untuk mengingat. Lalu adakah hati Anda, para pelakunya masih hidup dan berfungsi?

Belajarlah dari yang pernah terjadi, bahwa kekuasaan sebesar apa pun, tidak akan pernah mampu memutus sambungan jiwa manusia yang berakal sehat untuk bersatu dan berjuang melawan kesewenang-wenangan.

Belajarlah juga dari sejarah, sebelum sejarah yang akan mengajarkan Anda bagaimana pergerakan sejati kehidupan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun