Banyak yang merutuk keadaan. Entah berapa banyak juga yang langsung bermuhasabah dan memilih bersabar. Masing-masing punya kebutuhan, baik yang tak bisa ditunda seperti rasa lapar, juga kebutuhan yang bisa ditunda, tetapi maunya dilakukan juga saat ini.
Pandemi telah banyak menampakkan karakter sesungguhnya setiap pribadi. Yang memang pemurah, tak menunggu yang lain, langsung bergerak dan berinisiatif membantu siapa saja dengan apa yang dimilikinya. Yang bakhil menutup diri. Yang suka perhatian, menunggu momen untuk bisa kabarkan pada semua orang betapa baiknya dia dengan segala aksinya. Yang bersabar memilih tetap berikhtiar. Yang nafsi-nafsi terlihat panik dengan tagihan cicilan rumah, mobil dan lainnya yang selama ini menopang gaya hidup yang dipaksakannya sendiri. Yang mental pengemis tak kalah banyaknya muncul dalam beragam ujud.
Pandemi di bulan suci Ramadan ini tak akan terlupakan. Saat setiap ibadah dilipatgandakan pahalanya, semua harus dilakukan di rumah. Semua ada maksudnya. Tetap berpikir baik. Karena dengan kejadian ini, keluarga jadi berkumpul dalam waktu yang cukup lama. Yang mungkin biasanya apatis, kini bisa saling mengingatkan untuk sama-sama menjaga kebersihan. Yang tadinya tak tahu bagaimana ribetnya menyusun menu harian dan memasaknya, jadi tahu. Begitu juga yang tadinya apatis dengan harga-harga kebutuhan dasar, akhirnya jadi ikut tahu, mengingat yang berpenghasilan pas-pasan juga harus menghitung agar keluarganya masih bisa makan.
Bagi yang keuangannya tak terbatas, seharusnya banyak bersyukur dan mau berbagi. Jika tidak, ada baiknya menahan diri untuk tidak memamerkan segala yang bisa mereka dapatkan. Banyak yang kurang seberuntung Anda, maka berempatilah. Ini masalah global.
Saatnya saling peduli, saling melihat kanan kiri, depan belakang, pada tetangga juga pada saudara yang mungkin sedang kesulitan. Bahkan jika Anda tinggal di daerah elite sekalipun, tengoklah kampung di sekitar lingkungan, siapa tahu ada yang membutuhkan sedikit bantuan Anda. Tak ada ruginya menolong orang lain, tanpa melihat siapa dia, selama dia masih manusia. Menolong orang lain, sama artinya Anda juga menolong diri sendiri.
Teruslah bergerak walau Anda di rumah. Gerakkan batin agar terasah dengan melihat lebih dalam pada situasi yang serba tak pasti ini. Jangan hanya mendengar slogan, saatnya bersatu melawan covid-19, namun laksanakan dalam realitas.
Satu pesan yang saya baca pagi tadi, semoga membuat kita mampu terus berada dalam kesadaran dan kesabaran.
"Tidaklah Allah melambatkan suatu perkara, kecuali untuk kebaikan. Tidaklah Allah menghalangimu terhadap sesuatu, selain untuk kebaikan. Tidaklah Allah timpakan ujian padamu, kecuali untuk kebaikan Maka jangan sedih, Allah Pemilik kebaikan takkan datang kecuali dengan kebaikan."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H