Banyak orang tua yang lupa, bila anaknya bukanlah miliknya. Memperlakukan anak layaknya property, sama artinya menyamakan anaknya dengan mobil dan semua benda tak bergerak dan tak 'berpikir' yang bisa dipakai, ditukar atau dibuang kapan saja.
Anak adalah amanah. Kita harus merawat, membesarkan dan mendidiknya sebaik mungkin. Menghargainya sebagai sosok yang punya sikap, kemauan, cita-cita dan prinsip harusnya juga dilakukan. Kita boleh membentuknya sebaik mungkin, tetapi tidak untuk kita bentuk sebagai manusia yang harus menuruti semua kemauan kita, terutama juga tentang passionnya.
Haruskah seorang dokter, anaknya mesti dipaksa jadi dokter? Begitu juga lainnya.
Di sini kebanyakan seperti itu. Tak memberikan kesempatan anak untuk menjadi dirinya sendiri. Dan hanya menjadikan anak sebagai foto copy orang tua. Banyak yang lupa bila hidup sebenarnya tak menjamin kepastian apa pun selain pasti mati.
Anak-anak yang tak pernah diberi kesempatan untuk menjadi seperti apa yang dicita-citakan, sama artinya tak diberi bekal untuk punya daya juang. Karena banyak orang tua yang merasa akan hidup selamanya dan mampu melindungi serta menjamin kehidupan anak-anaknya.Â
Padahal daya juang itulah yang nantinya akan membentuk dia seutuhnya. Tak mudah menyerah saat segalanya menyimpang dari harapan, tak mudah ditaklukkan oleh keadaan-keadaan yang tak terduga.
Lihat bagaimana Kahlil Gibran menuliskan tentang anak. Sebagai pengingat bagi orang tua yang suka memaksakan kehendak pada anaknya.
Anakmu Bukanlah Milikmu
 Anakmu bukanlah milikmu,
Mereka adalah putra putri sang Hidup,
Yang rindu akan dirinya sendiri.