Mohon tunggu...
Rina R. Ridwan
Rina R. Ridwan Mohon Tunggu... Penulis - Ibu yang suka menulis

Pembelajar Di Sekolah Kehidupan Novel: Langgas (Mecca, 2018) Sulur-sulur Gelebah (One Peach Media, 2022) Kereta (Mecca, 2023) IG: rinaridwan_23

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Patjar Merah", Pacar yang Membuat Pintar

28 Juli 2019   13:57 Diperbarui: 28 Juli 2019   14:01 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ketika mendengar akan digelarnya acara "Patjar Merah" di Kota Malang, ada rasa excited yang tak terbendung. Langsung melihat jadwal dan menentukan perburuan ilmu dengan segera mendaftar.

Sebagai ibu yang suka menulis, event seperti ini rasanya akan menjadi sesalan jika tak diikuti. Jika hanya diskon buku besar-besaran sih sudah biasa. Namun diskon buku hingga 80% disertai banyaknya pelaku literasi yang hadir dan turut membagi ilmunya, ini yang membuat sangat istimewa.

Terlebih yang hadir adalah penulis lintas genre, para editor dan pegiat sastra. Salah satu 'master' yang akan berbagi ilmu adalah Seno Gumira Adjidarma yang sudah lama saya sukai dan juga sudah lama ingin saya bisa bertemu. Belum lagi hadirnya idola para pegiat literasi lainnya seperti Ivan Lanin, Aan Mansyur, Bernard Batubara, Reda Gaudiamo dll.

Tempat yang dipilih untuk menyelenggarakan acara ini adalah di bekas sebuah bioskop lama di jalan Kelud Malang. Sebuah jalan yang memang tak semegah jalan Ijen, namun cukup mudah dijangkau karena masih termasuk di tengah kota. Sebuah ruang terbuka, karena dulunya adalah tempat bioskop misbar (gerimis bubar). Cukup luas. Beruntung hawa di Malang tak sepanas kota lain, jadi berkeliling di tempat terbuka dan di siang hari masih tak membuat keringat berlebih.

Di depan pintu masuk ada seorang penjaga yang memastikan para pengunjung untuk tidak membawa tas besar yang harus dititipkan di loket samping pintu masuk. Hanya tas kecil yang boleh dibawa masuk. Lolos pemeriksaan, saat masuk di sambut dengan tas belanja yang sudah digantung rapi untuk para pengunjung yang hendak belanja buku.

Di ruang terbuka itulah digelar begitu banyak buku yang diatur rapi sesuai dengan genrenya. Dari buku anak-anak, novel, sastra, sejarah, agama, hingga buku psikologi dan lainnya. Mungkin karena digelar di tempat terbuka itulah yang membuat pengunjung dilarang masuk dengan membawa tas besar. Untuk mencegah para pengutil, dan hal-hal yang tak diinginkan.

Setelah puas belanja, ada tiga kasir yang siaga di dekat pintu keluar. Walau antrean mengular, ke tiga kasir bertugas begitu cekatan hingga tak sampai membuat kesal yang antre. Setiap pembelian buku senilai Rp 250.000,- maka akan mendapatkan tas belanja yang cukup cantik, plus voucher dari salah satu sponsor.

Pihak penyelenggara tampaknya begitu antisipatif. Bagaimana pengunjung diharapkan membawa tas belanja sendiri, karena panitia tak memberi tas plastik pada para pembeli buku, juga bagaimana mereka dengan teliti memeriksa setiap undangan yang hadir untuk sesi temu wicara lewat surel.

Tanpa undangan pun sebenarnya para pengunjung bisa mengikuti temu wicara, namun jika mereka kuat untuk berdiri sepanjang acara berlangsung. Hanya yang sudah mendaftar yang mendapatkan tempat duduk, dan setiap sesi rata-rata digelar selama dua jam.

Hal yang paling menarik di samping bursa buku yang penuh diskon, tentu saja adalah pengisi acaranya. Ada Reda Gaudiamo yang akan memberi materi bagaimana menulis cerita anak. Ada Seno Gumira Adjidarma yang memberi materi 'Jurnalisme Sastrawi' bersama Wawan Eko Yulianto, hingga Ivan Lanin yang akan membahas tentang 'Literasi Bahasa Indonesia'

Rasanya sangat sayang untuk melewatkannya.

Secara keseluruhan, acara Patjar Merah ini saya menilai sangat baik, penuh manfaat dan tertib. Hal yang tampaknya kecil seperti sesi foto dan tanda tangan bersama para narasumber, juga menjadi perhatian panitia, hingga tak terjadi saling berebut memintanya dari para pengunjung.

Ada kebahagiaan tersendiri bisa berinteraksi langsung dengan para penulis idola masing-masing pengunjung, memberi tanda tangan langsung pada buku mereka dan berfoto bersamanya. Sebuah kenangan yang tak akan terlupakan. Sebagaimana yang saya rasakan.

Jika pacar lain bisa jadi memabukkan, maka Patjar Merah adalah 'pacar' yang membuat pintar bagi pengunjung yang mau menimba ilmu segala hal tentang literasi dan liku-likunya.

Semoga acara-acara seperti ini makin digiatkan agar masyarakat semakin mencintai buku, membacanya dan makin mencintai ilmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun