Mohon tunggu...
Rina R. Ridwan
Rina R. Ridwan Mohon Tunggu... Penulis - Ibu yang suka menulis

Pembelajar Di Sekolah Kehidupan Novel: Langgas (Mecca, 2018) Sulur-sulur Gelebah (One Peach Media, 2022) Kereta (Mecca, 2023) IG: rinaridwan_23

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hakikat Sakit

17 Juli 2019   07:33 Diperbarui: 17 Juli 2019   07:38 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku tak peduli mereka bicara apa. Aku sudah putuskan untuk menjalani pengobatan yang disarankan dokter," begitu katanya. Saya suka dengan keteguhan hatinya. Walau ibunya sempat terpengaruh dengan pembicaraan mereka tentang pengobatan alternatif, dengan tenang dia tolak tegas semuanya.

Begitulah kebiasaan kebanyakan orang kita. Menjenguk orang sakit dengan memberi 'beban' baru dengan segala obrolan yang dia sendiri belum tentu paham, atau ikut menjalankan. Kata orang begini, kata orang begitu. Dulu pun saya sempat sebal dengan pengunjung ibu mertua yang seperti itu.

Banyak orang bilang bahwa kanker begini dan begitu. Bahwa sakitnya luar biasa dan membuat banyak penderita yang berteriak-teriak karena tak tahan, dan lain sebagainya. Yang saya lihat selama ini entah kenapa selalu manusia dengan ketabahan yang luar biasa.

Ibu mertua yang tak sekali pun mengucap'aduh', pun kakak perempuan saya yang lebih banyak berdzikir saat menderita kanker. Juga seorang anak yang pernah mengatakan pada saya,"Ibu, apa benar jika sakit itu adalah pelebur dosa?"

Saya mengangguk sembari menahan isak tangis melihat matanya yang terkena kanker.

"Kalau begitu, aku tak mau menangis lagi, aku mau tersenyum karena dosaku terus dihapus. Aku bisa masuk surga nanti"

Satu minggu setelah pertemuan itu, anak lelaki kecil itu menutup mata untuk selamanya.

Saya ikut pulang dan menemani sahabat saya di rumahnya selama beberapa hari usai operasi, di penghujung malam melihatnya terbangun dan bermunajat nikmat di kamarnya sambil masih menenteng kantung darahnya.

"Doakan aku ya," bisikku.

"Tentu saja," jawabnya.

Masih banyak yang tak memahami, bahwa doa orang yang sedang sakit itu lebih makbul dari yang mengunjunginya atau yang sehat. Dia menikmati ujung malam hingga subuh sembari mengaji.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun