"Buku itu seperti oli untuk otak, memperlancar kerjanya. Dan seperti amplas untuk hati, menyeka karatnya." -- Sam Haidy
Lalu kita bergeser pada klub yang katanya untuk pecinta buku, juga pembaca. Yang mereka baca yang tipis-tipis halamannya dan yang disukai atau yang sedang jadi best sellers. Tak pernah mau menantang diri membaca hal di luar kesukaannya. Lalu menganggap apa yang disukai orang banyak adalah buku terbaik. Padahal belum tentu seperti itu.
"Kalau kita membaca buku yang sama dengan yang dibaca orang lain, kita cuma bisa berpikir seperti orang lain."Â -- Haruki Murakami
Sebagian yang lain sibuk 'menghakimi' buku yang baik dan tidak. Buku yang sempurna dan sebaliknya, hingga mereka hanya fanatik dengan satu genre semata atau penulis tertentu. Tak pernah ingin tahu genre dan penulis lainnya.
"Tidak ada buku yang sempurna, cuma ada buku yang siap."Â Rahman Imuda.
Lihatlah di linimasa media sosial yang berseliweran ayat, hadist dan lainnya. Semua ingin dinilai relijius, namun kebiasaan copi paste tak pernah dihentikan. Membaca seolah jadi beban yang membuat makin berat di keseharian. Alasan tak punya waktu, repot dan ratusan alasan klise terus digaungkan. Seolah hanya dia yang punya kesibukan dan kerepotan. Mereka dikalahkan dan didikte waktu, bukan pemilik manajemen waktu yang baik.
"Sangat aneh jika umat Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak rajin membaca, padahal wahyu pertama yang diterima beliau adalah perintah: Iqra, "Bacalah!" Syaikh Fuad Shahih
Buku punya banyak manfaat. Buku punya banyak rupa. Baca dan teruslah jadikan membaca sebagai bagian dari keseharian anda. Dengan membaca, dunia terbentang begitu luas dan indah. dengan mebaca juga, anda menjadi lebih sehat.Â
Selamat Hari Buku Sedunia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H