Mohon tunggu...
Rina R. Ridwan
Rina R. Ridwan Mohon Tunggu... Penulis - Ibu yang suka menulis

Pembelajar Di Sekolah Kehidupan Novel: Langgas (Mecca, 2018) Sulur-sulur Gelebah (One Peach Media, 2022) Kereta (Mecca, 2023) IG: rinaridwan_23

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tujuh Hal yang Tak Bisa Dibeli

1 Desember 2018   15:21 Diperbarui: 1 Desember 2018   15:44 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Banyak orang yang memiliki kekayaan, namun tetap tak mampu merasakan kebahagiaan. Bahkan kesehariaannya dipenuhi kegelisahan yang tak mampu dia jabarkan sendiri, namun terlihat jelas di mata orang lain. Semua terjadi karena banyaknya manusia yang menyandarkan kebahagiaan pada segala hal berbau materi.

Tentu saja, materi itu perlu, hingga hampir semua manusia bekerja keras untuk mendapatkan lembaran uang untuk membeli dan menumpuk materi tersebut. Bahkan tak sedikit yang menganggap bahwa materi adalah Tuhan mereka. Hingga mereka tak lagi mampu membedakan mana yang boleh dan mana yang tak boleh dilakukan untuk mendapatkannya. Mereka yang dibutakan dan menuhankan uang atau materi, tak akan takut menjadi pencuri. Baik pencuri kelas teri hingga kelas kakap dengan penampilan borjuis.

Jika pencuri biasa, cukup berpenampilan biasa, maka yang kelas kakap punya kemampuan lebih lewat kata-kata dan penampilan plus gelar akademis. Bukti bahwa gelar akademis setinggi apapun, tak akan punya manfaat tanpa punya adab/akhlak yang terpuji. Bukankah para koruptor hampir semuanya punya gelar akademis?

Sayangnya, hukum dunia seolah selalu berpihak pada pemilik materi, hingga saat di bui mereka yang berduit masih merasakan kenikmatan layaknya saat masih bebas. Dari sel yang tertata rapi dan bersih layaknya hotel/apartemen hingga kebebasan mengakses apapun, sementara pencuri kere, mau tak mau harus masuk ke sel yang sudah berjubel dengan risiko barang atau simpanan makanan yang diberi keluarga saat menjenguk juga dicuri teman satu selnya. Belum lagi risiko lainnya, seperti tertular penyakit ataupun berseteru.

Begitulah hukum dunia, tak akan pernah ada yang namanya keadilan, sampai kapanpun. Jangan pernah lupakan, bahwa manusia punya kecenderungan terhadap segala sesuatu. Tak ada yang benar-benar bisa netral atau adil.

Manusia yang mendewakan materi, dan menganggap bahwa segalanya bisa dibeli, seringkali lupa diri. Bahwa dalam hidup ini masih ada hal yang tak akan mampu dibeli sebanyak apapun materi yang dimiliki. Setidaknya ada tujuh hal yang tak akan bisa dibeli dalam hidup ini.

Yang pertama adalah waktu. Semua orang punya waktu yang sama, yaitu 24 jam dalam sehari. Tak kurang dan tak lebih. Siapa yang menggunakan dengan segala usaha terbaik, maka dia tak akan merugi sebagaimana yang melewatkannya dengan do nothing. Waktu juga tak mampu dibeli orang yang ingin mempertahankan jabatan.

Yang kedua adalah kebahagiaan. Materi sebanyak apapun, tak akan mampu membeli kebahagiaan yang hakiki. Mereka bisa tersenyum dan memakai topeng kebahagiaan di manapun, namun tak akan pernah mampu mengelak pada rasa ketidak bahagiaannya yang terus dia sembunyikan. Kita tentu masih ingat, bagaimana seorang Robin Williams yang punya segalanya, materi dan keluarga yang manis, mati dengan bunuh diri di rumahnya sendiri.

Penghibur kelas wahid lewat film-filmnya, tak mampu membeli kebahagiaan dengan segala pencapaian materinya. Belum lagi para pesohor lain yang memilih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri karena tak merasa berbahagia sama sekali di gelimangnya harta yang dimiliki.

Teman-teman, adalah yang hal ketiga yang tak bisa dibeli. Banyak orang kaya punya teman-teman yang terlihat begitu melimpah, namun sebenarnya semua hanya teman tanpa rasa pertemanan, selain pamrih dan ingin menjadi bagian dari teman orang kaya untuk kepentingan pribadinya sendiri.

Lihat bagaimana seorang Freddy Mercury yang lebih memilih bersahabat dengan kucing daripada teman-teman yang hanya memanfaatkan keberlimpahan materinya. Dan masih banyak Freddy Mercury lain di seluruh dunia yang harus akui bahwa mereka tak akan mampu membeli teman-teman.

Kisah perempuan pengidap bipolar yang rela membeli pertemanan hingga membuatnya jatuh dalam hutang, bisa memperlihatkan secara jelas juga bahwa teman-teman memang tak bisa dibeli, seberapapun banyak uang anda.

Yang ke-empat yang tak mampu dibeli adalah mimpi. Bukankah mimpi setiap orang berbeda?

Harapan adalah hal selanjutnya yang tak akan mampu dibeli siapapun. Harapan lahir dari diri sendiri dengan beragam pencetusnya. Tak seorangpun mampu membelinya.

Cinta, sesuatu yang selalu dibutuhkan setiap insan. Bisakah dibeli? Bahkan jika anda mampu menikahi lelaki atau perempuan pujaan hati, anda hanya memiliki raganya, bukan rasa cintanya. Berapa banyak pasangan berpisah setelah mereka menyadari bahwa pasangannya tak punya rasa cinta padanya?

Yang juga sering dilupakan, dan tak mampu dibeli adalah kesehatan. Sebanyak apapun materi yang manusia punya, tak akan mampu menghindar dari yang namanya sakit. Kebanyakan mereka yang mempunyai banyak materi, sering menganggap uangnya akan bisa membuatnya sembuh. Yang banyak terjadi adalah kebalikannya.

Begitulah tujuh hal yang tak mampu manusia beli. Pelajaran untuk tidak sombong bermakna besar dan dalam. Jangan mudah silau pada apa yang dilihat mata. Lewat foto-foto indahnya yang 'kosong', manusia bisa tampak serasi dan bahagia, tak lama kemudian... mereka memutuskan untuk bercerai.

Pernikahan megahpun tak mampu menjamin adanya kebahagiaan pasangan di hari-hari depannya. Jabatanpun sementara adanya, setinggi apapun itu dengan limpahan materi, tak akan mampu menghindarkan manusia dari sakit yang akan menghentikannya, juga tak dapat membeli waktu untuk terus menjabatnya.

Ada baiknya melakukan apa yang dikatakan orang bijak,"Jika anda diberi keluasan materi, jangan naikkan standar gaya hidup anda, tapi naikkan standar beramal/bersedekah anda"

Berbuat baik pada orang lain, sama artinya anda berbuat baik untuk diri sendiri. Perasaan terbaik adalah saat kita mampu membuat orang lain tersenyum bahagia. Harta atau kekayaan tak akan dibawa ke kubur. Semua akan ditinggalkan. Bukankah harta kita sejatinya ada dalam berapa banyak amal/sedekah yang kita lakukan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun