Mohon tunggu...
Rina R. Ridwan
Rina R. Ridwan Mohon Tunggu... Penulis - Ibu yang suka menulis

Pembelajar Di Sekolah Kehidupan Novel: Langgas (Mecca, 2018) Sulur-sulur Gelebah (One Peach Media, 2022) Kereta (Mecca, 2023) IG: rinaridwan_23

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tujuh Hal yang Tak Bisa Dibeli

1 Desember 2018   15:21 Diperbarui: 1 Desember 2018   15:44 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah perempuan pengidap bipolar yang rela membeli pertemanan hingga membuatnya jatuh dalam hutang, bisa memperlihatkan secara jelas juga bahwa teman-teman memang tak bisa dibeli, seberapapun banyak uang anda.

Yang ke-empat yang tak mampu dibeli adalah mimpi. Bukankah mimpi setiap orang berbeda?

Harapan adalah hal selanjutnya yang tak akan mampu dibeli siapapun. Harapan lahir dari diri sendiri dengan beragam pencetusnya. Tak seorangpun mampu membelinya.

Cinta, sesuatu yang selalu dibutuhkan setiap insan. Bisakah dibeli? Bahkan jika anda mampu menikahi lelaki atau perempuan pujaan hati, anda hanya memiliki raganya, bukan rasa cintanya. Berapa banyak pasangan berpisah setelah mereka menyadari bahwa pasangannya tak punya rasa cinta padanya?

Yang juga sering dilupakan, dan tak mampu dibeli adalah kesehatan. Sebanyak apapun materi yang manusia punya, tak akan mampu menghindar dari yang namanya sakit. Kebanyakan mereka yang mempunyai banyak materi, sering menganggap uangnya akan bisa membuatnya sembuh. Yang banyak terjadi adalah kebalikannya.

Begitulah tujuh hal yang tak mampu manusia beli. Pelajaran untuk tidak sombong bermakna besar dan dalam. Jangan mudah silau pada apa yang dilihat mata. Lewat foto-foto indahnya yang 'kosong', manusia bisa tampak serasi dan bahagia, tak lama kemudian... mereka memutuskan untuk bercerai.

Pernikahan megahpun tak mampu menjamin adanya kebahagiaan pasangan di hari-hari depannya. Jabatanpun sementara adanya, setinggi apapun itu dengan limpahan materi, tak akan mampu menghindarkan manusia dari sakit yang akan menghentikannya, juga tak dapat membeli waktu untuk terus menjabatnya.

Ada baiknya melakukan apa yang dikatakan orang bijak,"Jika anda diberi keluasan materi, jangan naikkan standar gaya hidup anda, tapi naikkan standar beramal/bersedekah anda"

Berbuat baik pada orang lain, sama artinya anda berbuat baik untuk diri sendiri. Perasaan terbaik adalah saat kita mampu membuat orang lain tersenyum bahagia. Harta atau kekayaan tak akan dibawa ke kubur. Semua akan ditinggalkan. Bukankah harta kita sejatinya ada dalam berapa banyak amal/sedekah yang kita lakukan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun