Dimanakah adab itu diletakkan ketika lidah dengan ringan terus misuh kepada siapa saja yang bersebrangan. Ingin mengatakan bahwa dia lebih baik dari yang dipisuhi, tapi dengan cara yang tak beradab sama sekali. Bagaimana orang lain mau percaya?
"Ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu. Adab tanpa ilmu seperti ruh tanpa jasad"- Zakariya Al-Anbari.
Lalu yang suka memaki dengan kata-kata yang tak pantas, masih pantaskah disebut sebagai orang yang terpelajar? Salah satu hal yang harus pandai dikendalikan adalah amarah. Karena amarah yang tak terkendali akan memercik ke diri sendiri. Seperti hilangnya kendali mengatakan hal baik dan berganti dengan kata-kata yang tak pantas.Â
Terlebih jika yang melakukannya adalah seorang pemimpin. Yang tercatat bukan hanya di media cetak, namun jejak digital itu tak akan bisa hilang begitu saja. Yang bukan hanya dibaca orang dewasa, terlebih juga oleh anak-anak. Itukah teladan?
Orang yang suka misuh bisa jadi pertanda kurangnya iman. Karena iman terkait dengan malu. Rasa malu yang kuat, tak akan membuat seseorang mudah mengeluarkan suatu perkataan ataupun perbuatan yang dampaknya akan mempermalukan dirinya sendiri.
Mulut kita bisa jadi penyelamat, juga bisa jadi perusak jika digunakan untuk memaki, menghasut dan mengucap segala keburukan. Mulut harus kita disiplinkan dalam mengeluarkan ucapan/bahasa. Jika tidak, semakin anda banyak bicara, semakin banyak penyesalan.
Entah apalagi nanti makian yang akan keluar di hari-hari ke depan yang akan jadi berita nasional dan trending topic. Sudah hilangkah rasa malu itu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H