Mohon tunggu...
Rina R. Ridwan
Rina R. Ridwan Mohon Tunggu... Penulis - Ibu yang suka menulis

Pembelajar Di Sekolah Kehidupan Novel: Langgas (Mecca, 2018) Sulur-sulur Gelebah (One Peach Media, 2022) Kereta (Mecca, 2023) IG: rinaridwan_23

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pada Saatnya, Anda Juga akan Jadi Tua

29 Juni 2018   12:32 Diperbarui: 29 Juni 2018   12:32 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dekat saya tinggalpun, ada orangtua perempuan yang sudah meninggal suaminya yang setiap hari dibentak-bentak anaknya sendiri, sampai saya risih mendengarnya. Padahal itu rumah milik orangtua, sementara anaknya adalah janda tak punya anak. 

Sang ibu yang suka bersih-bersih rumah itu, biasanya hanya diam saat diperlakukan seperti itu. Beliau sempat 'curhat' pada saya sambil menangis dan mengingat anak salihnya yang sudah meninggal dunia mendahuluinya. Tentu saja menangisi anak salihnya itu adalah'pembanding' dengan putrinya yang tak bosan membentaknya. 

Bagaimanapun buruknya perlakuan anak, seorang ibu selalu menahan diri untuk tak membicarakannya pada siapapun. Menahan lidahnya untuk tak 'mengutuk' agar tak jadi penderitaan bagi sang anak akibatnya.

Yang juga banyak terjadi di sini adalah, orangtua perempuan(istri) banyak yang ikut anaknya dibanding orangtua lelaki(suami). Mereka merasa baik-baik dan normal saja, karena kalimat surga ada di telapak kaki ibu. Sementara Ibu mertua diasingkan, dibiarkan mengontrak. Ironisnya orangtua pihak perempuan mendukung dan tak merasa bersalah sedikitpun.

Ingat wahai perempuan. Saat kau menjadi istri, maka surgamu berada pada keridhaan suamimu, bukan lagi pada orangtuamu. Ingatlah satu lagi, bahwa surga suamimu ada pada ibunya!

Orangtua suami yang lebih berhak tinggal bersama anak lelakinya dibanding orangtua istri. Karena rumah anak lelaki itu adalah milik ibunya. Lo, kok enak? Pasti seperti itu pikiran para istri yang sudah mabuk materi dan duniawi.

Jangan pernah coba-coba musuhi ibu suamimu, jika ingin keselamatan hidup didunia hingga akhirat. Tanpa ibunya, suami kamu tak ada. Betapa saya banyak melihat bagaimana akhir dari rumah tangga dimana segala yang hak dan batil tak diperlakukan dengan benar. Durhaka pada orangtua, bukan hanya diakhirat mendapat azabnya, di duniapun sudah ditimpakan dan ditampakkan.

Wahai para lelaki, jika hidupmu tiba-tiba dihinakan dari yang awalnya tampak begitu sempurna dan bahagia, periksa bagaimana kau perlakukan orangtuamu, terutama ibumu. Masih beruntung bila beliau masih hidup hingga kau bisa memohon maaf dan ampunannya. Jika sudah meninggal?

Wahai lelaki, kalian adalah imam, jangan sampai membalikkan dirimu jadi yang diimami dengan menjadi suami yang takut istri dan selalu mengikuti semua permintaan istri tanpa filter. Terlebih bila kau sampai berani abaikan ibu kandungmu. Janji Allah itu pasti terjadi. Jangan pernah bermain-main dengan masa depanmu sendiri.

Doa orangtua itu menembus langit, walau hanya lewat ucapan kecil. Jangan pernah menyakitinya. Jangan pernah katakan'ah' pada mereka. Ridha Allah ada pada ridha orangtua. Jangan pernah sepelekan mereka. Menganggap mereka hanya barang rongsokan yang tak berharga. Pandai-pandailah mendengar apa kata hati ibumu.

Pelajari kitab sucimu baik-baik dan jangan hanya jadi hiasan semata. Segala sesuatu ada ilmunya. Jangan hanya belajar pada'katanya'. Jangan malas belajar, karena ilmu adalah cahaya yang akan menyelamatkan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun