Mohon tunggu...
Rina R. Ridwan
Rina R. Ridwan Mohon Tunggu... Penulis - Ibu yang suka menulis

Pembelajar Di Sekolah Kehidupan Novel: Langgas (Mecca, 2018) Sulur-sulur Gelebah (One Peach Media, 2022) Kereta (Mecca, 2023) IG: rinaridwan_23

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pelaku Pelecehan, Orang-orang Sakit yang Tak Merasa Sakit

18 Desember 2017   20:43 Diperbarui: 18 Desember 2017   23:24 732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pelecehan dan yang suka melecehkan sebagian juga berkorelasi dengan tingkat intelegensia mereka. Baik lelaki ataupun perempuan. Sebagai contoh saja, ada lelaki yang sudah tahu bahwa perempuan yang dia kenal sehari-harinya berhijab, dia anjurkan untuk memakai swimsuit saat mengunggah fotonya di sebuah pantai. Juga saat perempuan bicara bahwa dia tak terbiasa makan diluar, sang lelaki langsung menyambar pembicaraan dengan kata,"oh biasa makan di kamar ya?" sembari cengar-cengir yang dia kira lucu. Itu sudah masuk ranah pelecehan verbal. 

Banyak kata-kata pancingan yang biasa diucapkan lelaki di sini yang bila tak jeli, sudah masuk ranah melecehkan perempuan. Apapun maksudnya, yang sekali lagi berkedok kata bercanda.

Tindakan pelecehan seksual biasanya lebih vulgar lagi, termasuk dengan apa yang terjadi di commuter. Menempelkan alat vitalnya dengan sengaja dan menikmatinya. Memegang atau menyentuh anggota tubuh perempuan tanpa minta ijin, sok akrab. Apalagi main peluk atau cium seenaknya. Semua terlihat jelas tanpa perlu dijelaskan.

Sexual harassment, misconduct, assault and violence is a systemic disease. -Alyssa Milano

Entah apa yang ada dipikiran lelaki yang begitu nikmat dan gemar melecehkan perempuan. Pastinya sebuah penyakit psikologis. Lelaki yang baik akan sangat menjaga perkataan dan perilakunya. 

Begitupun perempuan yang baik, diapun akan melakukan upaya pencegahan untuk dilecehkan siapapun. Sebagus apapun wajah anda, bila tak disertai kebagusan akhlak anda, maka luruh semua nilai yang ada dalam diri anda.

Perempuan pun bisa menjadi pelaku, namun menurut penelitian, tingkat kejadiannya sangat kecil dibandingkan dengan lelaki. Gelombang kehebohan tentang pelecehan seksual di Amerika sejak bulan Oktober lalu, membawa dampak yang cukup besar. 

Satu persatu para perempuan pesohor dunia mulai berani bicara dalam tagar#Metoo. Entah dengan keberanian pesohor perempuan disini yang bukan tak mungkin juga pernah mengalaminya. Ketakutan akan mendapat stigma negatif banyak membuat mereka memilih diam dan menerima.

Menurut para ahli, ada beragam cara untuk mencegah terjadinya pelecehan itu. Salah satunya adalah mengetahui adab bergaul, tahu batasan mana yang boleh dan tidak. Islam telah mengatur hal tersebut. 

Bagaimana seorang perempuan hanya boleh bersentuhan dengan mahramnya, bagaimana aurat perempuanpun hanya boleh terlihat oleh mahramnya. Semua bertujuan untuk mencegah terjadinya pelecehan terhadap perempuan.

Berikutnya, saat anda sudah melihat gelagat buruk dari siapapun, beranilah untuk bersikap dengan memperingatkan di awalnya atau dengan tegas menolak dan mengambil tindakan. Tak perlu takut pada penilaian-penilaian orang disekitar anda dengan keberanian anda mempertahankan harga diri anda.  

Pelaku pelecehan adalah orang-orang sakit yang tak merasa sakit. Kebanyakan mereka mempunyai masa kecil yang buruk. Seorang perundung atau juga pernah mengalami pelecehan seksual di usia dini. Mereka bisa menjalani profesi apa saja.  

Banyak terjadi, saat terungkap pelaku dikenal sebagai pribadi yang 'baik' dan punya kedudukan terhormat selama ini, yang awalnya membuat banyak orang tak percaya. Kenyataannya memang seperti itu. Banyak sekali manusia yang sudah menyatu dengan topeng yang dia pakai sepanjang hidupnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun