"Apabila tidak ada tempat sampah, buanglah sampah dimana saja", salah satu quotes yang dibiarkan menggantung di tempat itu.
Kampoeng Gallery, sebuah tempat kecil di sudut Kota Jakarta, tepatnya di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Tak perlu risau soal kendaraan, Kampoeng Gallery terletak tidak jauh dari Stasiun Kebayoran. Galeri seni sekaligus kedai kecil ini sebenarnya merupakan rumah dan halaman kecil yang disulap sedemikian rupa.
Bermula dari kecintaannya pada seni, Ivan Moningka, pemilik Kampoeng Gallery, mulai merintis tempat ini pada 2010 yang kemudian mulai dikenal pada 2017 lalu.
Ivan  memiliki hobi untuk mengoleksi buku, barang elektronik, lukisan, piringan hitam, patung, dan segala hal tentang seni. Koleksi tertuanya adalah koran yang dimuat tahun 1951.Â
Sebagian besar  yang dipajang di Kampoeng Gallery adalah barang hibah dari orang lain, barang-barang yang dianggap sampah oleh orang lain, dapat menjadi hal berharga bagi Ivan.Â
Ia bercerita tentang keputusannya untuk berhenti bekerja dan membangun Kampoeng Gallery, yang saat ini belum punya nama, hanya 20.000 rupiah yang digunakan untuk menghubungi teman-temannya.
"Saya punya modal barang-barang ini, koleksi dari hobi saya, barang-barang itu sudah penuh. Saya diberi modal lahan ini oleh orang tua, lalu saya menjual barang-barang koleksi saya, kebanyakan elektronik jadul, barang yang sudah rusak saya perbaiki dan saya jual lagi."
"Barang sudah mulai habis, saya bingung tuh, saat itu masih 2010, minta istri saya kerja juga nggak mungkin, akhirnya saya minta isiin pulsa 20 ribu untuk paket internet satu bulan dan saya mulai hubungin teman-teman saya, keluarga saya,. 'Kalau punya barang bekas yang nggak terpakai, saya tampung', akhirnya dalam waktu sebulan ada saudara yang mau bongkar barang, saya pilih barang-barang itu, ada yang saya jual dan saya tampung, terus teman-teman saya juga mulai mengirim barang. Barang-barang itu jadi banyak, kaya gudang, akhirnya saya sortir dan bikin ruangan. Karena koleksi yang paling banyak saat itu buku dan kaset, saya bikin dua ruangan untuk itu dan akhirnya nambah satu-satu."
Rumah itu Milik Ivan, tapi Kampoeng Gallery itu Rumah Bersama.Â
Ai ( 22) dan Kibul (25) Â merupakan barista dari kedai kopi kecil milik Acil, Kiting, dan Ridho di Kampoeng Gallery sejak 2018. Kopi Buatan Orang Rumah (Kopi BOR) namanya.Â
Berdasarkan cerita Ai, Kopi BOR berawal dari ide dalam tongkrongan. Acil yang merasa sudah sering membuang-buang uang untuk nongkrong, Â mulai berpikir untuk membuka usaha.Â
Bagi Ai dan beberapa orang di sana, Kampoeng Gallery sudah menjadi rumah kedua karena mereka akan kembali ke tempat ini meski telah pergi kemanapun.
Bertemu dengan Om Ivan --panggilan akrab orang di Kampoeng Gallery kepada sang pemilik-- merupakan hal menarik bagi Ai.
"Aku pertama main ke sini tu 2017, dulu masih hobi baca dan tempat ini tu jarang ditemui orang, masih sepi, aku duduk di pojokan, terus Om Ivan nyamperin, ngajak kenalan, aku dibawa ke depan, dikenalin sama anak-anak dan jadi kenal sampai sekarang, terutama sama anak-anak yang sering duduk di depan." ungkapnya.
Sedangkan bagi Kibul, hal menarik yang bisa ditemui di Kampoeng Gallery adalah pertemuan dengan orang-orang yang unik dengan ciri khas yang berbeda.Â
Apalagi, seniman seringkali mampir untuk sekadar main ke tempat ini. Sama seperti Ai dan Kibul, Mas Nung (20) juga mengenal tempat ini dari seorang temannya pada 2019. Bermula dari sering nongkrong di Kampoeng Gallery, empat bulan lalu ia akhirnya bekerja sebagai barista.
Dari Mulut ke Mulut, Kampoeng Gallery Bertahan Sampai Saat ini.Â
Saat ini, tempat kecil bernama Kampoeng Gallery memiliki beberapa ruang kecil yang diberi nama ruang diskusi, ruang perpustakaan, gang literasi, ruang hijau, hingga dinding tak bersuara.Â
Rata-rata pengunjung mulai mengenal tempat ini dari mulut ke mulut. Misalnya, Gibran (18) yang mengenal tempat ini dari tempatnya. Menurutnya, tempat ini memiliki vibes yang asik, sejak 2019 ia bisa seminggu dua kali mampir ke Kampoeng Gallery.Â
Selain mendapatkan harga minuman dan makanan yang cukup murah, ia juga mendapatkan relasi dari tempat ini. Sebagai orang yang sudah mengunjungi tempat ini sejak lama, ia pernah merasakan ruang yang lebih sempit, panas, hingga bocor saat hujan. Namun, Gibran tetap sering berkunjung hingga tempat ini menjadi lebih nyaman.
Selain dari mulut ke mulut, ada pula yang menemukannya dengan tidak sengaja. Pengunjung itu adalah Dhandi (22), seseorang yang tinggalnya tidak jauh dari sana.Â
Ia sering  mencari barang-barang di Pasar Loak Kebayoran dan tidak sengaja menemukan Kampoeng Gallery, meski tak begitu menyukai seni, Dhandi yang mengunjungi Kampoeng Gallery untuk minum kopi menganggap suasana dan susunan furnitur di tempat ini menarik.
Bagi Ivan, memiliki hobi adalah hal yang penting. Karena, dari hobi itulah Kampoeng Gallery lahir. Melalui tempat ini, banyak orang mendapat relasi baru, bertemu dengan beragam orang dengan keunikan masing-masing, memperkenalkan tingkah laku baik, hingga menghasilkan kebahagiaan. Berbicara dengan Ivan, boleh jadi menjadi ajang untuk menghargai hobi masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H