Mohon tunggu...
Rina Maruti
Rina Maruti Mohon Tunggu... Guru - Guru (PNS) di Madrasah Aliyah Negeri di Bogor/Penulis Buku/Mentor Menulis/Ghoswriter buku dan artikel

Penulis buku non fiksi dan ratusan artikel tentang dunia wanita, pendidikan, lifestyle, keluarga, bisnis.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Berjuta Alasan Mengapa Wanita Bekerja

11 Agustus 2023   12:30 Diperbarui: 15 Agustus 2023   01:15 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ibu menyusui yang bekerja. (Dok. Shutterstock/Afrca Studio via kompas.com)

Ibu bekerja dan tidak bekerja selalu menjadi topik yang hangat dibicarakan. Entah sudah berapa ratus kali saya membaca postingan-postingan tentang masalah itu dan tentu saja isi postingan itu sering menyudutkan para ibu yang bekerja diluar rumah. 

Sudah lama saya ingin menulis tentang masalah ini, tetapi selalu saya batalkan karena saya takut tulisan saya ini salah atau mendeskriditkan beberapa pihak. Akhirnya saya tidak tahan juga untuk tidak menulis.

Kemarin sore untuk yang kesekian kalinya saya membaca tentang keutamaan seorang Ibu yang tidak bekerja alias hanya menjadi Ibu Rumah Tangga Sejati. 

Saya katakan sejati karena sepertinya masyarakat umum menilai para wanita pekerja khususnya Ibu yang bekerja di luar rumah bukan sebagai Ibu Rumah Tangga Sejati karena setiap hari meninggalkan kewajiban-kewajiban utamanya sebagai Ibu dan Istri.

Jika ditanya kepada semua perempuan di dunia ini manakah yang akan mereka pilih menjadi ibu rumah tangga sejati atau menjadi ibu IRT sekaligus pekerja? Tentu semua inginnya memilih opsi pertama termasuk saya sendiri. 

Siapa sih yang tidak ingin selalu mendampingi, menemani anak-anaknya di rumah sepanjang hari? (terutama jika anaknya masih balita). 

Memerhatikan tumbuh kembang anak dari hari ke hari, mendengarkan semua celotehannya yang lucu dan menggemaskan. 

Menjadi teman curhat si abege yang galau jika anak-anak kita mulai memasuki masa pubertas, memenuhi semua kebutuhan suami, melayani suami tercinta dari melek sampai ke melek lagi.

Aahhh, indahnya jika semua itu bisa dilakukan perempuan di dunia ini. Lebih indah lagi jika kita sebagai istri tinggal terima setoran yang sangat memadai dari suami tercinta, dicukupi, dan disejahterakan semua kebutuhan kita sebagai istri dan juga anak-anak, lahir bathinnya. Kita tidak usah pusing-pusing lagi cari duit untuk memenuhi semua kebutuhan hidup yang tiada habisnya.

Mungkin sebagian berkata,"Saya begitu kok tiap hari, suami saya mencukupi semua kebutuhan rumah tangga, dan saya dilarang bekerja, cukup mengurus anak-anak dan suami saja." Alhamdulillah, bersyukurlah Bun jika anda menjalani hidup yang seperti itu. Tetapi Bunda, tidak semua wanita seberuntung Anda. 

Ada berjuta wanita di luar sana yang harus bekerja keras membanting tulang demi memenuhi semua kebutuhan hidup keluarganya, walaupun dia punya suami.

Terus terang kenapa saya menulis ini karena saya termasuk "Ibu Pekerja". Jujur saja saya sering agak tersinggung dengan postingan-postingan menyudutkan itu. Saya sedih jika baca tulisan-tulisan atau gambar-gambar yang membahas masalah Ibu Bekerja. 

Bukannya saya tidak mau diingatkan atau tidak mau patuh terhadap perintah agama yang katanya seorang wanita lebih utama di rumah, karena jika di luar rumah akan menimbulkan fitnah. Itu betul, betuuulll sekali.

Dalam tulisan ini saya bukannya mau melakukan pembenaran atau pembelaan diri, saya hanya ingin mengajak para pembaca untuk lebih berfikir obyektif dan bijaksana dalam menilai orang lain yang tidak kita kenal dan tidak kita ketahui kehidupan sehari-harinya. 

Orang yang kita kenal pun belum tentu kita tahui keseharian mereka seperti apa, masalah-masalah yang dihadapi serumit apa, kita hanya melihat sisi indahnya saja dari hidup orang lain.

Sumber gambar: Pixabay.com
Sumber gambar: Pixabay.com

Semua rumah tangga tentunya punya konsep masing-masing, punya kesepakatan yang  dibuat oleh para suami istri tersebut dari sejak mereka mulai membangun rumah tangga dan tentunya punya impian-impian besar yang sudah dirancang jauh-jauh hari,bahkan mungkin sudah diprogramkan dari sebelum menikah. 

Tetapi ternyata hidup itu tidak seindah yang  direncanakan. Semua rumah tangga pasti diawali dengan konsep-konsep dan rencana yang indah dan matang.

Kita tidak tahu apa yang terjadi dalam keberlangsungan hidup rumah tangga kita. Idealisme bisa berubah karena situasi yang tidak memungkinkan untuk tetap memegang prinsip itu.

Begitu pula dengan para ibu-ibu pekerja tersebut. Kita tidak tahu alasan yang melatar belakangi kenapa mereka harus bekerja? 

Mungkin suaminya jatuh sakit yang permanen sehingga tidak bisa lagi mencari nafkah. Atau mungkin juga suaminya tiba-tiba di PHK dan tidak mudah mencari pekerjaan baru lagi, otomatis istrilah yang harus maju untuk menopang kehidupan sehari-hari. 

Mungkin juga ia sebagai single parents, sehingga ia harus bekerja keras untuk menafkahi anak-anaknya. Banyak hal yang membuat para wanita harus bekerja di luar rumah demi menjaga dapur tetap ngebul dan anak-anak bisa sekolah dengan lancar.

Terlepas dari semua itu, sikap yang paling baik adalah bahwa kita harus mensyukuri apa yang sudah kita terima selama ini, tidak perlu ikut-ikutan orang lain menjudge bahwa para wanita bekerja itu melalaikan kewajibannya. 

Dan jangan sekali-sekali kita yang sebagai Ibu Rumah Tangga Sejati merasa sayalah yang paling baik, sayalah yang paling benar karena saya tidak meninggalkan keluarga setiap harinya, sayalah istri dan ibu yang paling ideal. 

Beruntunglah Anda bisa makan dengan enak setiap hari, bersyukur jika memiliki anak-anak yang tumbuh dengan sehat dan normal, bersyukur memiliki suami yang baik dan bertanggung jawab. Bersyukur diberi keluasan rezeki. Bersyukur untuk hal apapun yang kita peroleh selama ini tanpa harus mencampuri urusan hidup orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun