Mohon tunggu...
Rinaldi Syahputra Rambe
Rinaldi Syahputra Rambe Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan Perpustakaan Bank Indonesia Sibolga

Anak desa, suka membaca, menulis dan berkebun. Penulis buku "Etnis Angkola Mandailing : Mengintegrasikan Nilai-nilai Kearifan Lokal dan Realitas Masa Kini". Penerima penghargaan Nugra Jasa Dharma Pustaloka 2023 dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas).

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Menjadikan Pekarangan sebagai Laboratorium Percobaan Tanaman

19 Oktober 2023   11:28 Diperbarui: 19 Oktober 2023   18:50 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terong lalap hijau hasil eksperimen laboratorium tanaman di pekarangan (Sumber: Dokumentasi Pribadi/ Rinaldi Syahputra Rambe)

Pekarangan rumah memiliki potensi besar yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, salah satunya adalah sebagai laboratorium tanaman untuk eksperimen pertanian.

Pemanfaatan pekarangan sebagai laboratorium tanaman merupakan langkah yang sangat relevan dengan isu-isu ketahanan pangan dan perlindungan ekologi yang berkelanjutan. Ketahanan pangan dan perlindungan ekologi adalah hal-hal krusial yang seharusnya menjadi perhatian bersama, mengingat bahwa makanan adalah kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, dan ekologi yang terjaga adalah faktor kunci dalam menjaga kualitas lingkungan.

Mengubah pekarangan menjadi laboratorium percobaan tanaman merupakan cara yang menarik dan bermanfaat untuk memperdalam pemahaman tentang pertumbuhan tanaman, ekosistem lokal, serta menerapkan prinsip-prinsip pertanian berkelanjutan.

Selama ini, kita sering hanya terfokus pada produk akhir tanpa memahami proses di baliknya. Mulai dari beras yang kita konsumsi, sayuran yang menjadi santapan kita, hingga hidangan di meja makan kita -- semuanya sering dianggap enteng tanpa mempertimbangkan asal usulnya. Terlalu sering kita mengabaikan proses ini, yang dapat berdampak pada konsumsi makanan yang tidak memenuhi standar mutu yang baik, seperti adanya pestisida berlebihan dalam sayuran yang kita konsumsi dan kandungan zat berbahaya lainnya dalam makanan kita.

Mengubah pekarangan menjadi laboratorium tanaman akan membuka pintu pengetahuan bagi kita tentang proses pembuatan makanan, dari lahan hingga meja makan, serta bagaimana makanan tersebut siap untuk kita nikmati setiap hari.

Melalui langkah-langkah ini, kita dapat memperoleh manfaat berlipat ganda. Pertama-tama, kita akan memiliki kesempatan untuk lebih mendalam memahami proses pertumbuhan tanaman secara langsung.

Praktik ini akan memungkinkan kita untuk belajar tentang cara tanaman tumbuh, apa yang mereka butuhkan untuk berkembang dengan baik, dan bagaimana ekosistem lokal berperan dalam pertumbuhan mereka.

Selain itu, dengan menjadikan pekarangan sebagai laboratorium tanaman, kita dapat menerapkan prinsip-prinsip pertanian berkelanjutan. Ini adalah langkah yang sangat penting untuk menjaga ekologi lokal dan menekan penggunaan pestisida atau bahan kimia berbahaya lainnya yang dapat merusak ekosistem.

Lebih jauh lagi, ini akan menjadi cara praktis bagi kita untuk berkontribusi dalam menjaga ketahanan pangan. Dengan memiliki pengetahuan tentang bagaimana bahan makanan kita ditanam dan diproses, kita bisa memastikan bahwa makanan yang kita konsumsi lebih berkualitas dan lebih aman. Ini juga dapat mengurangi ketergantungan pada rantai pasokan pangan yang panjang dan rentan terhadap gangguan.

Terong ungu hasil ekperimen laboratorium tanaman di pekarangan (Sumber: Dokumentasi Pribadi / Rinaldi Syahputra Rambe)
Terong ungu hasil ekperimen laboratorium tanaman di pekarangan (Sumber: Dokumentasi Pribadi / Rinaldi Syahputra Rambe)

Dengan menjadikan pekarangan sebagai laboratorium tanaman, kita memberikan peran lebih besar dalam pengelolaan makanan kita sendiri dan memberikan kontribusi positif terhadap ketahanan pangan dan perlindungan ekologi secara keseluruhan.

Langkah ini sebetulnya sangat mudah dilakukan. Banyak orang belum menyadari bahwa terdapat banyak manfaat yang dapat kita peroleh dari kegiatan ini. Menjadikan pekarangan sebagai laboratorium percobaan tidak hanya mendukung keberlanjutan lingkungan, tetapi juga memberikan pengetahuan kepada kita tentang asal-usul makanan.

Tanpa bermaksud untuk menggurui, izinkan saya berbagi pengalaman menjadikan pekarangan rumah sebagai laboratorium tanaman, terutama tanaman yang sering kita jumpai seperti sayuran dan tanaman lainnya.

Sejak tahun 2020, saya telah berupaya menjadikan pekarangan rumah sebagai laboratorium tanaman. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan media tanam dengan memperbaiki struktur tanah yang ada di pekarangan.

Kebetulan, saya tinggal di dataran rendah dekat pantai dengan ketinggian 3-10 meter di atas permukaan laut. Sehingga tanah yang tersedia terdiri dari tanah berpasir dan relatif miskin hara.

Dengan kondisi tanah seperti ini, tanaman tidak akan tumbuh dengan maksimal, terutama tanaman berumur pendek seperti hortikultura. Tanaman ini cenderung membutuhkan tanah dengan kandungan hara yang baik.

Oleh karena itu, perlu melakukan penyuburan tanah dengan pendekatan yang cukup rumit. Persoalan ini dapat diatasi dengan menggunakan kompos yang sudah jadi. Dengan mencampur kompos dan tanah yang ada, kita dapat memperbaiki struktur tanah.

Kedua, mulai menanam dengan tanaman yang paling mudah dibudidayakan, seperti kangkung, caba rawit, dan tanaman lainnya. Setelah berhasil membudidayakan yang relatif mudah lakukan budidaya tanaman yang lebih sulit seperti cabai merah, bawang merah, dan tanaman lainnya.

Terong lalap hijau hasil eksperimen laboratorium tanaman di pekarangan (Sumber: Dokumentasi Pribadi/ Rinaldi Syahputra Rambe)
Terong lalap hijau hasil eksperimen laboratorium tanaman di pekarangan (Sumber: Dokumentasi Pribadi/ Rinaldi Syahputra Rambe)

Ketiga, lakukan analisis pertumbuhan tanaman dengan memberikan nutrisi yang tepat, dengan mengedepankan pendekatan yang ramah lingkungan, terutama dengan menghindari penggunaan herbisida dan pestisida.

Keempat, lakukan rotasi tanaman secara berkala untuk mengamati keberagaman dan pola tumbuh tanaman. Selain itu, rotasi tanaman juga diperlukan untuk mengamati berbagai macam serangan hama pada tanaman.

Kelima, penting untuk mencatat perkembangan dan hasil dari eksperimen pertanian yang dilakukan di pekarangan. Dengan mencatat data seperti waktu tanam, jenis tanaman, perubahan cuaca, dan hasil panen, kita dapat mengidentifikasi pola-pola dan belajar dari pengalaman eksperimen kita.

Keenam, jangan ragu untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan tetangga, teman, atau masyarakat sekitar. Kita dapat membentuk komunitas yang peduli akan pertanian berkelanjutan dan berbagi informasi yang bermanfaat.

Ketika kita menjadikan pekarangan rumah sebagai laboratorium tanaman, kita tidak hanya memberikan manfaat bagi diri sendiri, tetapi juga memberikan kontribusi positif kepada lingkungan dan masyarakat secara lebih luas. Ini adalah langkah kecil yang dapat membawa dampak besar dalam mendukung ketahanan pangan, melindungi ekologi, dan meningkatkan pemahaman kita tentang asal-usul makanan.

Semoga upaya yang saya lakukan dalam menjalani eksperimen pertanian di pekarangan dapat menginspirasi orang lain untuk mengikuti jejak yang sama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun