Mohon tunggu...
Rinaldi Syahputra Rambe
Rinaldi Syahputra Rambe Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan Perpustakaan Bank Indonesia Sibolga

Anak desa, suka membaca, menulis dan berkebun. Penulis buku "Etnis Angkola Mandailing : Mengintegrasikan Nilai-nilai Kearifan Lokal dan Realitas Masa Kini". Penerima penghargaan Nugra Jasa Dharma Pustaloka 2023 dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas).

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Alasan Logis Kenapa Kita Harus Menolak Politik Uang

7 Juni 2023   11:20 Diperbarui: 9 Juni 2023   06:00 1153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi(KOMPAS.com/LAKSONO HARI W via KOMPAS.com)

Seringkali kita mendengar percakapan yang akhirnya berujung pada berapa jumlah uang yang harus diberikan sebagai tolak ukur untuk memilih seorang pemimpin. Berbagai kalimat seperti "baik diambil atau tidak, mereka tetap akan seperti itu" atau "kalau tidak diambil, kapan lagi kita mendapatkan uang dari pejabat." Ini adalah kesempatan! Dua kalimat ini seolah-olah menggambarkan bahwa politik uang tidak berpengaruh terhadap pembangunan bangsa di masa depan.

Sebenarnya, persoalan seperti ini adalah lingkaran setan yang tidak akan pernah putus sampai kita semua mengubah perilaku. Tidaklah adil jika kita menyebut para pejabat sebagai "bedebah" sementara kita sendiri ikut terlibat dalam persoalan ini.

Pejabat yang terpilih melalui "politik uang" tidak akan mampu melayani rakyat dengan sepenuh hati. Sejak awal, mereka telah membayar masyarakat untuk menerima konsekuensi apa pun yang terjadi akibat kepemimpinannya.

Pada akhirnya, masyarakatlah yang menjadi korban. Mereka menjadi pelaku dan korban sekaligus. Para pejabat akan terus merayakan dengan fasilitas dan tunjangan yang mereka peroleh.

Logika sederhananya, uang yang telah dikeluarkan tidak mungkin tidak digantikan. Bagaimanapun juga, modal politik yang mahal harus kembali. Faktor inilah yang menyebabkan maraknya praktik korupsi.

Oleh karena itu, semua elemen masyarakat harus bersama-sama menolak politik uang. Mari kita menentukan pilihan berdasarkan kapasitas calon, bukan berdasarkan jumlah uang yang akan kita terima.

Jika hal ini tidak dilakukan, mustahil persoalan korupsi akan teratasi di negeri ini. Seperti yang dikatakan oleh Einstein, "kegilaan adalah melakukan hal yang sama berulang-ulang dan mengharapkan hasil yang berbeda." Bersikap jujur harus dimulai dari diri kita sendiri. Menolak politik uang adalah tanggung jawab kita bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun