Mohon tunggu...
Rinaldi Syahputra Rambe
Rinaldi Syahputra Rambe Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan Perpustakaan Bank Indonesia Sibolga

Anak desa, suka membaca, menulis dan berkebun. Penulis buku "Etnis Angkola Mandailing : Mengintegrasikan Nilai-nilai Kearifan Lokal dan Realitas Masa Kini". Penerima penghargaan Nugra Jasa Dharma Pustaloka 2023 dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas).

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Ketika Mengkritisi Dianggap Aneh di Negara Demokrasi

17 Mei 2023   08:55 Diperbarui: 17 Mei 2023   08:55 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ketakutan mengkritisi.  Foto: Kompas (Toto Sihono)

Untuk mengatasi persepsi negatif terhadap sikap kritis di negara demokrasi, diperlukan upaya pendidikan yang lebih baik tentang hak asasi manusia, kebebasan berpendapat, dan pentingnya kritik yang konstruktif. 

Selain itu, transparansi dan akuntabilitas pemerintah juga sangat penting dalam mengubah pandangan terhadap kritik dalam konteks negara demokrasi. Pemerintah harus terbuka terhadap masukan dan kritik yang diajukan oleh masyarakat, serta memberikan respons yang memadai terhadap kekhawatiran yang disampaikan. Hal ini akan membantu membangun kepercayaan dan menghargai peran kritis dalam meningkatkan kualitas kebijakan publik.

Tidak hanya pemerintah, masyarakat juga memiliki peran penting dalam mengubah persepsi terhadap sikap kritis. Diperlukan adanya budaya yang mendorong dialog, toleransi, dan penghargaan terhadap perbedaan pendapat. Melalui pendidikan dan peningkatan kesadaran tentang pentingnya sikap kritis, masyarakat dapat memahami bahwa kritik bukanlah ancaman, tetapi merupakan sarana untuk membangun masyarakat yang lebih baik.

Selain itu, media juga memiliki tanggung jawab besar dalam mengubah persepsi terhadap sikap kritis. Media harus menjalankan peran mereka sebagai penjaga kebebasan berpendapat dengan memberikan ruang yang cukup untuk berbagai pandangan dan memastikan representasi yang adil dalam liputan mereka. Dengan demikian, sikap kritis dapat dianggap sebagai hal yang normal dan penting dalam membangun demokrasi yang kuat.

Pada akhirnya, penting bagi masyarakat dan pemerintah untuk memahami bahwa sikap kritis adalah bagian yang tak terpisahkan dari proses demokrasi yang sehat. Ketika sikap kritis dianggap aneh di negara demokrasi, itu menunjukkan adanya kekurangan dalam pemahaman tentang prinsip-prinsip dasar demokrasi dan kebebasan berpendapat. Dalam sebuah negara demokrasi yang ideal, sikap kritis dihargai sebagai sarana untuk mencapai perbaikan yang berkelanjutan, mendorong pertumbuhan sosial, dan memastikan keadilan bagi semua warganya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun