Mohon tunggu...
Rinaldi Syahputra Rambe
Rinaldi Syahputra Rambe Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan Perpustakaan Bank Indonesia Sibolga

Anak desa, suka membaca, menulis dan berkebun. Penulis buku "Etnis Angkola Mandailing : Mengintegrasikan Nilai-nilai Kearifan Lokal dan Realitas Masa Kini". Penerima penghargaan Nugra Jasa Dharma Pustaloka 2023 dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas).

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menelusuri Sensasi Melewati Batu Lubang Tapanuli Tengah: Mengungkap Sejarah Kekejaman Penjajah Belanda

13 April 2023   15:28 Diperbarui: 13 April 2023   15:34 1210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto batu lubang.  Sumber: andalastourism.com

Batu Lubang Tapanuli Tengah adalah sebuah tempat yang menyimpan kisah kelam dalam sejarah Indonesia. Lokasi terowongan ini terletak di Km 8, Kawasan Dusun Simaninggir, Desa Bonandolok, Kecamatan Sitahuis di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Tempat ini menjadi saksi bisu dari kekejaman penjajah Belanda pada masa lalu.

Dari berbagai sumber menyebutkan terowongan ini dibangun sekitar tahun 1930 an. Sumber berbeda juga menyebutkan batu lubang dibangun tahun 1900 an. 

Foto batu lubang tahun 1915.  Sumber: Postingan Instagram pariwisata_sumut
Foto batu lubang tahun 1915.  Sumber: Postingan Instagram pariwisata_sumut

Meskipun ada perbedaan waktu pembangunan batu lubang yang pasti terowongan ini dibangun pada masa kolonial belanda dan melibatkan masyarakat tapanuli tengah dan para pejuang kemerdekaan yang ditawan. 

Masyarakat dipekerjakan secara paksa (rodi) dalam pembuatan 2 terowongan ini. Panjang terowongan yang dibangun sekitar 30 meter dan 8 meter dengan menggunakan pahat dan martil. 

Banyak darah masyarakat dan pejuang yang tumpah dalam membuat terowongan ini. Para pejuang dibuang begitu saja ke dalam jurang dibawah terowongan ini. Para pejuang yang jatuh akibat kelelahan dan kurangnya asupan makanan yang diberikan serta tidak kuat dipaksa bekerja.

Tidak ada catatan pasti berapa banyak korban yang jatuh dalam pembuatan terowongan ini. Sementara dalam pembuatan terowongan ini para pekerja harus menembus batu dinding bukit yang keras dengan alat seadanya. 

Tujuan pembukaan Batu Lubang  adalah untuk mempermudah sarana transportasi Sibolga-Tarutung. Pada waktu itu sibolga merupakan pusat keresidenan Kolonial belanda di Tapanuli. Sehingga dengan pembukaan jalan ini akan mempermudah pengangkutan hasil bumi dari tanah Batak.

Foto truk sedang melewati batu lubang.  Sumber: sindonews.com
Foto truk sedang melewati batu lubang.  Sumber: sindonews.com

Berkat kerja keras para pejuang, jalan lintas Sibolga-Tarutung masih bisa dirasakan sampai saat ini. Jalan ini juga termasuk jalan utama yang menghubungkan Sibolga dan daerah lain termasuk kota Medan.

Melewati terowongan ini memiliki sensasi sendiri, apalagi dilewati di malam hari. Saya sendiri sering melewati terowongan ini, setiap lewat masih merasakan sensasi yang berbeda.

Ketika memasuki terowongan kita akan mendengar suara yang menggema. Suara gesekan ban kenderaan dan pasir jalan seperti masuk ke dalam telinga. Pun ketika kita berbicara suara akan memantul seperti membalas kata yang kita ucapkan.

Sensasi angker juga terasa ketika melewati jalan ini terlebih saat malam hari dan saat pengendara sepi. Selain itu batu lubang semakin menarik perhatian karena di  atasnya merupakan air terjun yang masih bisa dilihat sampai sekarang. 

Saat ini, batu lubang selain sebagai jalan telah dijadikan pula sebagai destinasi wisata di kabupaten Tapanuli Tengah. Bahkan pemerintah tapanuli tengah telah mengganti nama batu lubang dengan nama goa Belanda. Tujuannya agar masyarakat tetap mengingat nilai sejarah yang terkandung.

Jika sedang berlibur ke kota Sibolga atau Tapanuli tengah destinasi wisata batu lubang sangat rekomended untuk dikunjungi. Selain itu terdapat banyak destinasi wisata lain bernuansa sejarah dan bahari. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun