Bagi sebagian pemodal, dukungan terhadap kandidat dalam Pilkada bukan hanya untuk memenangkan satu kali pemilu, tetapi juga sebagai investasi jangka panjang. Mereka sering kali berharap bahwa kandidat yang didukung dapat memberi keuntungan setelah menjabat. Survei membantu pemodal melihat seberapa besar kemungkinan kandidat akan menang dan mempertahankan posisi tersebut untuk jangka panjang. Dengan melihat tren survei, pemodal dapat mempertimbangkan stabilitas dan kesinambungan dukungan terhadap kandidat sebagai strategi investasi politik yang berkelanjutan.Â
Setelah mendukung seorang kandidat, pemodal sering kali mengharapkan adanya kebijakan atau keputusan yang menguntungkan kepentingan mereka. Dengan melihat hasil survei, pemodal bisa memberikan tekanan kepada kandidat agar lebih aktif dalam menyusun kebijakan yang sesuai dengan kepentingan mereka, terutama jika survei menunjukkan penurunan popularitas atau adanya persaingan ketat dengan kandidat lain. Pemodal mungkin akan mendorong kandidat untuk lebih berorientasi pada kepentingan tertentu yang mereka anggap penting, dengan harapan bahwa kebijakan tersebut bisa memperkuat posisi kandidat di mata pemilih.Â
Survei juga memungkinkan pemodal untuk mempertimbangkan opsi dukungan alternatif jika kandidat utama yang mereka dukung mengalami penurunan elektabilitas atau popularitas yang drastis. Dalam kondisi ini, pemodal bisa saja berpindah dukungan ke kandidat lain yang dinilai lebih berpeluang menang. Dengan informasi dari survei, pemodal bisa merencanakan transisi dukungan tanpa kehilangan momentum, terutama jika kandidat pilihan awal mereka menunjukkan tanda-tanda yang meragukan untuk memenangkan Pilkada.Â
Jadi, otak atik survey dalam kontestati Pemilihan Umum bukan hanya dapat digunakan untuk kepentingan menjaga "iman" dan keyakinan konstituen, namun juga dapat menjadi "rantai" pengikat agar para pemodal menambah kucuran dana atau tidak pindah ke paslon tetangga. Apa sudah otak atik survey hari ini?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H