Pada banyak budaya, biru juga melambangkan profesionalisme dan kedewasaan. Warna ini sering dipilih dalam konteks bisnis dan korporat untuk menonjolkan sifat profesional, terorganisir, dan mapan. Bagi Prabowo dan Gibran, warna biru bisa menjadi cara untuk memproyeksikan citra sebagai pemimpin yang berpengalaman dan siap menjalankan tugas kenegaraan dengan kedewasaan dan kecakapan. Â Dalam kompetisi politik, berbeda dari pesaing adalah hal yang penting. Warna biru membantu Prabowo-Gibran untuk menonjol dan membedakan diri dari kandidat lain yang mungkin memilih warna berbeda. Ini juga berfungsi sebagai alat branding yang kuat, membuat pasangan ini mudah dikenali dan diingat oleh publik.
Akan tetapi, pertanyaan mendasarnya adalah, mengapa pasangan bakal calon Abdul Wahid dan S.F. Hariyanto "mengambil" warna yang diusung oleh capres yang bukan pilihan partai mereka? Apakah mereka tidak yakin dengan eksistensi partai yang mengusung mereka di bumi Lancang Kuning? Pertanyaan ini layak dilontarkan karena menyangkut keyakinan akan kendaraan politik yang sedang mereka tunggangi. Bagaimana mungkin bisa sampai di tujuan, jika masih banyak ragu menonjolkan identitas dan keyakinan politik yang dimiliki? Saya simpulkan, pasangan ini bagi saya, ragu dengan identitas partai pengusungnya. Naas bukan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H